tirto.id - Perekonomian di kawasan Maluku dan Papua tercatat minus hingga 7,40 persen sepanjang 2019. Padahal di tahun sebelumnya, perekonomian dua pulau tersebut masih mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,99 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, kontraksi pertumbuhan ekonomi kedua pulau tersebut berasal dari negatifnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua.
Kontraksi pertumbuhan ekonomi di provinsi tersebut terjadi berturut-turut secara triwulanan yakni masing-masing sebesar -18,66 persen (triwulan I), -23,91 (triwulan II), -15,05 persen (triwulan III) dan -3,73 persen (triwulan IV).
"Penyebab utamanya adalah Freeport penurunan produksi karena ada peralihan sistem tambang itu yang menyebabkan penurunan," ujarnya di Gedung BPS, Jakarta Pusat (5/2/2020).
Sementara perekonomian Pulau Maluku, ucap Suhariyanto, tercatat masih baik ketimbang Provindi Papua. Perekonomian provinsi Maluku masih tumbuh 5,57 persen, sementara Maluku Utara tumbuh 6,13 persen.
"Demikian juga Provinsi Papua Barat. Yang menarik (pertumbuhan ekonomi) ke bawah adalah pertumbuhan ekonomi di Provinsi Papua yang mengalami kontraksi pada tahun 2019 ini sebesar 15,72 persen," imbuhnya.
Papua dan Maluku menjadi salah satu kawasan penyumbang perlambatan ekonomi RI yang hanya mencapai 5,02 persen di tahun 2019.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 strukturnya tidak banyak berubah. Sepanjang 2019 provinsi di Pulau Jawa dan Sumatra itu memberikan kontribusi terbesar pada Indonesia, di Jawa terbesar di Jakarta," jelas Suhariyanto.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Hendra Friana