tirto.id - Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama menjelaskan bahwa proses pengeboran proyek Mass Rapid Transit (MRT) fase pertama Lebak Bulus-Bundaran HI sudah selesai dikerjakan. Ia mengakui keseluruhan tiga fase pembangunan MRT juga segera dirampungkan.
“Kita tadi bicara sama Pak Jokowi [Presiden Joko Widodo] dan penginnya juga dipercepat, yang diteruskan dari bundaran HI ke Ancol Timur, termasuk beliau juga minta cepet yang timur barat tinggal detail designnya aja,” ungkap Ahok di Balaikota DKI Jakarta, Kamis (23/2).
Terdapat tiga fase pembangunan proyek MRT yaitu fase pertama jalur Lebak Bulus - Bundaran HI sepanjang 16 kilometer, fase kedua Bundaran HI - Ancol Timur sepanjang 13,5 kilometer yang akan dibangun pada 2019, dan fase ketiga Cikarang - Balaraja sepanjang 87 kilometer yang akan dibangun pada 2020.
MRT mulai dibangun pada 2013 dan membentang sepanjang kurang lebih 110 kilometer dari Utara - Selatan dan Barat - Timur.
Menurut Ahok percepatan pembangunan itu tidak tergantung oleh pembiayaan. Menurutnya dana bisa dicari dari berbagai sumber. Yang penting, kata dia, designnya cepat.
Untuk itu, Ahok mengatakan, tahun 2019 groundbreaking fase kedua dari Bundaran HI-Ancol Timur sudah bisa dilakukan. Ahok juga bercerita Presiden Jokowi senang ketika melihat Simpang Susun Semanggi karena proses pengerjaannya lebih cepat sebulan dari yang diperkirakan.
Saat melakukan peninjauan di terowongan MRT Semanggi Presiden Jokowi menjelaskan bahwa megaproyek MRT bakal rampung dan bisa dioperasikan pada Maret 2019. Tetapi pada saat Asian Games 2018, proyek harus sudah jadi dan sudah bersih.
“Kita berharap schedule betul-betul terus kita ikuti agar selesai tepat pada waktunya,” ungkap Presiden Jokowi saat melakukan peninjauan, Kamis (23/2).
Sementara untuk pendanaan proyek, Jokowi menjelaskan bisa berasal dari APBN APBD maupun kerjasama dan investasi.
“Kombinasi-kombinasi itu yang mempercepat pembangunan-pembangunan infrastruktur kita. Masalah pembiayaan sampai saat ini belum ada keluhan baik dari kementerian maupun BUMN dan swasta,” tuturnya.
Di lokasi yang sama, Presiden Direktur MRT Jakarta, William Sabandar mengatakan penyelesaian pengerjaan terowongan bawah tanah ini merupakan bagian dari jejak pencapaian pembangunan MRT Jakarta fase pertama.
Bertemunya keempat bor menandakan pengerjaan MRT Jakarta struktur bawah tanah selesai 50%. Struktur ayang sendiri telah selesai 50%.
"Secara garis besar, pengerjaan MRT Jakarta sampai saat ini adalah 65%," ungkap William Sabandar sembari menambahkan proyek MRT ditarget rampung 2018.
Pengamat kebijakan publik dari Univeritas Indonesia, Syafuan Rozi Soebhan menilai, proyek MRT memang berjalan lambat. Kendati demikian, perlambatan itu masih bisa dimaklumi karena proyek harus dikerjakan dengan teliti karena ada banyak risiko yang dihadapi.
“Itu kan ada resiko banjir juga ya, risiko air turun ke bawah, juga harus diantisipasi pengalaman Jepang turun ke bawah. Menurut saya, mengulurkan waktu dari 2018 ke atas memang ada beberapa alasan. Alasan secara teknis, tentang keamanan,” ujar dia saat dihubungi Tirto.id, Kamis (23/2).
Bila proyek ini sukses, kata Syaufan, MRT tidak hanya dimanfaatkan sebagai angkutan masal namun juga sebagai pengendali banjir. Dia menjelaskan jika MRT terdiri dari 3 bagian, atas sebagai tempat kabel, tengah sebagai ruang kereta dan lapisan bawah untuk pengendalian banjir dan seharusnya bisa sebagai pemenuhan air bersih.
Ia mencontohkan dengan MRT di Malaysia dengan Singapura yang menggunakan teknologi MRT yang tidak hanya digunakan sebagai angkutan massal namun juga bisa digunakan sebagai pengendali banjir.
Ia berujar, jika mangkraknya MRT tak hanya dikarenakan persiapan keamanan maupun hal-hal teknis lainnya namun juga dikarenakan kebingungan dalam hal membuang tanah galian terowongan MRT.
Karena itu, ia menyarankan jika tanah galian tersebut untuk menimbun pulau, jika memang Pemprov DKI Jakarta menginginkan reklamasi terus dilakukan. “Kalau memang tanah untuk menambah wilayah daratan, tanahnya dipakai untuk menimbun. Jadi nggak perlu mengambil tanah dari provinsi lain,” ujar dia.
Lebih lanjut, untuk mengantisipasi kesemrawutan lalu lintas pada saat Asian Games 2018, ia mengusulkan agar Pemerintah Pusat mau membangun kereta gantung. Menurut dia, kereta gantung merupakan transportasi massal yang tidak membutuhkan dana banyak dan waktu lama. Bila mau dikebut proyek kereta gantung itu hanya butuh waktu 5 bulan, katanya.
Penulis: Chusnul Chotimah
Editor: Agung DH