tirto.id - Rumah adat DKI Jakarta merupakan rumah tradisional yang sejak masa lampau digunakan oleh masyarakat Betawi. Rumah adat ini memiliki filosofi dan keunikan dari segi arsitektur serta fungsi rumah.
Sebelum mengenal lebih jauh mengenai rumah adat Jakarta, ada baiknya memahami terlebih dahulu apa itu rumah adat. Rumah adat merupakan rumah bagi penduduk asli suatu daerah atau wilayah.
Menurut modul Keberagaman di Sekitarku (2017) rumah adat dihasilkan dari penggunaan peralatan dan teknologi suatu masyarakat. Oleh karena itu, setiap daerah memiliki perbedaan dan ciri khas masing-masing.
Apa Nama Rumah Adat di DKI Jakarta?
Nama rumah adat DKI Jakarta adalah rumah kebaya, rumah panggung, rumah gudang, dan rumah joglo. Keempat jenis rumah adat Betawi ini punya memiliki ciri khasnya tersendiri.
Berikut ini daftar rumah adat DKI Jakarta dan penjelasannya.
1. Rumah Kebaya
Rumah adat DKI Jakarta rumah kebaya disebut demikian karena bentuk atapnya yang khas. Menurut buku Berselancar ke-34 Rumah Adat, Yuk! (2017), rumah kebaya punya atap seperti pelana yang dilipat.Kemudian, jika dilihat dari bagian samping, rumah adat Betawi ini mirip seperti lipatan kebaya. Adapun kebaya merupakan kain tradisional masyarakat Betawi, bahkan masih kerap dipakai dalam acara adat tertentu.
2. Rumah Panggung
Rumah adat Betawi yang disebut sebagai rumah panggung sebenarnya bisa juga termasuk rumah kebaya. Penyebutannya merujuk pada fondasi dasar bangunan yang tidak menyentuh tanah.Pada umumnya, rumah adat DKI Jakarta ini dibangun oleh masyarakat Betawi yang tinggal di daerah pesisir. Tujuan utamanya adalah menangkal tenggelamnya rumah akibat pasang air laut.
3. Rumah Gudang
Rumah adat Jakarta yang disebut rumah gudang dibangun oleh orang Betawi di daerah-daerah pedalaman. Konsep atau rancangan ini diklaim hanya berlaku di wilayah tersebut.Rumah ini bisa dilihat ciri khasnya lewat keberadaan markis, yaitu atap miring yang berfungsi untuk menahan air hujan. Bentuknya secara penglihatan menyerupai persegi panjang, kemudian atapnya seperti pelana.
4. Rumah Joglo
Bukan hanya ada di masyarakat Jawa, rumah adat DKI Jakarta juga ada yang disebut sebagai rumah joglo. Salah satu penanda bahwa rumah adat termasuk rumah joglo bisa dipantau dari keberadaan tiang penyangga di bagian depan rumah.Adapun bagian gentengnya berbentuk menyerupai setengah lingkaran atau perahu terbalik. Sementara area rumah mencakup tiga bagian, yaitu belakang, tengah, dan depan.
Arsitektur Rumah Adat Jakarta
Rumah adat DKI Jakarta dibangun dalam dua jenis arsitektur, yaitu rumah panggung dan menapak tanah. Jika dilihat berdasarkan nama rumah adat Betawi di atas, berikut gaya arsitekturnya.
1. Arsitektur Rumah Kebaya
Melansir laman Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, rumah adat ini memiliki atap pelana landai kususnya pada bagian teras. Tepi atap dan penghubung antar komponen biasanya menggunakan papan kayu, bahkan kerap dihiasi ornamen gigi balang (segitiga sejajar).Bagian depan rumah kebaya adalah teras yang luas, mengikuti lebar bagian depan rumah. Bentuk bangunan ini menyerupai kubus, kemudian dibatasi dengan pagar-pagar rendah pada bagian depan.
Rumah adat Jakarta ini juga kerap memanfaatkan dinding-dinding panel yang bisa dilepas. Hal ini berfungsi untuk memperluas ruangan ketika pemilik rumah sedang mengadakan hajatan.
