Menuju konten utama

Garam Makin Langka, Karyawan Terpaksa Dirumahkan

Sejak perusahaan garam Setyo berhenti operasi, banyak warga yang datang ke rumah untuk menanyakan apakah ada persediaan garam atau tidak ada.

Garam Makin Langka, Karyawan Terpaksa Dirumahkan
Pekerja membungkus kemasan garam di Gudang CV. Bumi Indah Bandar Lampung, Lampung, Senin (24/7). ANTARA FOTO/Ardiansyah

tirto.id - Komoditas garam tengah mengalami kelangkaan yang menyebabkan harga makin melambung. Seorang pengusaha pengemasan garam di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Setyo Puji Santoso mengakui bahwa kelangkaan garam sudah terjadi sejak lebaran. Akibatnya ia bahkan harus merumahkan 19 pekerjanya.

"Bahkan, pengemasan garam terakhir saya lakukan hari setelah lebaran dan hingga saat ini tidak ada kegiatan lagi. Oleh karena itu, saya terpaksa merumahkan 19 pekerja," kata Setyo di Purwokerto, Rabu (26/7/2017), seperti dikutip dari Antara.

Ia mengaku sejak berhenti operasi, banyak warga yang datang ke rumah untuk menanyakan apakah ada persediaan garam atau tidak ada.

Oleh karena tidak lagi produksi, Setyo akhirnya membeli garam merek lainnya di pasar dan selanjutnya dibagikan secara kepada masyarakat meskipun harga tengah melonjak.

"Siapapun yang minta garam, saya kasih. Silakan saja yang butuh," katanya menjelaskan.

Setyo pun berharap pemerintah dapat segera mengatasi kelangkaan garam yang memicu lonjakan harga komoditas tersebut.

"Saya kira, pemerintah telah bekerja untuk mengatasi kelangkaan garam ini," tuturnya.

Seperti diwartakan, harga garam dapur halus di Purwokerto naik dari Rp7.500 per bal isi 20 kantong menjadi Rp13.000 per bal isi 20 bungkus.

Sementara garam dapur kotak naik dari Rp5.000 per kantong isi 20 biji menjadi Rp7.000-Rp8.000 per kantong isi 20 biji.

Krisis pasokan bahan baku juga membuat perusahaan pengolahan garam konsumsi di Provinsi Bengkulu, CV Abadi terpaksa merumahkan sejumlah karyawan mereka.

Kepala Karyawan dan Gudang CV Abadi, Indra di Bengkulu, Rabu, menyebutkan, mereka merumahkan karyawan sampai distribusi pasokan bahan baku kembali normal.

"Kami tidak memecat, karena tidak ada yang diproduksi jadi mau tidak mau ya harus dirumahkan, ada belasan, utamanya ibu-ibu yang bekerja di bagian pengemasan," kata dia.

Indra juga tidak dapat memastikan kapan para karyawan akan kembali bekerja, sebab ketersediaan kembali bahan baku garam juga tidak dapat dipastikan.

"Kami mendatangkan bahan baku dari Madura, Jawa Timur dan sampai saat ini di sana masih gagal panen, masih diupayakan bisa panen pada September 2017 nanti, namun itu juga belum pasti mengingat cuaca," kata dia lagi.

Di Bengkulu sendiri sampai sekarang lanjut Indra belum ada petani garam, sebab lokasi pantai daerah itu belum terbukti cocok untuk dijadikan tambak garam.

"Di sini daerah muara sungai dan teluk, selain itu perlu kajian ilmiah dan laboratorium apakah layak dan memenuhi standar kesehatan," kata dia lagi.

Baca juga artikel terkait GARAM atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari