tirto.id - Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf menargetkan seluruh suara akan diraupnya untuk menjadi ketua umum PBNU pada Muktamar NU yang akan digelar di Bandar Lampung pada 23-25 Desember 2021 nanti.
Total suara diketahui sebanyak 574, terdiri dari PBNU, kepengurusan tingkat provinsi yakni Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU), dan kepengurusan tingkat kabupaten yakni Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU).
"Ya kalau bisa ditargetkan semua, 574 suara," kata pria yang akrab disapa Gus Yahya di kediamannya di Kalibata, Jakarta Selatan, Senin (8/11/2021).
Yahya mengaku telah melakukan konsolidasi ke sejumlah PAW dan PAC untuk mencari dukungan, yakni di Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, Bali, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Sumatera Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sumatera Utara.
"Sejauh ini sudah 80 persenan lah dukungannya," klaimnya.
Kata Yahya, mereka semua ingin ada regenerasi di tubuh NU untuk menggantikan Said Aqil Siradj sebagai ketua umum.
Salah satu pembahasan yang dibawa oleh Gus Yahya ketika melakukan konsolidasi dan menjadi misi utamanya yaitu ingin memperkenalkan Nahdatul Ulama ke dalam lingkaran internasional.
Hal ini pun kata dia, telah dilakukan oleh mantan ketua umum PBNU cum Presiden Indonesia ke-4 Abdurahman Wahid alias Gus Dur dan pamannya yaitu Gus Mus.
"Saya kepikiran dunia ini sedang ada di persimpangan jalan, terkait dnegan tatanannya, dan NU punya sesuatu untuk disumbangkan untuk jalan keluar," ucapnya.
Kakak dari Menteri Agama Yaqut Cholil Quomas ini mengaku saat melakukan kunjungan ke pengurus wilayah kerap kali diberikan amplop sebagai tanda terimakasih dan dukungan mereka.
"Ya makasih, tidak bisa ditolak juga. Ini donasi untuk kandidat," kelakarnya.
"Kadang-kadang ada cabang yang dekat sama bupati, bupati juga ngamplopin juga, jadi lumayan," ujarnya lagi sambil berkelakar.
Yahya pun menepis berbagai macam isu yang menyerang dirinya menjelang Mukhtar NU, bahwa dirinya memiliki kedekatan dengan Israel hingga akan mencalonkan diri sebagai Presiden pada Pilpres 2024 mendatang jika terpilih sebagai ketua umum PBNU.
"Itu pilihan yang absolut, enggak bakal saya nyalon [jadi capres atau cawapres]. Bukan cuma saya, saya akan perintahkan ke seluruh jajaran PBNU untuk tidak ada yang nyapres dan nyawapres. Kalau ada yang mau jadi capres dan cawapres, sebaiknya jangan ikut PBNU," tegasnya.
Namun dia menjanjikan agar pengurus PBNU bisa mendapatkan jatah kursi menteri dari siapapun presiden yang menjabat.
"Saya bisa buat skema agar teman-teman bisa punya peluang jadi menteri. Tapi kalau capres atau cawapres enggak usah," pungkasnya.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Bayu Septianto