Menuju konten utama

Film Greta di Mola TV, Kisah Penguntit Psikopat yang Mendebarkan

Sinopsis Greta adalah sebuah film yang menceritakan soal guru piano kesepian. Film ini bisa disaksikan di Mola TV.

Film Greta di Mola TV, Kisah Penguntit Psikopat yang Mendebarkan
Officiall Film Greta. youtube/Focus Features

tirto.id - Penulis sekaligus wartawan kondang, Steve Pond, pada tahun lalu mengatakan bahwa sangat tepat bagi film Greta (2019) mengadakan pemutaran perdananya di Festival Film Internasional Toronto (TIFF), karena di situ terdapat Midnight Midness, yang dikhususkan untuk film bergenre horor dan segala jenisnya.

“Dan, meskipun Greta tidak diputar di bagian festival itu [Midnight Madness], hal itu jelas merupakan hal terhebat yang pernah dibuat sang sutradara,” tulis Pond di laman The Wrap.

Ia memuji film garapan Neil Jordan tersebut, karena menurutnya, Greta merupakan salah satu film genre horor-psikologis bertema “penguntit psikopat” yang “mendebarkan, yang dapat membuat penonton seketika melonjak” di samping terus bertanya-tanya apa yang akan terjadi dalam cerita berikutnya.

Sinopsis Greta

Greta sendiri menceritakan tentang kisah seorang gadis muda bernama Frances McCullen (Chloe Grace Moretz) yang menemukan tas di kereta dengan tanda pengenal bertuliskan nama “Greta”. Akhirnya, ia berniat mengembalikan tas tersebut kepada pemiliknya.

Setelah mencari, ia mendapati bahwa pemilik tas bernama Greta tersebut adalah seorang guru piano seusia ibunya, yang diperankan oleh Isabella Huppert.

Karena merasakan ada kemiripan sikap dengan ibunya yang sudah meninggal, McCullen pun akhirnya menjadi nyaman dengan Greta. Hingga ia beberapa kali berkunjung untuk melakukan kegiatan bersama seperti memasak atau sekadar bertukar cerita.

Pada sebuah kesempatan, ketika McCullen sedang mencari sesuatu untuk memasak di rumah Greta, secara tidak sengaja ia menemukan tas hitam yang jumlahnya begitu banyak dalam sebuah lemari.

Bahkan, tas-tas itu sangat mirip dengan yang ia temukan di kereta, dengan nama dan angka melekat di bagian belakang tas.

Karena curiga, ia pun mulai menjaga jarak dengan Greta. Namun, hal tersebut justru membuat Greta semakin sering mencari McCullen, mulai dari menelepon, mengirim pesan teks, hingga mendatanginya ke tempat kerja.

Seiring itu pula, perlakuan Greta makin agresif. McCullen yang berusaha keras untuk menghindar seakan sia-sia, karena Greta memiliki banyak informasi hingga peralatan-peralatan aneh, yang bahkan dapat membuatnya melakukan tindakan kekerasan terhadap gadis muda itu.

Kisah Penguntit Psikopat yang Mendebarkan

Kisah yang disebut Pond sebagai “penguntit psikopat” inilah yang membawa kengerian tersendiri bagi penonton, hingga katanya, “membuat aliran darah dan bagian-bagian tubuh yang gelisah menjadi lebih gelisah.”

Sementara kritikus film Richard Brody dalam The New Yorker, menyebut film ini layaknya drama kejar-kejaran kucing dan tikus, dengan menempatkan Greta sebagai kucing dan Frances sebagai tikus yang dikejar.

Namun, di luar drama kucing-tikus ini, Brody menangkap kritik dan perspektif sosial dalam film tersebut.

Frances, misalnya, digambarkan sebagai orang yang mapan, dengan orang tua seorang arsitek yang sibuk.

“Secara stereotip, ia digambarkan sebagai seorang yang kurang perhatian dan lembut, oleh karena itu, [dalam film] ia menjadi rentan,” tulisnya.

Hal itu terlihat ketika Greta menjadi masalah, Frances seakan menjadi sosok yang begitu inferior dan tak berdaya.

Kendati sesekali ia mencoba melakukan perlawanan secara fisik, namun sekali lagi dirinya tidak berdaya menghadapi pengejaran itu.

Selain itu, mengutip The Guardian, film ini juga merekam sindiran tentang ketidakefektifan Departemen Kepolisian New York dalam menangani laporan terkait pelecehan seksual, penguntitan, atau kejahatan serupa.

Dalam sebuah adegan, misalnya, ketika Frances datang untuk melapor karena mendapati dirinya sedang terancam, polisi hanya menjawab: “Bukan pelecehan jika terjadi di tempat umum”.

Pada akhirnya, film ini menyajikan segudang masalah kompleks. Meromantisasi kerinduan Frances kepada sosok ibu, hingga akhirnya ia bertemu dengan orang yang salah. Hingga menyajikan plot penuh ketegangan, bagaimana Frances berupa menghindari kejaran si gila Greta.

Selain kritikus, dalam situs-situs ulasan film, Greta juga mendapat respons yang positif. Rotten Tomatoes, misalnya, memberi skor 60 persen. Sementara situs IMDb memberinya nilai 6/10 dari 23.602 penilai.

Maka tak salah, melihat kengerian dan drama penguntitan yang mendebarkan serta masalah kompleks lain yang ditampilkan sepanjang film, Greta menjadi salah satu film yang menarik untuk disaksikan. Film ini sendiri dapat disaksikan secara eksklusif di Mola TV.

Baca juga artikel terkait MOLA TV atau tulisan lainnya dari Ahmad Efendi

tirto.id - Film
Kontributor: Ahmad Efendi
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Yandri Daniel Damaledo