Menuju konten utama

FTA Indonesia-Ukraina, Apa untungnya?

Indonesia dan Ukraina akan mulai berdiskusi tentang peluang perdagangan bebas atau free trade agreement (FTA) antar kedua negara. Apa untungnya buat Indonesia jika FTA ini disepakati?

FTA Indonesia-Ukraina, Apa untungnya?
Presiden Joko Widodo (ketiga kanan) berbincang dengan Presiden Ukraina Petro Poroshenko (ketiga kiri) disela menyaksikan penandatanganan kerja sama Indonesia-Ukraina di Istana Merdeka, Jakarta. [Antara foto/Puspa Perwitasari]

tirto.id - Setelah dua puluh tahun tak pernah berkunjung, 5 Agustus 2016 lalu, Presiden Ukraina Petro Poroshenko menginjakkan kaki ke Indonesia. Kedatangannya disambut Presiden Joko Widodo di Istana Negara. Ini adalah kunjungan pertama kepala negara itu dalam dua dekade terakhir.

Ada empat nota kesepahaman yang disepakati kedua kepala negara ini pekan lalu. Seperti dijelaskan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, pertama, kedua negara sepakat untuk membebaskan visa bagi para pemegang paspor diplomatik dan dinas. Kesepakatan kedua adalah tentang pelatihan diplomatik bagi kedua negara. Diplomat Ukraina akan dididik di Indonesia, pun begitu sebaliknya.

Ketiga adalah kesepakatan di bidang pertanian. Kesepakatan ini meliputi adanya pertukaran ahli di bidang pertanian, pengembangan produk makanan, juga investasi. Ukraina adalah negara penghasil gandum. Sebanyak 60 persen produk impor dari Ukraina ke Indonesia merupakan gandum.

Kesepakatan terakhir adalah di bidang pertahanan. Kedua negara sepakat melakukan kerja sama di bidang industri pertahanan dan logistik. Pertukaran informasi di bidang pertahanan dan kemiliteran juga menjadi salah satu poin kesepakatan.

Selain menyepakati empat hal itu, ternyata ada berbagai hal lain yang dibicarakan oleh kedua pemimpin negara. Salah satunya tentang perdagangan bebas antara Ukraina dan Indonesia.

“Presiden Widodo dan saya telah setuju untuk memulai pembahasan tentang zona perdagangan bebas,” ujar Presiden Ukraina Petro Poroshenko seperti dikutip dari Ukraine Today. Jika rencana itu terealisasi, apa untungnya bagi Indonesia?

Presiden Petro mengatakan Ukraina bisa menjadi pintu masuk bagi ekspor Indonesia ke Uni Eropa. Ekspor ke Uni Eropa memang tidak mudah. Ada beragam standardisasi dan seleksi ketat yang harus dilewati. Terlebih ekspor dari negara berkembang seperti Indonesia.

Ukraina memang belum menjadi bagian dari Uni Eropa, ia hanyalah tetangga. Tetapi negara pecahan Soviet ini telah bergabung dengan zona perdagangan bebas mendalam dan komprehensif dengan Uni Eropa sejak Januari lalu. Ukraina juga memiliki ambisi untuk bergabung dengan Uni Eropa. Presiden Petro menetapkan tahun 2020 sebagai tenggat waktu pengajuan keanggotaan.

Ukraina juga tentu tak mau rugi. Keinginannya menjalin FTA dengan Indonesia juga tentu punya misi tertentu. “Kami mempertimbangkan Indonesia sebagai pintu masuk kami ke pasar Asia yang begitu besar,” kata Pedro seperti dikutip dari laman resmi situs pemerintah Ukraina.

Ukraina memang tampak serius membidik pasar Asia. Kepada Presiden Jokowi, Pedro menyatakan keinginannya untuk bergabung menjadi anggota Asia-Europa Meeting (Asem). Pernyataan itu pun ditanggapi Presiden Jokowi dengan penjelasan tentang prosedur yang harus ditempuh Ukraina untuk dapat bergabung.

Indonesia belum tentu bisa menjadikan Ukraina sebagai pintu masuk tanpa hambatan ke Uni Eropa karena belum tentu juga keanggotaan Ukraina ke Uni Eropa diterima. Tetapi Indonesia jelas bisa menjadi pintu masuk bagi Ukraina untuk merambah pasar Asia, khususnya Asia Tenggara.

Saat ini, nilai ekspor Indonesia ke Uni Eropa pun masih lebih besar dibandingkan nilai ekspor Ukraina ke Uni Eropa. Menurut data yang dihimpun dari European Union Statistics sepanjang 2010 sampai 2015, impor dari Ukraina ke Uni Eropa tak pernah melebihi angka impor Indonesia ke Uni Eropa. Neraca Indonesia terhadap Uni Eropa tampak surplus. Berbeda dengan neraca Ukraina terhadap Uni Eropa yang tampak minus.

Tahun lalu, nilai ekspor Indonesia ke Uni Eropa mencapai 15,3 miliar euro. Sedangkan ekspor Ukraina ke Uni Eropa berada di bawahnya, yakni 12,7 miliar euro. Di tahun yang sama, Indonesia nilai impor indonesia dari Uni Eropa hanya 9,9 miliar euro. Sedangkan nilai impor Ukraina dari Uni Eropa melebihi nilai ekspornya, yakni 13,9 miliar euro.

Kendati demikian, Ukraina tetap bisa saja dijadikan pintu masuk. Namun, jika negara itu belum resmi menjadi anggota Uni Eropa, menjadikannya sebagai pintu masuk tentu tak menjamin jalan mulus bagi ekspor Indonesia.

Nilai ekspor-impor antara Indonesia dan Ukraina sendiri juga tak signifikan. Sepanjang tahun 2010 hingga 2014, ekspor Indonesia ke Ukraina cukup fluktuatif dan tidak begitu besar. Tahun 2013 total ekspor hanya $639 juta. Setahun kemudian, turun menjadi $360 juta. Sekitar 60 persen komoditas ekspor Indonesia ke Ukraina adalah CPO.

Sementara itu, nilai impor dari Ukraina pada 2013 tercatat $553,69 juta. Tahun 2014, turun menjadi $298,81 juta. Mayoritas impor dari Ukraina adalah gandum. Fluktuatif dan kecilnya nilai ekspor dan impor menunjukkan Indonesia tak begitu bergantung pada Ukraina. Jadi untuk apa ada FTA?

Baca juga artikel terkait UKRAINA atau tulisan lainnya dari Wan Ulfa Nur Zuhra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Wan Ulfa Nur Zuhra
Penulis: Wan Ulfa Nur Zuhra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti