Menuju konten utama

Fadli Zon Bantah Gerindra Manfaatkan Saracen

Fadli Zon membantah Gerindra berhubungan dengan kelompok Saracen. Sebaliknya, ia mengaku dirugikan dengan kabar hoax Prabowo berbaju Nazi di media sosial.

Fadli Zon Bantah Gerindra Manfaatkan Saracen
Portal berita penyebar kebencian, saracennews. tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id -

Wakil Ketua Partai Gerindra, Fadli Zon, membantah partainya berhubungan dengan kelompok Saracen, sindikat yang dituding melakukan penyebaran kabar hoax dan ujaran kebencian SARA.

"Kami juga tidak pernah meng-approve tindakan hoax," kata Fadli di Komplek DPR Senayan Jakarta, Selasa (29/8/2017).

Kelompok Saracen ditangkap oleh Bareskrim Polri pada 7 Agustus lalu. Dalam wawancara dengan Tempo, Ketua komplotan Saracen, Jasriadi, mengaku menjadi simpatisan Prabowo Subianto, Ketua Umum Gerindra sekaligus calon presiden pada Pilpres 2014.

Namun menurut Fadli, Gerindra dan Prabowo justru menjadi korban dari berita bohong dan fitnah di media sosial, seperti adanya foto Prabowo yang diedit menggunakan baju Nazi. "Tapi itu kan tidak pernah diproses," kata Fadli.

Sebaliknya, Fadli mengkritik pemerintah yang dianggap tak mampu menyelesaikan perkara hoax dan fitnah di medsos secara menyeluruh. "Tiba-tiba ada Saracen, itu yang dibahas. Lalu ada kelompok lain itu saja yang dibahas, itu kampungan. Kalau mau itu basmi semua," kata Fadli.

Cara yang tepat, kata Fadli, dengan membasmi sampai ke akar persoalan, yakni sampai pada soal mengatur penyedia jasa layanan selular. "Jangan hanya eksesnya dan gejala-gejalanya saja yang ditangani. Dari penyebabnya. Itu dari penetapan kartu (provider) dengan identitas yang jelas. Saya dari dulu termasuk yang menginginkan hal itu terjadi," kata Fadli.

Bantahan serupa disampaikan Eggi Sudjana. Namanya disebut memiliki hubungan penyedia jasa kebencian bernama Saracen. “Saya membantah keras. Saya tidak ikut dalam Saracen,” kata Eggi kepada Tirto, Kamis (24/8).

Karena dikaitkan dengan Saracen—ia mengaku membaca dari media massa—polisi akan memeriksanya. Jika pemeriksaan itu benar dilakukan, Eggi menilai polisi tidak bertindak profesional. Menurut Eggi, polisi tidak bisa sembarangan memanggil dan memeriksa dirinya sebelum melakukan penyelidikan mendalam. Informasi ihwal keterlibatannya menurut Eggi bersifat sumir lantaran portal berita milik Saracen yakni Saracennews sama sekali tidak memuat namanya dalam struktur redaksi.

“Kok saya liat di berita mau [polisi] mau manggil-manggil. Apa kewenangannya? Selidiki dulu dong. Saya bagian yang difitnah. Dicatut,” kata Eggi dengan nada tinggi.

Saracen menjadi sorotan setelah Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri merilis nama kelompok ini pada pekan lalu. Polisi menduga Saracen menjadi sindikat penyebar konten ujaran kebencian SARA.

Dalam kasus ini, polisi telah menangkap tiga pelaku yang diduga memiliki peran sentral dalam kelompok tersebut. Mereka antara lain: Jasriadi (ketua sindikat), Faizal Muhammad Tonong (ketua bidang media informasi), dan Sri Rahayu Ningsih (koordinator grup Saracen di wilayah).

Keterangan Kepala Sub Bagian Operasi Satuan Tugas Patroli Siber pada Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, AKBP Susatyo Purnomo menyebutkan jumlah akun dalam jaringan grup Saracen mencapai lebih dari 800 ribu akun.

Baca juga artikel terkait SARACEN atau tulisan lainnya dari M. Ahsan Ridhoi

tirto.id - Hukum
Reporter: M. Ahsan Ridhoi
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Agung DH