Menuju konten utama

Sejarah PLTU Suralaya & "Ralat" PLN Terkait Penyebab Mati Listrik

Sejarah permasalahan yang pernah dialami PLTU Suralaya, termasuk terkait penyebab padamnya listrik, terlacak melalui berbagai pemberitaan media massa kala itu.

Sejarah PLTU Suralaya &
Petugas melintas di dermaga logistik PLTU Suralaya, Cilegon, Banten, Jumat (13/4/2018). ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman

tirto.id - Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) I Banten atau Suralaya sempat dituding sebagai penyebab mati listrik massal di Jabodetabek pada Minggu (4/8/2019) lalu, namun kemudian diralat oleh PLN sendiri. Sebenarnya, PLTU Suralaya punya rekam sejarah terkait kejadian serupa di masa lalu.

Dalam penjelasan resmi PLN yang disampaikan oleh Executive Vice President Corporate Communication & CSR, I Made Suprateka, pada Minggu (4/8/2019) atau beberapa saat setelah mati listrik massal mulai terjadi, sempat disinggung mengenai PLTU Suralaya.

Dikutip dari Antara, Made menjelaskan bahwa penyebab padamnya listrik di Jabodetabek dikarenakan adanya gangguan Gas Turbin 1 hingga 6 di PLTU Suralaya, sedangkan Gas Turbin 7 dalam posisi mati. Selain itu, Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Cilegon juga mengalami gangguan.

Beberapa waktu berselang, PLN memberikan penjelasan tambahan, kali ini tidak menyinggung PLTU Suralaya sebagai penyebab awal. Gangguan transmisi di Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV Ungaran dan Pemalang yang kemudian disebut sebagai biang kerok padamnya listrik lantaran mempengaruhi sejumlah pembangkit listrik lainnya.

Selain itu, di Jawa Barat juga terjadi gangguan pada transmisi SUTET 500 kV yang mengakibatkan padamnya sejumlah area, di antaranya Bandung, Bekasi, Cianjur, Cimahi, Cirebon, Garut, Karawang, Purwakarta, Majalaya, Sumedang, Tasikmalaya, Depok, Gunung Putri, Sukabumi, serta Bogor.

Direktur Utama PLN Sripeni Inten Cahyani memaparkan penyebab dan kronologi padamnya listrik massal itu dalam penjelasan yang berbeda pada hari yang sama dan keesokan harinya, Senin (5/8/2019) saat Presiden Jokowi menyambangi Kantor Pusat PLN. Dalam penjelasannya, Sripeni juga menyebut ada beberapa kali gangguan pada transmisi SUTET 500 kV Ungaran dan Pemalang.

Terlepas dari semua itu, PLTU Suralaya sudah kerap disorot karena berbagai masalah, termasuk sebagai pemicu padamnya listrik dalam beberapa tahun terakhir. Pihak kepolisian pun pernah melakukan investigasi di PLTU yang dibangun sejak 1984 itu.

Jejak Masalah PLTU Suralaya

Bukan sekali ini saja PLTU Suralaya mendapat tudingan sebagai penyebab pemadaman listrik massal. Saat terjadi hal serupa pada 18 Agustus 2005 yang melanda Jawa hingga Bali, PLTU yang terletak tidak seberapa jauh dari Pelabuhan Merak ini juga disebut-sebut.

Dikutip dari Warta Ekonomi (2007), sebelum pemadaman listrik yang terjadi setelah peringatan Hari Kemerdekaan RI 2005 itu, diketahui ada kerusakan trafo dan peralatan kipas udara di PLTU Suralaya serta PLTU Paiton di Jawa Timur.

Berikutnya, unit 6 dan 7 PLTU Suralaya berhenti beroperasi. Hal ini membuat berkurangnya pasokan listrik sebesar 1.200 megawatt. Untuk mengembalikan ke kondisi normal, PLN menggunakan PLTA Saguling, PLTA Cirata, dan PLTGU Muara Tawar.

Namun, tindakan itu justru membuat aliran daya menjadi berlebih dan memantik kerusakan yang lebih besar. Bahkan, beberapa unit pembangkit di PLTU Suralaya dan PLTU Paiton terlepas dari jaringannya. Inilah yang membuat aliran listrik di Jawa dan Bali terputus total selama beberapa jam.

Insiden pemadaman listrik massal pada 18 Agustus 2005 itu disebut-sebut yang terparah sepanjang sejarah di Indonesia karena mempengaruhi lebih dari 120 juta orang di Jawa dan Bali, sebelum terjadinya blackout pada 4 Agustus 2019 kemarin.

Power Technology, media teknologi yang berbasis di New York, menempatkan peristiwa di Indonesia pada 2005 itu di peringkat tiga terburuk dalam sejarah pemadaman listrik yang pernah terjadi di dunia dalam 50 tahun terakhir.

Posisi pertama dan kedua, menurut Power Technology, adalah mati listrik massal yang terjadi di India pada Juli 2012 dan Januari 2001 yang masing-masing berdampak terhadap 700 juta orang dan 230 juta orang.

Jejak masalah PLTU Suralaya berlanjut pada 2011. Sejumlah media ketika itu, termasuk dalam pemberitaan Antara edisi 21 September 2011, mengabarkan bahwa salah satu trafo milik PLTU Suralaya meledak.

Sebagaimana yang tercatat dalam arsip Pos Kota, kejadian serupa terulang lagi pada 4 Juli 2012. Pihak kepolisian sempat menggelar investigasi untuk menyelidiki penyebab terbakarnya PLTU Suralaya.

Pada 5 Agustus 2019 lalu, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol.) Dedi Prasetyo menyinggung kembali peristiwa tersebut. Dedi menyebut, insiden di PLTU Suralaya pada 2012 itu bukan hanya disebabkan oleh gangguan teknis maupun human error.

“Ada kejadian unsur kesengajaan di situ. Ada orang lain. Ada tindak pidana,” sebut Dedi seperti diberitakan Kompas (5 Agustus 2019).

Selanjutnya, tanggal 1 Desember 2013, dua trafo di PLTU Suralaya juga meleduk dan terbakar. Akibatnya, seperti diwartakan Radar Cirebon saat itu, wilayah Kota Cilegon, Kota Serang, dan Kabupaten Serang gelap gulita.

Dan kini, matinya listrik total pada 18 Agustus 2019 yang melanda wilayah Jabodetabek dan sekitarnya juga sempat menyeret nama PLTU Suralaya meskipun PLN tidak terlalu menyinggung hal ini lagi dalam penjelasan berikutnya.

Apapun itu, sejarah telah mencatat rekam jejak insiden dan kerusakan di PLTU Suralaya, termasuk terkait dengan penyebab matinya listrik, bahkan dugaan adanya unsur kesengajaan.

Baca juga artikel terkait MATI LISTRIK atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Abdul Aziz