Menuju konten utama

Gempa Besar Diprediksi Melonjak di 2018 karena Rotasi Bumi Melambat

Para ilmuwan mengatakan jumlah gempa yang parah kemungkinan akan meningkat kuat tahun depan karena perlambatan rotasi periodik bumi.

Gempa Besar Diprediksi Melonjak di 2018 karena Rotasi Bumi Melambat
Prajurit dan regu penyelamat bekerja di reruntuhan bangunan setelah gempa bumi di Mexico City, Meksiko, Rabu (20/9). ANTARA FOTO/REUTERS/Henry Romero

tirto.id - Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa ada kemungkinan terjadi peningkatan jumlah gempa dahsyat di seluruh dunia tahun depan. Mereka percaya variasi kecepatan rotasi bumi bisa memicu aktivitas seismik yang intens, terutama di daerah tropis yang padat penduduknya.

Meskipun fluktuasi rotasi seperti itu kecil, mengingat perubahan panjang hari ini dalam milidetik, hal itu masih dapat berdampak pada pelepasan sejumlah besar energi bawah tanah, demikian yang diperdebatkan.

The Guardian melaporkan, hubungan antara rotasi bumi dan aktivitas seismik ini disorot bulan lalu di sebuah makalah oleh Roger Bilham dari Universitas Colorado di Boulder dan Rebecca Bendick dari University of Montana di Missoula yang dipresentasikan pada pertemuan tahunan Masyarakat Geologi Amerika.

"Korelasi antara rotasi bumi dan aktivitas gempa sangat kuat dan menunjukkan akan terjadi peningkatan jumlah gempa bumi yang hebat tahun depan," kata Bilham kepada The Observer pekan lalu.

Dalam studi mereka, Bilham dan Bendick mengamati gempa berkekuatan 7 SR dan lebih besar terjadi sejak 1900. "Gempa bumi besar telah tercatat dengan baik selama lebih dari satu abad dan itu memberi kita catatan bagus untuk dipelajari," kata Bilham.

Mereka menemukan lima periode ketika terjadi gempa berskala besar secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan waktu lain. "Pada periode ini, ada antara 25 sampai 30 gempa bumi dalam setahun," kata Bilham. "Sisa waktu itu rata-rata sekitar 15 gempa besar setahun."

Para peneliti mencari untuk menemukan korelasi antara periode aktivitas seismik intens dan faktor lainnya. Mereka menemukan bahwa ketika rotasi bumi sedikit menurun, diikuti pula periode peningkatan jumlah gempa bumi yang intens.

"Perputaran Bumi sedikit berubah - kadang-kadang satu milidetik satu hari - dan itu bisa diukur dengan sangat akurat oleh jam atom," ujar Bilham.

Bilham dan Bendick menemukan bahwa telah terjadi periode sekitar lima tahun ketika rotasi bumi melambat sedemikian banyaknya beberapa kali selama satu setengah abad terakhir. Krusialnya, periode ini diikuti oleh masa ketika jumlah gempa bumi juga meningkat.

"Ini sangat mudah," kata Bilham. "Bumi menawarkan kita peringatan lima tahun ke depan atas gempa bumi di masa mendatang."

Kaitan ini sangat penting karena rotasi bumi memulai salah satu pelambatan periodiknya lebih dari empat tahun yang lalu. "Kesimpulannya jelas," kata Bilham. "Tahun depan kita dapat melihat peningkatan yang signifikan jumlah gempa bumi yang parah. Kita sudah menjumpainya dengan mudah tahun ini. Sejauh ini kita hanya memiliki sekitar enam gempa bumi berat. Kita bisa saja menghadapi 20 gempa setahun mulai 2018."

Alasan tepat soal penurunan panjang hari tersebut berkaitan dengan gempa bumi masih belum jelas. Namun para ilmuwan menduga bahwa sedikit perubahan pada perilaku inti bumi dapat menyebabkan kedua efek tersebut.

Selain itu, sulit untuk memprediksi di mana gempa dahsyat ini akan terjadi. Meski begitu, Bilham mengatakan bahwa mereka menemukan bahwa sebagian besar gempa bumi yang hebat ini merespons perubahan dalam panjang hari yang tampaknya terjadi di dekat khatulistiwa. Perlu diketahui, sekitar satu miliar orang tinggal di daerah tropis.

Baca juga artikel terkait GEMPA BUMI atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari