tirto.id - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, menyinggung soal Pinokio Jawa saat menjawab pertanyaan Guru Besar Antropolog Universitas Indonesia (UI), Sulistyowati Soewarno.
Hasto mulanya ditanyai mengenai unit analisis dalam penelitian disertasinya yang berjudul "Kepemimpinan Strategis Politik, Ideologi, dan Pelembagaan Partai serta Relevansinya terhadap Ketahanan Partai: Studi pada PDI Perjuangan".
Hasto mengatakan bahwa istilah Pinokio Jawa dipelajarinya saat bertemu dengan cendekiawan Sukidi Mulyadi. Menurut Hasto, Sukidi merupakan penemu istilah Pinokio Jawa.
“Bahkan watak Machiavelli, itu juga kami banyak berdiskusi dengan Bapak Prof. Sukidi yang terkenal dengan temuannya Pinokio Jawa,” kata Hasto di Balai Sidang Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Jumat (18/10/2024).
Hasto mengatakan bahwaPinokio Jawa merupakan pemaknaan mengenai watak banality of evil atau banalitas kejahatan yang dilatarbelakangi oleh pemikiran Hannah Arendt.
“Bagaimana yang namanya teori dari Hannah Arendt, ketika seseorang melepaskan diri dari ide, gagasan yang membentuknya, itu bisa berubah dan memunculkan watak-watak the banality of evil,” kata Hasto.
Hasto mengatakan bahwadalam wawancara, Sukidi juga menyampaikan pemikiran dari ilmuwan politik Amerika, Steven Levitsky.
“Wawancara-wawancara terakhir dari Dr. Sukidi ini menyampaikan pemikiran-pemikiran dari Steven Levitsky bahwa tindakan-tindakan authoritarian populism hanya bisa dilakukan oleh pembunuh demokrasi,” kata Hasto.
“Demokrasi dibunuh dengan berbagai institusi demokrasi secara gradual, halus, bahkan legal melalui demokrasi prosedural dan praktik-praktik menggunakan hukum sebagai alat kekuasaan sebagaimana terjadi melalui keputusan MK 90 Tahun 2023,” sambung Hasto.
Untuk diketahui, Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, telah selesai menjalani Sidang Terbuka Promosi Doktor yang digelar oleh Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) di Balai Sidang UI, hari ini.
Hasto dinyatakan lulus dan berhasil meraih gelar Doktor dari Universitas Indonesia dengan predikat Cumlaude dan IPK 3,93.
Penulis: Rahma Dwi Safitri
Editor: Fadrik Aziz Firdausi