Menuju konten utama

Harbolnas 1212 2018: Kenapa orang Bahagia saat Berbelanja Online?

Belanja online membuat dopamin (zat kimia yang membuat bahagia) seseorang meningkat.

Harbolnas 1212 2018: Kenapa orang Bahagia saat Berbelanja Online?
Ilustrasi perempuan belanja online. iStockphoto/Getty Images

tirto.id - Pengalaman virtual dalam hal berbelanja sudah lama menjadi tren, khususnya saat momen-momen liburan dan perayaan hari besar seperti Harbolnas tahun ini yang jatuh pada hari Rabu (12/12/2018).

Harbolnas 12.12 yang mengambil tema “Belanja untuk Bangsa” banyak warga yang memanfaatkan momentum ini untuk berbelanja sebanyak-banyaknya.

Tanpa harus datang ke toko yang ramai sembari mengantre lama, seseorang lewat gawainya bisa berselancar membeli bermacam-macam kebutuhan yang diinginkan. Dari produk makanan, pakaian, hingga paket jasa.

Terkait hal ini, Alan Castel turut menjelaskan efek dari belanja online, sebagaimana dilansir Psychology Today. Belanja online, secara psikologi, memang membuat seseorang merasa lebih bahagia. Sebab belanja secara daring membuat dopamin, yakni zat kimia yang membuat bahagia seseorang meningkat.

Kebahagiaan ini semakin bertambah dengan berbagai bentuk diskon dan promo seperti yang ditawarkan dalam momen Harbolnas 12.12. Banyak e-commerce yang memberikan diskon besar-besaran hingga 90-an persen.

Momen yang diikuti oleh setidaknya 254 e-commerce ini bisa membuat masyarakat tidak bisa berhenti untuk membeli.

Meskipun dalam kenyataannya, barang-barang yang kita beli secara online tersebut tidak bisa didapatkan langsung. Ini menyebabkan pengalaman menunggu hingga pesanan sampai di depan pintu membuat seseorang lebih memberikan apresiasi terhadap barang yang dibeli.

“Meskipun hanya untuk periode yang singkat, dan akan membuat kita tetap terikat pada seluruh proses, terus menginginkannya, membutuhkannya, melihatnya, mengevaluasi, akhirnya memilih satu dari 3.485 pilihan sepatu, lalu menunggu, dan akhirnya menikmati kepuasan tersebut berulang-ulang,” tulis Alan.

Sebagaimana dilansir dari Forbes, penelitian dari perusahaan digital marketing Razorfish yang dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif pada sekitar 1680 orang di AS, Inggris, Cina, dan Brasil menyebutkan, tiga perempat peserta di setiap negara merasa bergantung pada teknologi dalam membeli sesuatu.

Hasil penelitian juga menyebutkan adanya efek bahagia ketika menunggu pembelian online tersebut. Selain itu, sebagian besar peserta melaporkan perasaan senang mereka ketika melakukan komunikasi melalui perangkat pribadi mereka. Seperti ketika mendapat notifikasi seperti mendapat email baru di kotak masuk terkait penawaran tertentu.

'Digital dopamin' ini memiliki peran penting dalam perkembangan e-commerce meningkatkan kualitasnya.

Karena itu, daya tarik hedonik dibuat dengan menumbuhkan kesenangan orang-orang seputar transaksi. Jika ingin dilihat kembali, situs belanja online hanya menyajikan sistem informasi menarik, namun juga promo-promo, iklan, trailer, dan sarana multimedia disesuaikan guna menggaet pembeli.

Michael Fishman ahli perilaku konsumen menyatakan bahwa psikologi konsumen adalah semua hal yang masuk ke wilayah bawah sadar seseorang di mana ia sedang diarahkan untuk melakukan pembelian karena ia tak memiliki alasan-alasan yang jelas.

“Kebanyakan orang tidak dapat menjawab pertanyaan sederhana tentang mengapa mereka menginginkan hal-hal yang mereka tersebut,” kata Fishman seperti yang ditulis Forbes.

Efek negatif yang perlu diwaspadai dari perilaku tak tahu dengan apa yang diinginkan adalah seseorang cenderung mencari persetujuan dan pembenaran. Salah satunya dengan jalan membeli produk di atas rata-rata konsumen.

Baca juga artikel terkait HARBOLNAS atau tulisan lainnya dari Isma Swastiningrum

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Isma Swastiningrum
Penulis: Isma Swastiningrum
Editor: Yulaika Ramadhani