Menuju konten utama

Edy Rahmayadi Mundur dari Jabatan Ketua Umum PSSI

Edy Rahmayadi mundur dari posisinya sebagai ketua umum PSSI di kongres tahunan induk sepak bola Indonesia tersebut pada Minggu (20/1/2019).

Edy Rahmayadi Mundur dari Jabatan Ketua Umum PSSI
Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi memaparkan program pencapaian prestasi sepak bola Indonesia di Medan, Sumatera Utara, Rabu (5/12/2018). ANTARA FOTO/Septianda Perdana

tirto.id - Edy Rahmayadi resmi memutuskan untuk mengundurkan diri dari posisinya sebagai Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Hal ini disampaikan oleh Edy dalam kongres tahunan PSSI, di Nusa Dua, Badung, Bali, Minggu (20/1/2019).

Dikutip dari Antara, Edy menganggap dirinya gagal menjalankan organisasi dan berharap seluruh elemen PSSI tetap akur.

PSSI sendiri sudah mengonfirmasi mundurnya Edy Rahmayadi melalui akun Instagram mereka, @pssi_fai pada Minggu (20/1), "Edy Rahmayadi menyampaikan pengunduran diri sebagai Ketua Umum PSSI pada Kongres PSSI 2019 di Bali. Terima kasih atas segala dedikasinya untuk sepak bola Indonesia, Pak Edy!"

Pada Sabtu (19/1), Edy Rahmayadi mengungkapkan, PSSI bisa saja menggelar kongres luar biasa jika pemilik suara (voters) mengajukan permintaan. Namun, Edy juga menegaskan, KLB memiliki aturan yang mesti dipatuhi.

"Kalau memang voters meminta itu, ya, silakan saja (digelar KLB)," ujar Edy usai mengikuti acara makan malam dengan seluruh elemen PSSI sebelum menjalani kongres tahunan PSSI, dilansir Antara.

Aturan soal KLB PSSI tersebut tercantum dalam pasal 30 Statuta PSSI. Di pasal tersebut tertulis bahwa KLB hanya bisa digelar jika 50 persen atau 2/3 delegasi membuat permohonan tertulis untuk itu.

KLB sendiri diadakan oleh komite eksekutif PSSI tiga bulan setelah permintaan voters resmi diterima. Seandainya kongres tersebut tidak juga digelar, anggota dapat melangsungkan kongres sendiri atau bisa pula meminta bantuan FIFA.

Edy Rahmayadi menjabat sebagai ketua umum PSSI sejak 10 November 2016. Dalam periode lebih dari tahun sejak menjadi orang nomor satu induk sepak bola Indonesia tersebut, Edy beberapa kali melahirkan kontroversi.

Pria kelahiran Sabang, Aceh itu maju dalam pemilihan Gubernur Sumatera Utara, terpilih, kemudian menduduki jabatan sejak 5 September 2018. Meski dalam posisi rangkap jabatan, Edy tidak mundur dari posisinya sebagai ketua umum PSSI.

Selain itu, prestasi tim nasional senior di era Edy Rahmayadi jauh dari kata baik. Terakhir, Garuda gagal lolos dari penyisihan grup Piala AFF 2018.

Persepakbolaan Indonesia juga tengah diguncang skandal pengaturan skor yang melibatkan sejumlah pengurus PSSI. Satgas Antimafia Sepakbola bentukan Polri sudah 11 tersangka di kasus pengaturan skor.

Satu tersangka ditetapkan dalam kasus dugaan pengaturan skor pada laga PSMP Mojokerto melawan Aceh United di 8 besar Liga 2, yakni Vigit Waluyo. Sementara 10 tersangka ditetapkan dalam kasus dugaan pengaturan skor laga Persibara vs PS Pasuruan di Liga 3.

Sepuluh tersangka itu adalah anggota Komisi Disiplin PSSI Dwi Irianto (Mbah Putih), anggota Komite Eksekutif PSSI Johar Ling En, mantan Komisi Wasit Priyanto (Mbah Pri), wasit futsal Anik Yuni Artikasari (Tika), wasit Nurul Safarid dan staf Direktur Wasit PSSI yakni ML.

Tersangka lainnya: CH yang berperan sebagai wasit cadangan pada pertandingan Persibara vs Persik Kediri, DS pengawas pertandingan Persibara vs PS Pasuruan, P asisten wasit 1 dan MR asisten wasit 2.

Baca juga artikel terkait PSSI atau tulisan lainnya dari Fitra Firdaus

tirto.id - Olahraga
Penulis: Fitra Firdaus
Editor: Fitra Firdaus