Menuju konten utama

Gempa Papua: Perusahaan Migas Diimbau Setop Sementara Operasional

Perusahaan minyak dan gas negara yang berada di lokasi dekat pusat gempa Papua diimbau untuk menghentikan aktivitas mereka untuk mencari tahu kerusakan yang terjadi. 

Gempa Papua: Perusahaan Migas Diimbau Setop Sementara Operasional
Ilustrasi Seismografi. Getty Images/iStockphoto

tirto.id -

Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) mendorong perusahaan minyak dan gas segera menangguhkan kegiatan mereka Papua akibat gempa berkekuatan 7,6 Skala Richter melanda Provinsi Southern Highlands Papua Nugini, Senin (26/2/2018) pagi.

Gempa tersebut melanda dekat pusat pulau utama Papua Nugini sekitar 560 kilometer dari ibu kota, Port Moresby, sekitar pukul 03.45 waktu setempat atau 00.45 WIB, menurut USGS. Jarak kedalamannya sekitar 35 kilometer.

Seorang juru bicara di Pusat Bencana Nasional Papua Nugini mengatakan melalui telepon bahwa daerah yang terkena dampak sangat terpencil dan lembaga tersebut tidak dapat menilai kerusakan dengan benar hingga komunikasi kembali dibangun. Dia mengatakan tidak ada korban atas kejadian tersebut.

Kepala Palang Merah Internasional, Udaya Regmi di Papua Nugini, mengatakan bahwa komunikasi "benar-benar terputus" di Tari, salah satu permukiman yang lebih besar di dekat pusat gempa.

Pusat Peringatan Tsunami Pasifik di Hawaii mengatakan bahwa tidak ada risiko tsunami setelah terjadinya gempa tersebut.

Perusahaan ExxonMobil mengatakan telah menutup pabrik pendingin gas Hides, dekat dengan pusat gempa, untuk mencari tahu kerusakan yang terjadi.

"Semua karyawan dan kontraktor ExxonMobil Papua Nugini di fasilitas Hides telah diberitahukan dan kami senang melaporkan bahwa semuanya aman," demikian juru bicara ExxonMobil Papua Nugini dalam sebuah surat elektronik.

Penjelajah minyak dan gas Papua Nugini Oil Search mengatakan dalam pernyataannya bahwa pihaknya telah menutup produksi di daerah yang terkena gempa. Hingga saat ini belum ada laporan terkait korban, baik luka maupun jiwa.

Beberapa lembaga bantuan dan lembaga keagamaan mengatakan bahwa komunikasi yang buruk di daerah hutan yang padat membuat tim kesulitan melakukan pendataan.

"Struktur semak belukar yang mereka bangun cenderung menahan gempa bumi dengan sangat baik," demikian misionaris Kristen Brandon Buser setelah menghubungi beberapa desa terpencil dengan radio gelombang pendek.

Gempa bumi umum terjadi di Papua Nugini, yang berada di "Cincin Api" Pasifik, sebuah titik api untuk aktivitas seismik, karena adanya gesekan antara lempeng tektonik.

"Ini adalah jalur lipat dan sesar naik Papua, jadi ini adalah gerakan khas patahan di wilayah itu, tapi ini besar," ujar Chris McKee, direktur Divisi Manajemen Bahaya Aktivitas Bumi di Port Moresby, dilaporkan Reuters.

Baca juga artikel terkait GEMPA PAPUA

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: antara
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Yandri Daniel Damaledo