Menuju konten utama
EURO 2024

Gareth Southgate dan Kans Football Is Coming Home di EURO 2024

Pelatih Gareth Southgate kerap nyaris merebut trofi untuk Timnas Inggris, sekaligus menggemakan football's coming home. Seperti apa kans di final EURO 2024?

Gareth Southgate dan Kans Football Is Coming Home di EURO 2024
Pelatih Timnas Inggris, Gareth Southgate. AP Photo/Frank Augstein

tirto.id - Gareth Southgate hampir tiba di salah satu penantiannya, yakni menjuarai EURO 2024. Final Piala Eropa 2024 antara Spanyol vs Inggris di Olympiastadion, Berlin, Jerman, pada Senin (15/7/2024) dini hari nanti, bakal jadi final ke-2 bagi Southgate sebagai pelatih Timnas Inggris.

Nyaris adalah salah satu kata yang tepat untuk menggambarkan karier panjang Gareth Southgate bersama Timnas Inggris. Hal yang bahkan sudah Southgate rasakan 28 tahun lalu, ketika dirinya masih bertindak sebagai pemain The Three Lions di EURO 1996.

Ketika itu Inggris tampil cukup meyakinkan di EURO 1996, dan menjadi satu-satunya kesempatan mereka berstatus sebagai tuan rumah penuh Piala Eropa. The Three Lions tak terkalahkan di fase grup. Inggris melaju hingga semifinal, dan ketika itu menjadi pencapaian terjauh mereka, ketika Piala Eropa sudah diikuti lebih dari 4 tim.

Akan tetapi gegap gempita football's coming home terhenti sesaat, usai Southgate gagal sebagai eksekutor adu penalti dalam duel semifinal kontra Jerman di Stadion Wembley, London. Kelak tempat itu jadi saksi bahwa Southgate kembali nyaris juara, tapi kala itu sebagai pelatih.

EURO 1996 bisa dibilang sebagai momentum emas Inggris untuk merayakan penantian gelar. Terlebih edisi saat itu juga mengawali kampanye ‘football’s coming home , yang populer lewat lagu berjudul ‘Three Lions’ garapan David Baddiel dan Frank Skinner.

Dua puluh delapan berlalu usai EURO 1996, Gareth Southgate kembali tiba di final EURO 2024. Pria kelahiran Watford itu sekali lagi punya kesempatan menebus kegagalannya 28 tahun silam. Mampukah Southgate mewujudkan misi football’s coming home?

Gareth Southgate dan Penantian Football Is Coming Home: Piala Dunia 2018

Gaung besar football’s coming home pertama kali digagalkan Gareth Southgate di EURO 1996 silam, ketika itu masih sebagai pemain. Tapi oleh Southgate pula gaung tersebut kembali menemukan gairahnya. Semua bermula dari penunjukan Southgate sebagai pelatih Inggris usai EURO 2016.

Southgate pertama kali memimpin The Three Lions di turnamen besar, ketika Piala Dunia 2018. Di kesempatan pertama itu, Inggris melaju hingga semifinal. Raihan tersebut relatif mentereng. Pasalnya sejak 1990, The Three Lions belum pernah kembali ke babak 4 besar Piala Dunia. Itu juga kali perdana Inggris melaju ke semifinal semua ajang, sejak EURO 1996.

Harapan Inggris pada 2018 terbilang besar. Mereka juga relatif diuntungkan dalam bagan fase gugur, lantaran hanya dihadapkan dengan Kolombia di 16 besar, Swedia di perempat final, lalu Kroasia di semifinal.

Tak hanya melaju jauh. Bersama Southgate, Timnas Inggris menghentikan salah satu kutukan mereka, yakni menang adu penalti atas Kolombia di babak 16 besar. Itu menjadi kemenangan via adu penalti yang pertama, sejak 1996.

Namun harapan besar ke final sejak 1966 harus pupus lebih awal. Inggris takluk dari Kroasia, yang pada saat itu tak diunggulkan bakal bisa menembus final.

Cara Inggris tersingkir juga terbilang menyakitkan. Inggris takluk 1-2 dari Kroasia lewat gol di extra time. Padahal sebelum itu Pasukan Tiga Singa sempat unggul 1-0 lebih dulu, lewat gol cepat Kieran Trippier menit ke-5.

Final EURO 2020 & Semifinal UNL 2019: Nyaris Menjadi Penebusan Southgate

Selepas Piala Dunia 2018, Timnas Inggris kembali mendapatkan kans meraih juara. Kesempatan pertama datang di UEFA Nation League (UNL) edisi perdana 2019. Saat itu Inggris lagi-lagi bisa mencapai semifinal.

UNL tak selalu dianggap sebagai turnamen besar. Namun capaian di ajang ini tentu tetap dianggap prestise. Inggris bersama Southgate nyaris mendapatkan trofi di UNL.

Inggris melaju ke semifinal bertemu Belanda. Di laga tersebut Inggris takluk 1-3, lewat perpanjangan waktu. Seolah mengulang semifinal Piala Dunia 2018, The Three Lions kembali gagal usai kena comeback lawan.

