tirto.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tadi malam mencatat terjadinya gempa tektonik di wilayah Pacitan dan sekitarnya, Jumat (8/11/2019).
Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan berdasar hasil analisis gempa yang terjadi Kamis (7/11/2019) pukul 21.27 WIB ini memiliki magnitude 3,1.
Episenter gempa terletak pada koordinat -8,23 lintang selatan dan 111,13 bujur timur, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 4 kilometer arah tenggara Kota Pacitan dengan kedalaman 11 kilometer.
Gempa tadi malam juga dirasakan di wilayah Pacitan, Kebon Agung, Tamperan, dalam skala Intensitas II-III MMI, yaitu guncangan dirasakan nyata dalam rumah, seakan-akan ada truk yang sedang berlalu.
Lantaran guncangan gempa yang dirasakan cukup kuat, sehingga membuat beberapa warga sempat berlarian keluar rumah.
“Ditinjau dari lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya tampak bahwa gempa yang terjadi merupakan jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) akibat aktivitas sesar aktif,” ujar Daryono melalui keterangan resmi yang diterima redaksi Tirto.
Daryono menambahkan, jika melihat lokasi episenternya maka diduga kuat bahwa pembangkit gempa ini adalah Sesar Grindulu. Sesar ini terbentuk pada zaman kwarter yang berorientasi timurlaut-baratdaya.
“Mekanisme sumber gempa ini adalah sesar geser (strike slip) dengan arah timurlaut-baratdaya. Ini sesuai dengan karakteristik Sesar Grindulu yang memang merupakan sesar geser,” kata Daryono.
Daryono juga mengatakan bahwa dalam beberapa literatur hasil kaiian, jalur Sesar Grindulu melintasi 5 kecamatan, yakni Kecamatan Bandar, Nawangan, Unung, Arjosari, serta Donorojo.
Sesar mayor sendiri memiliki sesar-sesar minor yang tersebar di beberapa Kecamatan di Kabupaten Pacitan.
Beberapa ahli juga menduga bahwa Sesar Grindulu yang membelah Kabupaten Pacitan ini strukturnya mencapai lereng Gunung Wilis di Kabupaten Ponorogo.
“Hasil monitoring BMKG hingga Jumat pagi (8/11/2019) pukul 08.00 WIB belum ada aktivitas gempa susulan. Kepada masyarakat imbau agar tetap tenang hingga saat ini belum ada laporan mengenai kerusakan bangunan sebagai dampak gempa tersebut,” ujarnya,
Sementara itu, meski gempa ini tidak terlalu berdampak, Daryono mengatakan gempa dengan pusat di daratan Pacitan menjadi bukti penanda bahwa struktur Sesar Grindulu masih aktif sehingga patut untuk diwaspadai.
“Sayangnya, seluruh jalur sesar ini belum dipetakan secara rinci, sehingga dengan kejadian gempa tadi malam penting tampaknya menjadi momen penting untuk melakukan identifikasi Sesar Grindulu secara lebih komprehensif,” kata Daryono.
Menurutnya saat ini jika perlu ada kajian sejarah kegempaan purba (paleoseismologi) yang terekam dalam lapisan batuan yang berusia ribuan tahun sepanjang Sungai Grindulu sehingga dapat membantu memberikan petunjuk mengungkap periodisitas gempa kuat yang pernah terjadi dipicu struktur sesar ini pada masa lalu.
Ia menambahkan kajian ini memang perlu dilakukan agar jangan sampai terjadi peristiwa seperti Sesar Opak di Yogyakarta yang ternyata aktif kembali memicu peristiwa gempa besar pada 27 Mei 2006.
Selain itu, menurutnya perlu juga adanya upaya mitigasi seperti memahami pentingnya bangunan rumah yang strukturnya kuat dan aman saat terjadi gempa bumi.
“Jika struktur tersebut mahal maka ada opsi lain dengan membangun rumah dari bahan ringan seperti kayu dan bambu yang didisain menarik. Gempa bumi tidaklah membunuh dan melukai tetapi bangunan tembok lemah yang rubuh dan menimpa penghuninya yang menimbulkan korban,” pungkasnya.
Daryono juga mengingatkan bahwa wilayah Kabupaten Pacitan memang termasuk salah satu kawasan paling rawan gempa tektonik di Jawa Timur.
Pacitan juga masuk dalam kategori risiko tinggi karena berhadapan dengan zona Megathrust selatan Jawa dan juga terletak di jalur Sesar Grindulu. Sehingga penting dilakukan kajian bahaya dan risiko gempa di wilayah ini.
Editor: Agung DH