tirto.id - Tinggal menunggu beberapa hari lagi bagi penonton Indonesia bisa menyaksikan seri ke delapan tentang kisah saga dalam 'galaxy far far away.' Sekuel Star Wars: The Last Jedi dijadwalkan akan tayang di bioskop Tanah Air pada 13 Desember mendatang.
Sebelum menyaksikan The Last Jedi, para penggemar dan moviegoers masih memiliki waktu untuk menonton dan memahami ulang petualangan dalam Star Wars yang serinya pertama kali tayang pada 1977.
Di antara para penggemarnya, ada beberapa perdebatan mengenai aturan menonton urutan seri film Star Wars. Beberapa, termasuk George Lucas sebagai penciptanya, menyarankan untuk menonton serial ini dalam urutan numerik.
Sementara itu, yang lain percaya bahwa urutan berdasarkan tahun perilisan menandai satu-satunya cara yang benar. Kemudian ada pula yang dikenal sebagai urutan Ernest Rinster dan urutan Machete.
Aturan Numerik (Episode): I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX
"Mulailah dengan nomor satu," kata George Lucas seperti dilansir The Independent, tentang cara menonton film Star Wars yang benar.
"Begitulah cara melakukannya dengan benar: satu, dua, tiga, empat, lima, enam. Begitulah seharusnya mereka lakukan. Hanya karena butuh waktu lama untuk memfilmkan itu tidak berarti Anda tidak melakukannya secara berurutan."
Bagi penikmat awam, cara numerik ini bisa terlihat paling mudah dilakukan untuk menonton Star Wars. Sayangnya, episode pertama, The Phantom Menace, dinilai menandai entri terlemah dalam kisah laga ini. Dan akan membuat penonton tidak nyaman menonton film berikutnya, ditambah Attack of the Clones (episode II) dan Revenge of the Sith (episode III) tidak jauh lebih baik.
Selain itu, penonton juga akan kehilangan efek mengejutkan dari twist akhir film kelima Empire Strikes Back. Meski begitu, tetap saja urutan inilah yang diinginkan George Lucas.
Aturan Tahun Rilis IV, V, VI, I, II, III, VII, VIII, IX
Cara ini dipakai oleh jutaan penggemar saat pertama kali menonton serial Star Wars. Aturan ini dilakukan dengan melihat trilogi asli pertama, diikuti oleh prekuelnya, kemudian lanjut ke sekuel terbaru. Dengan cara ini, penonton memperoleh sentuhan besar dan menemukan sosok di balik penjahat yang dikenal sebagai Darth Vader.
Kisah dalam urutan ini dimulai dengan petualangan Luke Skywalker dan teman-temannya dalam A New Hope. Film ini dinilai sebagai cara terkuat dan paling menyenangkan untuk memulai seri dan mengenalkan pendatang baru. Kelemahan urutan ini datang saat bagian memasuki film prekuelnya.
Aturan Rinster: IV, V, I, II, III, VI, VII, VIII, IX
Cara ini dinamai oleh penggemar yang menciptakannya, Ernest Rinster. Aturan ini membawa penonton untuk menyaksikan A New Hope (IV) ke Empire Strikes Back (V), lalu kembali untuk melihat prekuel (I,II,III) sebelum kembali ke trilogi aslinya yang terakhir Return of the Jedi.
Mengapa? Aturan menonton ini dianggap dapat mempertahankan twist film. Mengawali dengan permulaan terbaik Star Wars, kemudian menonton puncak dari prekuel, dan dilanjutkan dengan sekuel Return of the Jedi, akan membuat sebuah final yang epik. Metode ini juga mengarah ke trilogi terbaru.
Aturan Machete: IV, V, II, III, VI, VII, XIII, IX
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, The Phantom Menace (I) tidak begitu disukai di kalangan komunitas Star Wars. Mengutip The Independent, banyak yang berpendapat bahwa film tersebut memiliki pengaruh yang sangat kecil untuk semesta Star Wars. Karena itu, metode Machete sama dengan adalah aturan Rinster tapi tanpa menambahkan The Phantom Menace dalam daftar.
Namun, dengan perintah ini, sayangnya penonton akan melewatkan Anakin sebagai anak laki-laki yang tidak bersalah, bukan hanya seorang remaja sombong Hayden Christensen. Namun, untuk yang satu ini, bagi mereka yang pernah melihat ThePhantom Menace akan lebih suka melupakan film itu ada.
Itulah empat cara untuk menonton seri Star Wars. Sementara banyak yang merekomendasikan metode Rinster atau tahun rilis, keputusannya terserah penonton. Apapun caranya, penonton dijamin akan mendapat banyak kesenangan di galaksi yang jauh, jauh di sana.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari