tirto.id - Gempa tektonik kembali mengguncang Kabupaten Pidie Jaya dengan kekuatan 4,3 skala richter pada Sabtu (10/12/2016) malam, membuat warga panik dan berhamburan keluar.
Seperti dilaporkan oleh kantor berita Antara, akibat guncangan yang cukup kencang itu warga yang sedang duduk di warung kopi kemudian berhamburan ke luar. "Kuat kali goncangannya bang, takut warkopnya roboh," akui Hendri usar berlari dari warkop di Jalan Banda Aceh - Medan, Sumut, Gampong Manyong, Meureude, Pidie Jaya, Aceh.
Kepala Stasiun BMKG Mata Ie, Banda Aceh Eridawati menyebutkan, gempa itu terjadi sekitar pukul 23.42 WIB dengan pusat gempa berada di 5.40 Lintang Utara (LU), 96.17 Barat Timur, titiknya 23 kilometer (km) Sigli-Pidie, Aceh kedalaman 20 km dirasakan sampai terasa sampai ke Pidie Jaya.
Pada umumya warga Pidie Jaya masih dihantui ketakutan guncangan gempa yang terus berulang kali menguncang kawasan tersebut, sehingga warga lebih memilih bermalam di posko maupun halaman rumahnya.
"Masyarakat yang tidak tinggal di posko pengungsi, malam hari tidurnya halaman rumah dan takut tidur di dalam karena gempa terus terjadi berulang-ulang," kata Andi warga Gampong (desa) Teugoh, Kecamatan Pante Raja, Pidie Jaya.
Warga takut tidur di rumah karena pada umumnya dinding rumah yang ia tempati pada retak ringan dan pasar karena diguncang gempa 6,4 SR Rabu (7/12/2016) pagi pukul 05.03 WIB. Gempa Rabu pagi itu telah merengut sekitar 96 nyawa dan korban luka parah hingga ringan sekitar 660 orang.
Para korban gempa tersebut tersebar di delapan Kecamataan se-Kabupaten Pidie Jaya meliputi, Pante Raja, Bandar Dua, Bandar Baru, Jangka Buya, Tringgadeng, Meureudu, Bandar Baru dan Alee Glee.
Sementara itu, Bupati nonaktif Aceh Tengah Nasaruddin mengatakan proses rehabilitasi dan rekonstruksi bangunan yang rusak akibat gempa bumi di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh harus dipercepat.
"Masa tanggap darurat masih berlanjut terhitung sejak hari pertama gempa sampai 14 hari ke depan dan setelah itu rehap-rekonnya harus segera dilakukan," kata Nasaruddin di Pidie Jaya.
Selama masa tanggap darurat, katanya, diperlukan koordinasi yang baik dengan lintas sektor yang terlibat dalam penanganan korban gempa harus dilakukan berbarengan sampai berakhirnya masa tanggap darurat.
"Dukungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta masyarakat sangat baik saya lihat dan setelah masa tanggap darurat proses rehab rekon kalau bisa dipercepat," saran Nasaruddin.
Selain itu, ia juga menyarankan proses rehabilitasi fasilitas publik seperti rumah ibadah, sarana pendidikan dan fasilitas kesehatan juga harus diutamakan agar pelayanan terhadap masyarakat segera pulih.
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara