Menuju konten utama

Fakta-fakta Gempa Mamuju Tengah dan Update Terkini BMKG

Gempa di Mamuju Tengah membuat pintu dan jendela rumah berbunyi hingga banyak yang lari berhamburan keluar rumah.

Fakta-fakta Gempa Mamuju Tengah dan Update Terkini BMKG
Ilustrasi gempa bumi. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Terjadi gempa bumi pada hari Minggu, 26 September 2021 dengan magnitudo 5,0 yang selanjutnya dimutakhirkan menjadi magnitudo 4,9, demikian menurut laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Gempa itu sangat kuat dirasakan di Mamuju Tengah, Sulawesi Barat dengan guncangan mencapai skala intensitas III-IV MMI. Akibatnya, pintu dan jendela rumah berbunyi hingga banyak warga ketakutan dan lari berhamburan keluar rumah.

Sementara di Mamuju, kata dia, gempa juga dirasakan dalam skala intensitas III MMI di mana guncangan dirasakan seakan akan ada truk berlalu.

"Gempa terjadi pada sore hari pukul 16.32.48 WIB dengan magnitudo 5,0 yang selanjutnya dimutakhirkan menjadi magnitudo 4,9," kata Kepala Badan Mitigasi Mempa Bumi dan Bencana BMKG, Daryono melalui keterangan tertulis yang diterima Tirto.

Menurut Daryono, episenter terletak pada koordinat 2,29° LS dan 119,19° BT, tepatnya di darat pada jarak 39 km arah baratdaya Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, dengan kedalaman hiposenter 36 km.

Ia mengatakan, ini adalah jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang diduga kuat dipicu oleh aktivitas Sesar Naik Mamuju (Mamuju thrust) dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault).

Sampai saat ini, Daryono mengatakan, belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa tersebut. "Gempa ini tidak berpotensi tsunami karena episenternya terletak di darat dengan kekuatan yang relatif kecil untuk menjadi gempa pemicu tsunami."

Berdasarkan hasil monitoring BMKG hingga malam Minggu pukul 19.43 WIB, tidak terjadi aktivitas gempa susulan (aftershocks). Episenter gempa ini terletak berdekatan dengan pusat gempa merusak yang terjadi pada 6 September 1972 magnitudo 5,8 dan gempa merusak pada 8 Januari 1984 magnitudo 6,7.

"Gempa ini sulit diprediksi, apakah merupakan gempa pendahuluan (foreshock) atau bukan, karena aktivitas gempa kuat memang belum dapat diprediksi. Wilayah Sulawesi Barat memang dikenal sebagai kawasan seismik aktif dan kompleks karena terdapat jalur lipatan dan sesar naik (fold and thrust belt) di lepas pantai dan wilayah pesisir," kata dia.

Selama ini, keberadaan Sesar Naik Mamuju (Mamuju Thrust) menjadi penyebab banyaknya aktivitas gempa signifikan dan merusak seperti yang pernah terjadi pada 23 Desember 1915, 11 April 1967 (M6,3), 23 Februari 1969 (M6,9), 6 September 1972 (M5,8), 8 Januari 1984 (M6,7), 7 November 2020 (M5,3), dan15-16 Januari 2021

Menurut sejarah, di pantai barat Sulawesi Barat peristiwa tsunami sudah terjadi sebanyak 3 kali yaitu pada 8 Januari 1984 (M6,7), 23 Februari 1969 (M6,9), dan 8 Januari 1984 (M6,7).

"Upaya mitigasi bencana gempa dan tsunami baik struktural maupun non struktural secara konkret harus diwujudkan untuk menekan risiko bencana sekecil mungkin yang dapat terjadi di masa yang akan datang," pungkas Daryono.

Baca juga artikel terkait GEMPA MAMUJU atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Iswara N Raditya