2. Arsitektur Rumah Panggung
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, ada juga rumah kebaya yang dikategorikan sebagai rumah panggung. Pada dasarnya, rumah panggung dibangun berjarak dengan permukaan tanah (tidak menapak).Konsep panggung ini memanfaatkan penambahan struktur bangunan berupa anak tangga di bagian depannya. Dengan begitu, penghuni rumah dan tamu bisa naik untuk memasuki bagian teras.
3. Arsitektur Rumah Gudang
Rumah adat Betawi yang disebut rumah gudang punya karakteristik khusus, yaitu bentuknya persegi panjang. Kendati tak menyerupai kubus, rumah gudang hanya terdiri dari dua ruang utama.Ada ruangan bagian depan yang berfungsi untuk menerima tamu undangan. Sementara itu, ruangan di bagian tengah rumah gudang mencakup kamar tidur sekaligus dapur.
4. Arsitektur Rumah Joglo
Bentuk rumah joglo Betawi menyerupai bujur sangkar, sementara bangunan secara umumnya dikonsepsikan memanjang. Luas bangunan ini cenderung lebih besar dibandingkan tiga jenis rumah adat Betawi sebelumnya.Rumah joglo pun dibagi menjadi tiga bagian, depan untuk menerima tamu, tengah untuk area privasi, dan belakang untuk dapur sekaligus kamar mandi. Dalam sejarah, masyarakat Betawi dengan status sosial tinggi biasanya punya rumah jenis ini.
Filosofi Rumah Adat DKI Jakarta
Rumah adat DKI Jakarta memiliki filosofi yang menggambarkan prinsip berkehidupan masyarakat Betawi. Menurut laman Sudinpusar Jakarta Pusat, rumah kebaya memiliki pendopo dan teras yang luas.
Luas pendopo ini melambangkan bahwa masyarakat Betawi sangat terbuka kepada tamu. Hal ini sejalan dengan kebiasaan dan latar belakang masyarakat Betawi, yaitu bersifat pluralis serta menerima perbedaan.
Bukan hanya itu, ada berbagai aksesoris dan barang fungsional lain yang ditaruh di bagian teras tersebut. Umumnya orang-orang Betawi akan menambahkan kursi atau bangku (bale) berbahan jati.
Selain itu, ada pula arti filosofis dari lantai berupa gejogan yang dianggap sebagai wujud penghormatan kepada tamu. Terakhir, pagar di depan rumah dibuat untuk menangkal berbagai hal negatif.
Kendati bersifat terbuka terhadap tamu dan budaya lain, masyarakat Betawi tetap memiliki batasan tertentu. Misalnya ada batasan-batasan khusus yang dijunjung oleh masyarakat setempat sesuai nilai-nilai agama.
Fungsi Rumah Adat DKI Jakarta
Fungsi rumah adat DKI Jakarta dibedakan berdasarkan bagian atau unsur penyusunnya masing-masing. Melansir dari laman BIPA Kemendikbud, berikut bagian-bagian rumah adat Betawi beserta fungsinya.
- Paseban atau kamar tamu: berfungsi sebagai tempat tidur sanak saudara yang berkunjung ke rumah, khususnya jika lebih dari satu orang.
- Amben atau teras rumah: tempat penghuni rumah menerima tamu, beristirahat, dan bersantai.
- Empat kamar tidur: berfungsi sebagai tempat tidur para penghuninya. Kamar terluas adalah kamar utama yang dihuni oleh pemilik rumah, sementara kamar lainnya digunakan untuk anggota keluarga lain.
- Pangkeng atau ruang berkumpul: ruang ini digunakan oleh keluarga penghuni rumah untuk berkumpul dan bercengkerama di malam hari.
- Rondoyan atau dapur: ruangan ini terletak di belakang rumah, sementara fungsinya sebagai tempat memasak atau menyimpan bahan makanan.
Editor: Yantina Debora
Penyelaras: Yuda Prinada