Menuju konten utama

Gang Potlot yang Melahirkan Banyak Musisi Hebat

Selain Slank, Gang Potlot juga melahirkan Kidnap, Oppie Andaresta, Flowers, Andy Liany, juga Imanez.

Gang Potlot yang Melahirkan Banyak Musisi Hebat
Slank. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf

tirto.id - "Dia nyanyi lagu Barat. Saya enggak tahu judulnya. Tapi bagus bener. Saya mikir ini anak bakal penyanyi beneran."

Karyana masih ingat pertunjukan 17 Agustus pertengahan era 1980-an itu. Yang ditonton adalah Akhadi Wira Satriaji yang masih bocah. Ia bernyanyi dengan bagus. Kelak orang mengenal Akhadi sebagai Kaka, vokalis Slank, band rock terbesar di Indonesia.

Baca juga: Mereka Dominan di Band

Karyana datang ke Jakarta pada awal 1980. Sama seperti kebanyakan perantau yang datang ke Jakarta, Bob berharap mendapat pekerjaan yang baik. Tapi hasilnya nihil. Setelah lelah gonta-ganti kerjaan, Bob akhirnya memutuskan mendirikan kios kecil tepat di bibir gang Potlot III pada 1982. Sejak itu, Bob akrab dengan penghuni Potlot. Ia mengenal personel Slank sama baiknya dengan mengenal anak sendiri.

Anak-anak remaja itu suka iseng. Nama Karyana, bagi mereka, terlalu ribet sebagai nama panggilan. Akhirnya mereka membubuhi julukan padanya: Bob. Diambil dari kaus Bob Marley yang sering dipakai oleh Karyana.

Bisa dibilang Bob adalah saksi hidup keriuhan di Potlot III. Terutama sejak Bimo Setiawan Almachzumi masuk SMA Perguruan Cikini. Bimbim, panggilan akrab Bimo, membentuk Cikini Stone Complex bersama kawan-kawan sekolahnya. Mereka memainkan lagu-lagu The Rolling Stones.

Saat itu tak ada yang tahu kalau Cikini Stone Complex akan mengalami evolusi menjadi Slank, band rock terbesar di Indonesia. Kebesaran Slank, juga munculnya banyak musisi dahsyat Indonesia, berawal dari sebuah gang kecil.

Awal Mula: Pabrik Pensil

Tahun 1963 adalah era baru bagi Sidharta M. Sumarno dan Iffet Veceha. Dua anak muda ini menikah. Mereka tinggal dua tahun di Surabaya. Saat terjadi peristiwa G30S, dr. Soemarno Sosroatmodjo, ayah Sidharta, yang saat itu menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta, memanggil Sidharta dan Iffet pulang ke Jakarta.

Saat awal pindah ke Jakarta, mereka mengontrak rumah di Jl. Dempo 1 di bilangan Mayestik, Kemayoran. "Rumah itu masih ada sampai sekarang," ujar Iffet yang kemudian dikenal sebagai manajer Slank.

Setelah mengontrak selama tiga tahun, akhirnya keluarga Sidharta pindah ke sebuah gang kecil. Di depan gang kecil itu terdapat pabrik potlot (pensil). "Dulu ini [gang Potlot] belum ada namanya. Masih belum ada jalan besar, cuma jalan setapak," kata Iffet.

Menurutnya, bahkan saat itu Jalan Raya Pasar Minggu belum ada. Jalan Gatot Subroto juga belum ada. Bahkan belum ada jalan Duren Tiga. Saat itu pemerintah DKI Jakarta sedang giat melakukan pembangunan dan pengaspalan di sudut-sudut kota.

Pabrik potlot di depan gang kecil itu tak berjalan dengan baik. Ia lantas bangkrut. Tapi sang pemilik ini punya tanah yang luas. Tanah itu lantas dikavling dalam bentuk yang lebih kecil, lalu dijual. Sang pemilik bahkan berjasa mengaspal gang kecil itu. Sampai akhirnya gang itu dikenal dengan nama Gang Potlot. Kaplingan tanah itu pun mulai dibeli orang-orang. Akhirnya mulai banyak pendatang yang menghuni Potlot, dari Potlot I hingga Potlot III.

Sejak 1983, mulai banyak anak muda yang nongkrong dan berlatih di Potlot. Salah satunya adalah Imanez, yang rumahnya berdekatan dari gang Potlot. Menurut Iffet, yang akrab dipanggil Bunda, rumah Imanez dulu sekarang menjadi hotel Kaisar. Imanez juga sering mengajak Didit Saad, adiknya. Selain mereka, ada Bongky yang merupakan kawan lama Bimbim. Ada juga Palin Burman Siburian, alias Pay, gitaris juara festival yang kemudian bekerja sebagai penjaga studio milik Bimbim.

Anak-anak muda itu banyak gonta-ganti band. Band Lovina, misalkan. Ini dibentuk oleh Massto, adik Bimbim. Untuk vokalisnya, ia mengajak Kaka yang masih sepupunya. Band ini memainkan lagu-lagu Guns N Roses dan Night Ranger. Band ini turut andil dalam membiasakan Kaka bernyanyi.

Suatu hari, Bimbim menonton Lovina dan terkesima dengan suara Kaka. Saat itu Slank baru saja ditinggal oleh vokalisnya, Well Welly. Saat itu Slank mau masuk dapur rekaman. Kaka dianggap sebagai keping pelengkap Slank. Janji Bimbim, Kaka hanya dipinjam untuk dua album saja.

