tirto.id - Harga dolar Amerika Serikat (AS) hari ini masih cukup tinggi nilai tukarnya terhadap mata uang rupiah. Menurut catatan Bank Indonesia per Selasa, 24 Oktober 2023 pukul 14.32 WIB, nilai tukar 1 dolar AS mencapai Rp16.022,72.
Grafik time series menunjukkan selama enam hari terakhir ini, nilai tukar rupiah terus melemah terhadap dolar. Pada 17 Oktober 2023 lalu, nilai 1 dolar AS berada di level Rp15.794,58.
Kurs tersebut terus melemah bertahap dan kemarin, Senin (23/20/2023), sudah berada di level Rp15.935,28 sebelum akhirnya terjun lagi di Rp16.022,72 untuk hari ini.
Pelemahan nilai rupiah ini ditengarai akibat fluktuasi di pasar keuangan global. Di samping itu, eskalasi perang antara Israel dengan Palestina yang meluas turut menjadi faktor pemicunya. Alhasil keadaan genting tersebut menyebabkan sebagian pelaku usaha menunjukkan sikap waspada terhadap aset-aset berisiko.
Sementara itu, pergerakan nilai rupiah kemungkinan dipengaruhi pula oleh keputusan Bank Indonesia dengan menaikkan suku bunga acuan ke 6 persen. Alasannya yakni demi menjaga kestabilan rupiah karena ketidakpastian pasar keuangan global.
Dampak Kenaikan Dolar terhadap Rupiah bagi Ekonomi Indonesia
Kenaikan nilai dolar terhadap rupiah dipastikan berdampak pada ekonomi Indonesia. Beberapa di antaranya sebagai berikut:
1. Tekanan inflasi pangan dapat berlanjut
Harga dua komoditas impor untuk menekan inflasi di Indonesia akan terpengaruh harganya, yaitu minyak mentah sebagai bahan baku BBM dan beras.
Saat ini Indonesia sedang membutuhkan beras impor untuk menyukupi stok akibat menurunnya produksi nasional karena fenomena kekeringan berkepanjangan (el nino) yang memicu gagal panen.
Kedua komoditas tersebut semakin mahal yang bisa saja membuat inflasi pangan belum teratasi.
2. Daya beli masyarakat menurun
Kenaikan nilai dolar terhadap rupiah akan berdampak pula pada peningkatan harga barang. Hal ini menimbulkan efek negatif dengan menurunnya daya beli masyarakat karena enggan mengeluarkan uang.
Alhasil tingkat permintaan barang dan jasa oleh konsumen ikut anjlok sebagai imbasnya.
3. Bahan baku impor menjadi mahal
Bagi pelaku usaha yang menggantungkan bahan baku produksinya dengan mengimpor dari negara lain, dipastikan terkena dampak tingginya nilai dolar.
Nilai uang yang harus dibayarkan pada pemasok menjadi lebih tinggi. Sektor yang mengandalkan bahan baku impor antara lain makanan dan minuman, farmasi, elektronik dan barang elektrikal, serta Tekstil.
4. Biaya logistik menanggung beban tinggi
Biaya logistik termasuk untuk sewa kapal hingga kontainer, otomatis ikut naik jika nilai tukar dolar melonjak. Biaya produksipun ikut terdongkrak naik. Di sisi lain, perusahaan cukup riskan untuk menaikkan harga produknya lantaran daya beli masyarakat menurun.
5. Investasi menurun
Investor memiliki kecenderungan untuk menahan investasinya pada instrumen berisiko tinggi seperti saham. Ketidakpastian situasi ekonomi membuat mereka waspada terhadap kemungkinan anjloknya nilai saham di Wall Street yang berimbas di Bursa Efek Indonesia.
6. Nilai barang ekspor menjadi lebih murah
Barang ekspor menjadi lebih murah nilai saat terjadi kenaikan kurs dolar terhadap rupiah. Hal ini cukup merugikan pelaku usaha Tanah Air.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Nur Hidayah Perwitasari