Menuju konten utama

Hadapi Pilkada 2018 & Pilpres 2019, PKB Cermati Isu Agama

PKB akan lebih responsif dalam menyikapi isu-isu keagamaan untuk menghadapi Pilkada 2018 dan Pilpres 2019 yang akan datang.

Hadapi Pilkada 2018 & Pilpres 2019, PKB Cermati Isu Agama
Ratusan mahaiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Pembebasan melakukan aksi di depan Istana Negara, Jakarta, Rabu, (2/10). TIRTO/Andrey Gromico

tirto.id - Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) akan lebih mencermati isu-isu keagamaan yang kini menjadi populer. PKB bakal lebih responsif dalam menyikapi isu-isu tersebut untuk menghadapi Pilkada 2018 dan Pilpres 2019 yang akan datang. Hal tersebut dikatakan oleh Marwan Jafar selaku Ketua Lembaga Pemenangan Pemilu (LPP) PKB.

"Gelombang keagamaan yang kuat akhir-akhir ini menjadi faktor yang harus kita cermati," kata Marwan Jafar dalam sambutannya di Rakornas LPP yang digelar di DPP PKB, Jakarta Pusat (29/4/2017).

Menurut Marwan Jafar, isu keagamaan bukan hanya menampilkan sisi negatif melainkan memiliki sisi positif yang harus ditangkap oleh seluruh kader PKB dalam menghadapi Pilkada 2018 dan Pilpres 2019 mendatang. "Harus kita tangkap sepositif dan semaksimal mungkin, meskipun di sisi lain ada sisi negatif," ucapnya.

Marwan Jafar mencontohkan pada Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu yang diwarnai isu agama. Menurutnya, sebagai partai dengan ideologi yang jelas, PKB mestinya mampu memainkan peran dalam menyikapi gelombang keagamaan yang ada sebagai sisi positif untuk elektoral partai.

"Kalau dulu Nietzche bilang Tuhan telah mati dan Marx bilang agama adalah candu, sekarang Tuhan hidup kembali dan agama benar-benar sebagai candu," seloroh Marwan Jafar.

Tidak hanya soal gelombang keagamaan, Marwan Jafar juga meminta kepada seluruh LPP PKB di Indonesia untuk mencermati perihal revolusi digital dan kesenjangan sosial yang ada di masyarakat. Revolusi digital, menurutnya, adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dilepaskan oleh PKB jika ingin memenangkan pemilihan umum.

"Ini disebut dengan era revolusi digital. Ini memutarbalikkan bahkan merusak semuanya. Ini bisa kita lihat sebagai sisi positif dan negatif. Tapi, memang revolusi digital adalah keniscayaan yang harus kita pahami bersama," paparnya.

Sedangkan, mengenai kesenjangan sosial, Marwan Jafar menyebut Indonesia sedang mengalami sebuah fase neoliberalisme fasis yang tidak berpihak kepada rakyat kecil. Menurutnya, hal itu terlihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stagnan.

"Ekonomi kita stagnan. Target pertumbuhan ekonomi kita 5,3 persen tidak tercapai. Pertumbuhan ekonomi kita hanya 5,1 persen. Atau tidak tumbuh sama sekali," tukas Marwan Jafar.

Untuk itu, Marwan Jafar meminta kepada seluruh kader PKB agar lebih dekat dengan rakyat dalam rangka menjembatani kesenjangan ekonomi yang ada. “Saya harap kepada seluruh pengurus DPW dan Ketua LPP DPW andalah semua penggerak di masyarakat. Anda semua harus mengawal masyarakat,” tegasnya.

“PKB harus menemani masyarakat. Dalam sebuah teori pembangunan ada dua, apakah pembangunan itu berpihak masyarakat, atau apakah pembangunan itu mercusuar tapi tidak berpihak pada masyarakat," tutup Marwan Jafar.

Baca juga artikel terkait PKB atau tulisan lainnya dari M. Ahsan Ridhoi

tirto.id - Politik
Reporter: M. Ahsan Ridhoi
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Iswara N Raditya