Menuju konten utama

Filosofi Rumah Adat DKI Jakarta, Keunikan, dan Fungsinya

Rumah kebaya disebut demikian karena bentuk atapnya seperti lipatan kebaya jika dilihat dari samping.

Filosofi Rumah Adat DKI Jakarta, Keunikan, dan Fungsinya
Rumah Kebaya. wikimedia commons/free/Tania Shab'hatiani

tirto.id - Rumah kebaya merupakan rumah adat masyarakat Betawi di DKI Jakarta. Rumah adat ini memiliki filosofi dan keunikan dari segi arsitektur serta fungsi rumah.

Sebelum mengenal lebih jauh mengenai rumah adat kebaya, ada baiknya memahami terlebih dahulu apa itu rumah adat. Rumah adat merupakan rumah bagi penduduk asli suatu daerah atau wilayah.

Menurut modul Keberagaman di Sekitarku (2017) rumah adat dihasilkan dari penggunaan peralatan dan teknologi suatu masyarakat. Oleh karena itu, rumah adat setiap daerah memiliki perbedaan dan ciri khas masing-masing. Begitu pula dengan rumah adat kebaya yang berbeda dari rumah adat daerah lainnya.

Arsitektur Rumah Kebaya Betawi

Rumah kebaya milik masyarakat Betawi dibangun dalam dua jenis, yaitu rumah panggung dan menapak tanah. Melansir laman Warisan Budaya Takbenda Indonesia, rumah adat ini memiliki atap pelana landai kususnya pada bagian teras.

Bagian tepian atap dan lisplang rumah dibentuk dari papan kayu. Bagian ini dihiasi ornamen segitiga berjajar yang disebut dengan gigi balang.

Bagian depan rumah kebaya adalah teras yang luas yang umumnya mengikuti lebar muka rumah. Tepian teras rumah kebaya dibatasi dengan pagar-pagar rendah. Pada rumah kebaya panggung, bagian teras inilah tempat tangga diletakkan.

Struktur rumah umumnya dibangun dalam bentuk kubus dengan ruang-ruang yang dibatasi dinding tertutup. Namun, pada bangunan rumah kebaya tradisional, dinding bagian besar biasanya terdiri dari panil-panil yang bisa dilepas. Ini berfungsi untuk memperluas ruangan ketika pemilik rumah sedang mengadakan hajatan.

Infografik SC Rumah Adat Kebaya Betawi

Infografik SC Rumah Adat Kebaya Betawi. tirto.id/Tino

Filosofi dan Keunikan Rumah Kebaya Betawi

Rumah kebaya disebut demikian karena bentuk atapnya yang khas. Menurut buku Berselancar ke-34 Rumah Adat, Yuk! (2017) rumah kebaya memiliki atap seperti pelana yang dilipat dan jika dilihat dari samping mirip seperti lipatan kebaya.

Kebaya sendiri merupakan kain tradisional masyarakat Betawi. Saat ini kebaya masih digunakan oleh masyarakat Betawi atau Jakarta khususnya saat upacara-upacara adat dilaksanakan.

Selain dari atapnya yang unik, rumah adat kebaya memiliki filosofi yang menggambarkan masyarakat Betawi. Menurut Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Sudinpusar) Jakarta Pusat, rumah kebaya memiliki pendopo yang tergolong luas.

Luas pendopo tersebut melambangkan masyarakat Betawi yang sangat terbuka untuk tamu. Masyarakat Betawi memang memiliki sifat pluralis dan menerima perbedaan. Kendati demikian, ada batasan-batasan khusus yang dijunjung oleh masyarakat setempat sesuai dengan nilai-nilai agama.

Bagian-Bagian dan Fungsi Rumah Adat Kebaya Betawi

Fungsirumah adat kebaya milik suku Betawi dibedakan berdasarkan bagian-bagiannya. Melansir dari laman BIPA Kemendikbud, berikut bagian-bagian rumah kebaya beserta fungsinya:

  • Paseban atau kamar tamu. Ruangan ini berfungsi sebagai tempat tidur sanak saudara yang berkunjung ke rumah bersama keluarga lebih dari satu orang.
  • Amben atau teras rumah, tempat penghuni rumah menerima tamu, beristirahat, dan bersantai.
  • Empat kamar tidur yang berfungsi sebagai tempat tidur para penghuninya. Kamar terluas adalah kamar utama yang ditinggali oleh pemilik rumah, sementara kamar lainnya digunakan untuk anggota keluarga yang lain.
  • Pangkeng atau ruang berkumpul. Ruang ini digunakan oleh keluarga penghuni rumah untuk berkumpul dan bercengkrama di malam hari.
  • Srondoyan atau dapur. Ruangan ini terletak di belakang rumah dan berfungsi sebagai tempat memasak dan menyimpan bahan makanan.

Baca juga artikel terkait RUMAH ADAT atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yonada Nancy