Namun janji itu, kita tahu, urung terlaksana. Album pertama Slank, Suit-Suit...He.. He.. (Gadis Sexy) yang dirilis pada 1990 laris manis. Mengorbitkan Slank menjadi salah satu band rock muda yang berbahaya. Begitu pula Kampungan (1991), dan Piss (1993) yang resmi menjadikan Slank sebagai band rock paling populer kala itu.

Keberhasilan Slank kemudian diikuti oleh banyak penghuni Potlot lain. Ada banyak sekali anak nongkrong Potlot yang mengikuti jejak Slank. Salah satunya Anang Hermansyah. Ia datang dari Jember, Jawa Timur, dan berkenalan dengan Pay di Bandung.

Ia merilis album perdananya, Biarkanlah pada 1992. Pay menjadi produser. Selain itu ia juga diajak Massto untuk membuat band bernama Kidnap. Di band ini juga bercokol Koko, kakak Kaka, dan Damon Koeswoyo, anak lelaki Tony Koeswoyo. Album perdana dan satu-satunya, Katrina, dirilis pada 1993. Melahirkan hits seperti "Biru", "Muak", dan "Depresi Mania." Band ini kemudian bubar, dan Anang terus berkibar jadi penyanyi solo.

Baca juga: Anang: Full Day School Hanya Timbulkan Polemik

Bob punya kisah lucu tentang Anang. Sama seperti kebanyakan anak muda, para pemuda yang nongkrong di Potlot biasanya tak punya banyak uang untuk merokok. Supaya bisa terus merokok, mereka berutang pada Bob.

“Si Indra dulu utangnya malah suka satu slop. Sukanya rokok luar negeri, Camel itu. Kadang Marlboro,” tutur Bob.

Suatu hari ada satu orang yang datang ke Bob, tanya-tanya soal Anang. Bob tak tahu kalau yang datang itu adalah wartawan. Dengan enteng saja ia ngomong kalau Anang sering utang rokok. Dua minggu kemudian, artikel tentang Anang terbit di sebuah majalah remaja terkenal. Disebutkan, dengan gaya kelakar, bahwa Anang sering mengutang rokok kepada Bob.

“Dua hari kemudian, Anang lewat di Potlot naik mobil. Dia buka kaca, trus bilang, ‘Wah jangan gitu dong Pak Bob. Kan semuanya juga ngutang,'” kata Bob sembari tertawa.

Selain Slank, Kidnap, dan Anang, ada juga Oppie Andaresta. Perempuan yang mulai akrab dengan anak-anak Potlot sejak masih sekolah di SMA 26 Tebet itu punya band bernama Lemon Ice yang ia bentuk bersama Bimbim dan Pay. Namun, anak-anak Potlot mendorongnya untuk menulis lagu dan rekaman. Hasilnya adalah album perdana, Albumnya Oppie (1993).

Penyanyi Imanez merilis album perdana Anak Pantai (1994). Ia dianggap sebagai salah satu musisi yang mempopulerkan reggae di Indonesia. Ada juga Andy Liany, vokalis yang merantau dari Tanjung Pinang, Riau. Album perdananya, Misteri dirilis pada 1993. Album ini melahirkan lagu legendaris "Sanggupkah."

Didit Saad, adik Imanez, punya band bernama Plastik yang ia bentuk bersama Ipang dan Aray. Album perdana mereka, Plastik, dirilis pada 1995. Tahun berikutnya giliran Flowers yang unjuk gigi. Band yang dibentuk oleh Njet, Boris, dan Bongky dari Slank ini melepas album 17 Tahun ke Atas. Di album ini Kaka juga ikut bernyanyi di lagu "Gak Ada Matinya". Di awal lagu juga ada celetukan Kaka, "traktir gue dong, Njet."

Masa gelap Gang Potlot terjadi saat putaw merajalela. Banyak penghuni di sana yang kecanduan. Slank juga mengalami gejolak. Tiga personal Slank keluar: Bongky, Indra, Pay. Mereka kemudian membentuk BIP. Slank nyaris bubar, tapi berhasil bertahan dengan tambahan tiga personel baru: Ivanka, Ridho, dan Abdee.

Baca juga:Ridho Slank Rindu Toleransi Beragama

Infografik Gang Legendaris Potlot

Kidnap sudah bubar. Anang masuk ke jalur politik. Flowers sempat bubar, sebelum bangkit dan mengeluarkan album Still Alive & Well (2010). Plastik juga turut bubar. Andy Liany meninggal pada 1995. Imanez meninggal pada 2004.

Slank menjadi band Potlot yang paling konsisten dan panjang umur. Mereka masih terus membuat album, juga melakukan tur. Kelompok penggemar mereka, Slankers, juga ikonik dan massif. Wajar kalau banyak kekuatan politik yang tertarik mendekati Slank. Namun para personel Slank tak terjun langsung ke politik—misalnya dengan mencalonkan diri menjadi kepala daerah atau anggota parlemen—meski terang-terangan mendukung Jokowi saat Pemilihan Presiden 2014, serta Basuki Tjahaja Purnama pada Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017.

Waktu jua yang kemudian membuat musisi-musisi ini berpencar, menjalani hidup yang merupakan kesunyian masing-masing. Sekarang Gang Potlot III masih ramai, tapi bukan lagi oleh musisi muda. Melainkan oleh Slankers. Namun ia tetap akan menjadi tugu ingatan tersendiri, sebuah gang kecil yang melahirkan banyak musisi dahsyat Indonesia.

Baca juga artikel terkait SLANK atau tulisan lainnya dari Nuran Wibisono

tirto.id - Musik
Reporter: Nuran Wibisono
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Maulida Sri Handayani