tirto.id - Usai gempa 7 skala richter mengguncang Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Minggu (5/8/2018), Garuda Indonesia mengoperasikan tiga penerbangan ekstra (extra flight) untuk rute Lombok-Denpasar.
Vice President Coprorate Secretary PT Garuda Indonesia, Hengki Heriandono menyatakan penyediaan tiga penerbangan ekstra tersebut mulai dilakukan pada hari ini, Senin (6/8/2018). Pengoperasian tiga extra flight itu untuk mengantisipasi kenaikan pergerakan penumpang dari dan menuju Lombok sekaligus mempermudah proses evakuasi wisatawan usai gempa besar terjadi pada Minggu kemarin.
Rincian jadwal penerbangan ekstra yang disediakan Garuda Indonesia untuk rute Lombok-Denpasar pulang-pergi tersebut ialah: Pukul 14.40 WITA, Pukul 16.40 WITA dan Pukul 18.55 WITA.
Hengki juga memastikan bahwa seluruh penerbangan Garuda Indonesia, dari dan menuju Lombok, tetap berlangsung normal usai terjadi gempa pada Minggu petang kemarin. Selain itu, seluruh infrastruktur penunjang pada layanan kebandaraan di Lombok beroperasi dengan normal.
“Penerbangan Garuda Indonesia untuk sektor penerbangan Denpasar juga tetap berlangsung,” kata Hengki dalam keterangan resmi Garuda Indonesia yang diterima Tirto, pada hari ini.
Karena ada peningkatan pengiriman barang bantuan kargo menuju Lombok, Garuda Indonesia juga menyediakan potongan harga sebesar 50 persen untuk pengiriman barang bantuan bencana alam ke Nusa Tenggara Barat.
Menurut Hengki, Garuda terus melakukan koordinasi intensif bersama seluruh pemangku kepentingan layanan kebandar-udaraan untuk memastikan kelancaran operasional penerbangan dari dan menuju Lombok maupun Denpasar.
Sementara itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya menyatakan pihaknya terus memantau lonjakan jumlah wisatawan yang hendak keluar dari Lombok dan Bali usai gempa Minggu kemarin. Dia juga sudah meminta bawahannya untuk mencari tambahan penerbangan dan slot pergerakan pesawat dari dan menuju Lombok serta Bali.
Arief mengimbau semua maskapai, khususnya Foreign Airlines, mempermudah dan mempercepat pengurusan administrasi perubahan rencana perjalanan wisatawan di Bali dan Lombok.
“Mohon dibantu sepenuhnya dan tidak mengenakan penalti,” kata Arief dalam rilis resmi Kementerian Pariwisata. “Para travellers ini harus mengubah schedule [jadwal] bukan karena rencananya. Tetapi situasi bencana, sehingga harus terbang lebih awal dari rencana.”
Mulai 6 Agustus 2018, Kementerian Pariwisata juga telah memerintahkan Tim Manajemen Krisis Kepariwisataan membuka Posko di Lombok bersama Poltekpar Lombok dan Pemda terkait.
“Posko tersebut dibangun dan difokuskan sebagai layanan informasi khususnya bagi wisatawan yang terdampak, baik nusantara maupun mancanegara,” kata Arief.
Editor: Addi M Idhom