Menuju konten utama

Facebook Tanpa Dukungan Paypal dalam Kembangkan Libra

Paypal keluar dari Asosiasi Libra, kelompok pendukung proyek mata uang digital Facebook, Libra.

Facebook Tanpa Dukungan Paypal dalam Kembangkan Libra
Kantor PayPal di San Jose, California. AP / Jeff Chiu

tirto.id - Paypal resmi mengundurkan diri dari Asosiasi Libra, kelompok yang tengah menyiapkan cryptocurrency baru, Libra. Paypal mengaku ingin fokus ke pengembangan internal perusahaan.

Dilansir The Verge, Paypal mengumumkan keputusan ini lewat juru bicaranya pada Jumat (4/10/2019) waktu AS. Keputusan ini membuat Paypal menjadi perusahaan pertama yang keluar dari asosiasi tersebut.

"Kami masih terus fokus memajukan misi dan prioritas bisnis kami sekarang. Kami sedang berusaha untuk mendemokratisasi akses layanan keuangan ke masyarakat yang lebih luas," ujar juru bicara Paypal dalam laman yang sama.

"Kami tetap menghargai aspirasi dari Libra, dan berharap akan terjadi kesepakatan yang lebih baik di masa yang akan datang," lanjut pernyataan tersebut.

"Facebook telah lama menjadi mitra yang strategis dan bernilai bagi Paypal. Kami akan terus bermitra dan mendukung Facebook dalam berbagai kapasitas yang lain," pungkasnya.

Menanggapi hal ini, juru bicara Asosiasi Libra mencoba memahami keputusan yang diambil oleh Paypal. Asosiasi Libra pun mengakui, misi untuk melakukan perubahan signifikan pada sistem keuangan global akan mendapatkan banyak rintangan.

"Bagi kami, komitmen pada misi tersebut lebih penting dari apapun. Lebih baik kami mengetahui komitmen yang buruk seperti ini sekarang daripada esok-esok hari," sebutnya seperti dilaporkan Reuters.

Paypal tidak secara gamblang menyebutkan alasan mengapa mereka mengundurkan diri. Namun, Financial Times yang dikutip oleh The Verge melaporkan, Paypal sebelumnya telah menjaga jarak dari Libra, setelah proyek tersebut mendapat pengawasan ketat dari pemerintah. Paypal juga turut mengkhawatirkan pencucian uang yang mungkin akan terjadi di kemudian hari.

Sebelum mengundurkan diri, Paypal merupakan salah satu perusahaan yang mendukung peresmian Libra. Proyek keuangan cryptocurrency inisiatif Facebook ini turut didukung oleh 27 perusahaan lain, seperti Spotify, Lyft, Vodafone, dan e-Bay. Perusahaan penyandang dana ini kemudian disebut dengan Asosiasi Libra (The Libra Association).

CNN melaporkan, ke-28 perusahaan telah menandatangani letter of intent dan telah sepakat untuk menyetorkan masing-masing 10 juta dolar AS pada proyek ini. Namun, hingga kini belum ada satu pun perusahaan tersebut yang membayarkannya.

Asosiasi Libra diprakarsai oleh Facebook pada 18 Juni 2019. Asosiasi ini berbasis di Genewa, Swiss, dan tengah menggarap megaproyek mata uang digital baru, Libra. Mata uang ini rencananya akan diluncurkan pada Juni 2020.

Asosiasi ini merupakan gabungan dari beberapa perusahaan dan organisasi nirlaba yang dibangun sebagai penyangga antara Facebook dengan proyek Libra. Facebook mengatakan, semua perusahaan yang tergabung memiliki pengaruh yang sama dalam proyek ini. Awalnya, kelompok ini memiliki 28 anggota, dan berencana untuk mengembangkannya menjadi 100 anggota.

Dilansir CNN, Libra merupakan mata uang digital yang kini tengah dipersiapkan oleh Asosiasi Libra. Mata uang ini dibangun dengan sistem open-source bersistem blockchain. Berbeda dengan mata uang digital lainnya, Libra tidak hanya digunakan untuk investasi, tapi juga transaksi.

Dengan Libra, penggunanya dapat mengirim uang atau melakukan pembayaran online secara gratis melalui aplikasi dompet digital yang akan dikeluarkan oleh anak perusahaan Facebook. Dengan demikian, Libra dapat meningkatkan akses layanan keuangan ke seluruh dunia.

Banyak ahli dan anggota parlemen AS khawatir bila Libra kelak menyaingi mata uang konvensional. Bila ini terjadi, maka kemungkinan besar akan mengancam stabilitas sistem keuangan yang sudah ada.

Pemerintah dan pemangku kebijakan sangat khawatir terhadap asosiasi ini, karena yang memiliki pengaruh terbesar adalah Facebook. Kebanyakan dari mereka tidak memercayai kemampuan Facebook untuk menggarap proyek ini, karena rekam jejak yang buruk dari Facebook.

Sebelumnya, Facebook telah melakukan lalai dalam pengamanan data para penggunanya. Selain itu, Facebook juga pernah dikooptasi pihak asing yang membuat troll untuk mengganggu proses pemilihan umum di AS.

Baca juga artikel terkait FACEBOOK atau tulisan lainnya dari Adilan Bill Azmy

tirto.id - Teknologi
Kontributor: Adilan Bill Azmy
Penulis: Adilan Bill Azmy
Editor: Ibnu Azis