Inggris unggul lebih dulu lewat gol Marcus Rashford menit 32’. Lalu Matthijs de Light menyamakan kedudukan menit 73’. Kemudian ketika extra-time, Inggris kalah lewat gol bunuh diri Kyle Walker menit 97’ dan gol Quincy Promes menit 114’.

Dua tahun usai kegagalan di UNL, Inggris membuka harapan di EURO 2020 (2021). Edisi kala itu tak memiliki tuan rumah khusus. Terdapat 11 kota dan 11 negara yang menjadi tuan rumah bersama.

Markas Inggris yaitu Stadion Wembley, London, terpilih jadi venue final. Bukan hanya final, The Three Lions bahkan hanya 1 kali tampil di luar London selama EURO 2020. Piala Eropa 2020 seolah mengulang gairah 1996 silam, saat mereka jadi tuan rumah penuh.

Kesempatan Inggris dibayar kontan dengan lolos ke final. Harry Kane dan kolega tak terkalahkan di fase grup. Melaju ke babak knock-out, Inggris juga tampil cukup meyakinkan.

Inggris menyingkirkan tim kuat Jerman di 16 besar lewat skor 2-0. Kemenangan itu seolah menjadi sinyal positif bahwa Inggris makin dekat dengan penantian. Setelahnya Timnas Inggris hanya dihadapkan dengan Ukraina dan Denmark. Seluruhnya berhasil dilalui.

Tiba di laga final EURO 2020 di Stadion Wembley, London. The Three Lions bertemu dengan Italia. Laga tersebut seolah jadi titik akhir penantian Inggris. Pasalnya dalam laga final, Inggris 2 kali merasakan momentum unggul.

Keunggulan pertama tercipta pada menit 2, saat Luke Shaw mencetak gol cepat. Tapi keunggulan itu berhasil disamakan Italia lewat gol Leonardo Bonucci menit 67. Inggris dan Italia terpaksa memainkan babak extra time.

Laga Inggris vs Italia kemudian terpaksa diakhiri lewat adu penalti. Harapan kembali meninggi sesaat setelah kiper Inggris, Jordan Pickford, menepis tendangan eksekutor ke-2 Italia, Andrea Belotti.

Inggris sementara memimpin 2-1 dalam adu penalti. Inggris untuk kali ke-2 dalam posisi unggul. Selanjutnya, 3 penendang Inggris berikutnya, Marcus Rashford, Jadon Sancho, dan Bukayo Saka, seolah tinggal melanjutkan momentum.

Bencana datang saat ketiganya tak ada yang sanggup menceploskan bola. Sebaliknya, 2 dari 3 penendang Italia justru bisa menyarangkan bola ke gawang Inggris. Alhasil, Inggris kalah 2-3. Ambisi football’s coming home kemudian berakhir dengan lelucon football’s coming Rome.

Final EURO 2024: Ujung Penantian Southgate?

Final EURO 2024 jadi kesempatan berikutnya bagi Gareth Southgate untuk membayar tuntas kegagalan. Kali ini Southgate punya tantangan berat. Mereka harus bisa menjinakkan Timnas Spanyol di Olympiastadion, Berlin, Jerman, pada Senin (14/7/2024) dini hari.

Sedari awal turnamen performa Timnas Inggris tak selalu bisa dibilang istimewa. Inggris hanya memetik 3 kemenangan (termasuk extra time) dan 3 hasil imbang (termasuk adu penalti). Torehan itu berbanding 180 derajat dengan Timnas Spanyol.

La Furia Roja (julukan Timnas Spanyol) punya rekor 100 persen kemenangan. Menariknya, Spanyol bersama Luis de la Fuente juga punya perjalanan yang terbilang istimewa, bahkan sejak fase grup.

Spanyol tergabung di Grup B yang dianggap sebagai grup neraka. Di sana Spanyol bertarung dengan juara bertahan EURO 2020, Italia. Kemudian semifinalis Piala Dunia 2022, Kroasia. Spanyol melewati lawan-lawan tangguh tersebut dengan kemenangan.

Tantangan lebih berat dihadapi La Roja di perempat final, saat bertemu tuan rumah Jerman. Kemudian Spanyol harus mengatasi runner-up Piala Dunia 2022, Prancis. Semuanya dilewati Spanyol dengan kemenangan.

Sebaliknya, Inggris hanya berhadapan dengan Belanda di semifinal, sebagai satu-satunya tim unggulan yang mereka hadapi. Sisanya, Inggris bertemu Swiss dan Slovakia di fase 8 besar dan 16 besar. Lawan yang di atas kertas lebih ringan, tapi Inggris selalu nyaris tersingkir.

Inggris tak sekalipun mengatasi lawan lewat keunggulan di waktu normal. Inggris 3 kali harus menciptakan comeback saat melewati lawan mereka. Mampukah Inggris selamat dari Spanyol di final EURO 2024 malam nanti?

Baca juga artikel terkait EURO 2024 atau tulisan lainnya dari Dicky Setyawan

tirto.id - Olahraga
Kontributor: Dicky Setyawan
Penulis: Dicky Setyawan
Editor: Oryza Aditama