tirto.id - Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI), Tri Yunis Miko Wahyono memprediksi potensi besar gelombang ketiga COVID-19 terjadi pada Januari 2022 nanti. Namun menurutnya tak akan sebesar gelombang pertama dan kedua.
"Menurut saya potensi gelombang ketiga di Indonesia itu sangat besar," kata Miko dalam dialog virtual, Rabu (17/11/2021).
Sejumlah faktor yang menurutnya membuat potensi gelombang ketiga akan terjadi adalah adanya relaksasi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang terlalu terburu-buru. Hal itu kemudian meningkatkan mobilitas masyarakat dan berpotensi meningkatkan kasus.
"Kemudian adanya varian baru, dan bahkan varian baru itu sudah ada di Singapura," kata Miko.
Diketahui memang varian delta plus atau AY.4.2 yang dikhawatirkan kini telah ditemukan di negara tetangga Singapura dan Malaysia yang berbatasan langsung dengan Indonesia. Varian ini dikhawatirkan lantaran menyebabkan peningkatan kasus COVID-19 di sejumlah negara khususnya di Eropa.
Faktor lainnya yang menurutnya meningkatkan potensi gelombang ketiga adalah lemahnya surveillance.
"Surveillance kita kurang baik atau kurang bisa menangkap kasus yang sesungguhnya. Jadi sesungguhnya mungkin yang dilaporkan di kita dua hari yang lalu 270. sebenarnya ya lebih dari itu," katanya.
Kemudian adalah potensi mobilitas dan kerumunan yang terjadi pada libur Natal dan Tahun Baru. Menurutnya orang tidak dapat lagi dibendung untuk tidak berkerumun pada Natal dan Tahun Baru.
"Jadi kemungkinan Januari [2022] akan timbul gelombang ketiga di Indonesia," ujar Miko.
Namun Miko memprediksi gelombang COVID-19 ketiga tak akan sebesar gelombang pertama dan kedua. Pada gelombang pertama Januari 2021 lalu kasus harian mencapai 18 ribu dan gelombang ketiga mencapai 54 ribu kasus.
"Mungkin kalau cakupan vaksinasi itu mencapai 50 persen atau kurang sedikit mungkin gelombang ketiga akan kurang dari 5 ribu [kasus harian]," kata Miko.
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari