tirto.id - Direktur Polmark Research Center (PRC) Eep Saefullah Fatah mengatakan, Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2018 akan berpengaruh secara signifikan terhadap dinamika Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Hal tersebut diungkapkan Eep usai pemaparan survei nasional PRC bertajuk “Referensi Calon Pemilih Menuju Pemilu 2019” di Jakarta, Minggu (22/10/2017).
“Pilkada paling signifikan pasti 2018, karena jaraknya paling dekat. Suasana kompetisi pada 2018 amat sangat berpengaruh terhadap Pemilu 2019,” ujar Eep.
Survei nasional Polmark menyatakan, sebanyak 25,1 persen responden mengaku memilih PDIP jika Pemilu dilaksanakan hari ini.
Dengan perolehan angka tersebut, berdasarkan survei yang digelar pada 9-20 September 2017 itu, elektabilitas PDIP menjadi yang tertinggi dibanding partai lainnya. Pada peringkat kedua ada Golkar dengan elektabilitas sebesar 9,2 persen, diikuti Gerindra (7,1 persen), PKB (6,3 persen), dan Demokrat (5,3 persen). Sedangkan partai lainnya memiliki elektabilitas di bawah 5 persen.
Namun perolehan suara tersebut masih mungkin berubah. Hal ini disebabkan 23,8 persen responden yang disurvei Polmark masih menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab partai yang dipilihnya. Sementara itu, ada 8,5 persen responden yang merahasiakan pilihan partainya.
Menimbang hal tersebut dan faktor lain seperti hasil judicial review atas sistem Presidential Threshold, menurut Eep, baik Jokowi maupun Prabowo beserta partai pengusungnya, masing-masing pasti berkepentingan terlibat secara signifikan dalam Pilkada 2018.
“Kalau (Pilkada) 2015 itu gladi kotor, (Pilkada) 2017 gladi kotor, gladi bersihnya itu (Pilkada) 2018. Sampai saat ini koalisi belum terlalu jelas. Biasanya koalisi ke pilpres sangat ditentukan oleh kandidat yang mau diajukan. Sekarang kandidat yang sepertinya sudah hampir pasti maju kan baru Pak Jokowi dan Pak Prabowo. Tetapi kata-kata ‘hampir pasti’ dalam politik membuat semua partai amat sangat berhati-hati,” kata Eep.
Penulis: Husein Abdulsalam
Editor: Abdul Aziz