tirto.id -
Per 1 Oktober 2018 ditetapkan harga telur dan daging ayam di tingkat peternak sebesar Rp18-20 ribu per kilogram (kg). Sebelumnya dalam Permendag Nomor 58 Tahun 2018, harga telur dan daging ayam sebesar Rp17-19 ribu per kg.
"Rata-rata harga di tingkat peternak Rp19 ribu hingga Rp 20 ribu per kg. Sudah sesuai dengan harga yang ditetapkan pemerintah, berlaku seperti itu, sudah seminggu ini," ujar Ketua Harian Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN), Sigit Prabowo kepada Tirto pada Senin (8/10/2018).
Kisaran harga jual di tingkat peternak tersebut, dikatakan Sigit, sudah aman bagi peternak. Untuk mengimbangi biaya produksi yang naik, seperti bibit (doc), pakan, dan obat.
Kenaikan harga sarana produksi ternak (sapronak) itu sudah sekitar 6 bulan belakangan. Ia menyebutkan doc broiler (bibit ayam) yang harga normalnya Rp5.500 per ekor, belakangan ini stabil di harga Rp6.500 - Rp6.800 per ekor.
Jagung dari harga normalnya sekitar Rp3.700 - Rp4 ribu per kg, saat ini sudah menyentuh harga Rp5 ribu - Rp5.200 per Kg. "Saat ini, harga barang baku masih tinggi. Jagung di Blitar udah Rp 5.200 per kg, tapi enggak ada barang," ujarnya.
Sigit mengkhawatirkan menjelang pertengahan November harga bibit ayam dapat naik lagi karena menjelang Natal dan Tahun Baru 2019. Diperkirakannya, harga bibit ayam bisa tembus Rp 8 ribu per ekor.
"Takutnya bibit melejit ke Rp 8 ribu per ekor, mengurangi untung peternak. Saat ini harga bibit bervariasi. Di Jawa di kisaran Rp 5.500 sampai Rp 6 ribuan, di luar Jawa Rp 7 ribuan," ujarnya.
Ia mengatakan kenaikan harga bibit ayam tersebut didorong kenaikan permintaan menjelang Natal. Permintaan biasanya meningkat di awal Desember 5 persen.
"Perayaan menyambut Natal ada pesta-pesta, ada kenaikan permintaan, tapi enggak sebesar Ramadhan. Yang paling tinggi permintaannya mendekati akhir taun [Tahun Baru], yang merayakan banyak orang dan ada libur sekolah juga. Di situ naik signifikan 10-15 persen," ujarnya.
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Maya Saputri