Menuju konten utama

Go-Jek Fasilitasi KPR DP 1% untuk Pengemudinya

Go-Jek memberikan fasilitas kredit untuk para mitra pengemudi. Mengikat para pengemudi agar tak beralih ke kompetitor lain?

Go-Jek Fasilitasi KPR DP 1% untuk Pengemudinya
Ilustrasi. Ratusan pengemudi ojek sepeda motor berbasis aplikasi Go Jek, Rabu (13/7). Antara foto/Aditya Pradana.

tirto.id - Go-Jek telah menjalin kerja sama dengan tiga bank nasional dalam rangka memberikan layanan perbankan bagi para mitranya. Bentuk kerja sama yang merupakan bagian dari program swadaya tersebut merupakan investasi jangka panjang, yang meliputi kredit pemilikan rumah (KPR), tabungan haji, dan tabungan umrah.

“Dengan menjalin 3 bank nasional, yakni BTN, Permata Bank Syariah, dan BNI Syariah, mitra kami bisa mengakses produk perbankan ke tiga hal itu,” kata CEO Go-Jek, Nadiem Makarim, dalam jumpa pers di kantornya, Selasa (9/5/2017) sore.

Lebih lanjut, VP Program Swadaya Go-Jek Ardelia Apti mengklaim kesejahteraan mayoritas para mitra Go-Jek saat ini telah meningkat. Itu sebabnya, Ardelia mengatakan Go-Jek kini akan mulai melebarkan fokus pada perencanaan keuangan mitranya.

“Kami kan ada riset, kebanyakan driver di Go-Jek meningkat kesejahteraan dan penghasilannya. Tapi sebenarnya yang kami mau bantu adalah kesejahteraan yang sifatnya lebih dari sekadar monetary maupun bonus. Makanya dengan program ini, diharapkan bisa membantu mereka untuk mengatur uang dengan lebih bijak,” ujar Ardelia kepada Tirto seusai jumpa pers.

Dari nota kesepahaman yang telah ditandatangani, diperoleh informasi bahwa satu orang pengemudi yang mengikuti program akan dikenakan biaya cicilan per harinya.

Untuk KPR, pengemudi dikenakan potongan sebesar Rp42.000,00/hari untuk bisa memiliki rumah dengan DP 1 persen dan suku bunga sebesar 5 persen selama 20 tahun. Sementara untuk tabungan haji dan tabungan umrah, masing-masingnya dikenakan potongan biaya senilai Rp15.000,00-Rp30.000,00/hari hingga Rp25.000,00-Rp35.000,00/hari. “Semuanya cashless, dicicil dari wallet Go-Pay mereka,” ungkap Ardelia.

Adapun Ardelia menegaskan Go-Jek tidak mengambil keuntungan finansial dari program Swadaya ini. Seperti diungkapkannya, Go-Jek hanya berperan sebagai perantara bagi para mitra untuk bisa mengakses layanan perbankan. “Ini bukan profit making unit. Tapi ini juga bukan charity, karena kami hanya menyediakan akses dan teknologinya,” ucap Ardelia.

“Para driver ini kan pekerja informal dengan pendapatan yang naik turun, kalau mereka melakukan kredit sendiri takutnya kredit tidak akan muncul. Tapi dengan program ini, kami bisa bantu memberikan jaminan berdasarkan data dari Go-Jek kepada mitra perbankan,” tambahnya.

Saat jumpa pers, Nadiem pun sempat menyebutkan sejumlah kriteria yang harus dipenuhi pengemudi untuk bisa mengajukan cicilan. Di antaranya berdasarkan faktor loyalitas, rekam jejak, rating yang didapat, hingga persyaratan penghasilan yang minimal sebesar Rp 2,5 juta dan maksimal sebesar Rp 4 juta.

“Karena Go-Jek hanya membantu mereka buat dapat akses, jadi kami tidak menyimpan uangnya. Kalau di tengah jalan ada apa-apa dengan mitra, itu sudah antara bank dengan driver sebagai nasabah. Sehingga prosedur perbankan yang dijalankan pun sama seperti biasa,” ujar Ardelia lagi.

Pada Senin (8/5) lalu, Pusat Kajian Komunikasi Universitas Indonesia (Puskakom UI) telah merilis hasil survei soal peningkatan kualitas hidup para pengemudi Go-Jek. Dari situ, dapat diketahui sebanyak 80 persen pengemudi ojek mengaku puas bermitra dengan Go-Jek.

Akan tetapi saat dikonfirmasi langsung oleh Tirto di lapangan, sejumlah mitra Go-Jek yang ditemui malah mengeluhkan pendapatannya yang terus menurun.

Baca juga artikel terkait GOJEK atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Agung DH