tirto.id - Tiga anak buah kapal asal Nusa Tenggara Timur hingga kini masih disandera oleh kelompok yang diduga menjadi sempalan Abu Sayyaf. Berkaitan dengan itu Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya mendesak pemerintah pusat untuk segera membebaskan tiga warganya tersebut secepatnya.
"Kami pemerintah maupun warga di NTT sangat berharap agar tiga warga kami yang diculik atau disandera tersebut segera dibebaskan," katanya kepada Antara di Kupang, Selasa (12/7/2016).
Tiga warga NTT diculik saat menangkap ikan di perairan Felda Sahabat, Tungku, Lahad Datu, Sabah, Malaysia pada Sabtu (9/7) sekitar pukul 24.00 waktu setempat. Lorens Koten selaku juragan kapal pukat tunda LD/114/5S serta Emanuel dan Teodorus Kopong sebagai anak buah kapal (ABK) kapal tersebut.
Berkaitan dengan pembebasan itu Frans Lebu menyampaikan pihaknya sudah menyampaikan harapannya kepada pemerintah pusat terkait pembebasan tersebut. Ia sendiri sudah menerima respons cepat dari pemerintah pusat.
Pada Senin lalu, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi juga sudah menyatakan secara resmi diculiknya tiga warga negara Indonesia di Lahada Datu, Sabah, Malaysia.
Dalam pernyataan resminya Retno menyampaikan menegaskan penyanderaan sudah tidak dapat ditoleransi lagi. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia, Filipina, dan Malaysia akan berupaya serius untuk mengatasi masalah tersebut.
"Penyataan Menteri itu merupakan sebuah harapan kami yang perlahan-lahan sudah mulai terpenuhi. Bahkan beberapa Menteri yang lain juga turut mendesak agar secepatnya dilakukan pembebasan dan dilakukan tindakan khusus," ujar Frans Lebu Raya.
Pemerintah NTT sendiri sedang berusaha membantu pemerintah pusat untuk mencari keluarga dekat dari tiga warganya yang diculik tersebut.
Walaupun ketiganya berpaspor Nunukan, Kalimantan Timur, tetapi ketiganya adalah warga asli NTT.
"Saya sudah memerintahkan pemerintah Kabupaten Flores Timur untuk mencari keluarga dekat dari ketiga korban yang disandera tersebut," tambahnya.