Menuju konten utama

Efek Kate Middleton terhadap Industri Pakaian

Pada 2012, setahun setelah pernikahannya, diperkirakan Kate telah mempengaruhi industri pakaian sebanyak £1 miliar atau sekira Rp16 triliun.

Efek Kate Middleton terhadap Industri Pakaian
Kate Middleton dalam berbagai gaya [Foto/Pinterest]

tirto.id - Bojana Sentaler mengira colekan di Twitter itu sekadar candaan, tapi ternyata bukan. Dalam foto yang menandai Sentaler, Kate Middleton memang benar-benar sedang mengenakan mantel abu-abu berkerah lebar yang diproduksinya.

“Aku benar-benar bersyukur dan merasa bangga ia memilih memakai mantelku dalam turnya di Kanada,” kata Sentaler seperti dikutip CBC.

Tentu desainer ini bersyukur. Selain bangga bajunya dipakai oleh anggota keluarga kerajaan Inggris Raya, efek ekonominya pun langsung terasa. Dalam 24 jam setelah fotonya tampil, mantel dan barang lain dari label milik itu langsung ludes secara online, dengan pembeli dari belahan dunia lain.

Bagi desainer lokal yang baru berdiri selama 7 tahun, produknya dikenakan oleh Duchess dari Cambridge berarti dipromosikan secara cuma-cuma ke dunia internasional.

“Sangat sulit diakui atau bahkan sekadar diperhatikan di antara banyak merek hebat lain di luar sana,” kata Sentaler. “Ini mempercepat semuanya. Jadi, ketimbang menunggu beberapa tahun sampai semua orang mengenal merekmu, orang-orang bisa langsung tahu hanya dengan sang duchess memakai mantelku.”

Duchess of Cambridge dan segala yang menempel di tubuhnya memang selalu jadi perhatian. Di suatu waktu, ia diwartakan karena memakai gaun chiffon berwarna pink. Di hari lain, ia dibicarakan setelah menghadiri pemutaran perdana suatu film dibicarakan karena ia memakai gaun tipis menerawang dengan belahan di bagian punggung.

Pada 2015, Indonesia sempat dibicarakan terkait fashion Kate, saat perempuan bernama lengkap Catherine Elizabeth Middleton ini memakai anting hoop renteng dari Mirabelle Jewellery. Veronique Henry dari Mirabelle mengatakan anting itu dibuat oleh keluarga pengrajin di Indonesia.

Seperti yang terjadi dengan produk-produk Sentaler, perhiasan-perhiasan yang dibuat Mirabelle pun laku. “Website kami crashed,” kata Henry.

Sejak diwartakan dekat dengan Pangeran William, tindak-tanduk Kate memang selalu jadi sorotan. Anda barangkali ingat gaun brokat putih berlengan panjang yang dikenakan Kate pada saat upacara pernikahannya pada 2015.

Hingga sekarang, gaun sederhana itu masih dianggap memengaruhi tren. Setelah 5 tahun berlalu, pada April tahun ini Brides.com memacak konten berjudul “5 Ways Kate Middleton's Wedding Dress Is Still Influencing the Bridal Runways.”

Menurut tulisan ini, gaun Kate menghidupkan kembali gaun dengan buntut panjang yang sudah dianggap kuno, selain membuat tren bentuk leher-V, lengan panjang, detail brokat, dengan desain yang sederhana dan clean.

Setelah pernikahan itu, citra Catherine sebagai “putri” atau istri pangeran merangkap fashionista terus menguat. Setahun sejak Kate berjalan anggun di lorong gereja, Newsweek menurunkan laporan berjudul “The Perfect Princess: Duchess of Cambridge's Spectacular Year” yang mengupas betapa populernya anggota baru kerajaan Inggris Raya ini.

Karakter Kate tampak “sempurna”, menurut sang penulis Victoria Mather, adalah dua alasan. Pertama adalah privasinya yang cukup terjaga, berkat kesepakatan antara pers dengan Istana Buckingham. Kate dan William juga tinggal di tempat yang cukup menghargai kehidupan pasangan kerajaan ini di Welsh.

Kedua, Catherine berhasil menjadi “bukan Diana.” Diana adalah Diana, dan Kate adalah Kate. Meski perkara “bukan Diana” ini ditegaskan oleh William dan juga istana, Kate dalam banyak hal memang lain dengan Diana.

Kate masuk ke istana dalam usianya yang matang, dan pendidikan yang cukup—ia berasal dari keluarga kelas menengah yang mementingkan pendidikan. Lain dengan Diana yang menikahi pangeran di usianya yang baru 19 dan malu-malu.

Dengan menjadi bukan Diana inilah citra Kate menjadi kuat. Seperti Barbie, tulis Mather, “kita sekarang punya Kate Bridal, Kate Klasik, Kate Hollywood, dan Kate yang Sporty.”

Apa yang terjadi di Toronto—ludesnya mantel produksi Sentaler—dan soal anting asal Indonesia itu sudah ditulis oleh Newsweek sejak 2012 lalu. Pada Mei 2011, media ini mencatat bahwa gaun Reiss yang dipakai Kate saat ketemu Obama langsung laku setidaknya satu tiap menit.

Efek semacam inilah yang kemudian disebut “Efek Kate” dan menurut Newsweek nilainya bisa mencapai £1 miliar atau setidaknya Rp16 triliun.

Kini Kate sudah menjadi ibu dari sepasang anak laki-laki dan perempuan, George dan Charlotte, dan tampaknya “Efek Kate” menjadi telah menjadi “Efek Cambridge”. Apa artinya? Sekeluarga ini sekarang menjadi kiblat fashion—tentu saja minus William.

Forbes mencatat banyak media yang memuat acara-acara publik yang dihadiri oleh William dan Kate yang juga memasukkan informasi fashion yang mereka pakai: merk, harga, sampai tempat membeli. Laku bergaya mereka jadi semacam endorsement bagi merek-merek baju yang mereka pakai.

Nah, jika mama mereka diperkirakan Newsweek punya efek sebesar Rp16 triliun rupiah setelah setahun ia menjadi Duchess of Cambridge, maka angka anak-anaknya lebih dahsyat lagi. Fashionista mengutip data riset Brand Finance yang menyebut angeran George berkontribusi sebanyak £2,4 miliar atau hampir Rp40 triliun.

Efek Putri Charlotte lebih gila lagi. Lembaga riset yang sama mencatat kontribusinya sebesar £3,2 atau hampir Rp53 triliun. Jika keluarga ini terus mempertahankan “kesempurnaan” keluarga kerajaan, mulai dari nol skandal, menjaga omongan terhadap media, menjaga privasi tapi bisa tetap memelihara kesohoran, angka-angka ini pasti terus menggelembung.

Citra sempurna itu akan terus membakar semangat masyarakat yang memang sudah obsesif terhadap keluarga kerajaan dan segala yang terkait dengan kepriyayian mereka.

Baca juga artikel terkait KATE MIDDLETON atau tulisan lainnya dari Maulida Sri Handayani

tirto.id - Gaya hidup
Reporter: Maulida Sri Handayani
Penulis: Maulida Sri Handayani
Editor: Suhendra