Menuju konten utama

Edhy Prabowo Takjub dengan Pembesaran Benih Lobster di NTB

Edhy Prabowo berharap usaha pembesaran lobster ini mampu memberikan nilai tambah pendapatan bagi masyarakat pesisir.

Edhy Prabowo Takjub dengan Pembesaran Benih Lobster di NTB
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menyampaikan pidato saat Rakornas KKP di Jakarta, Rabu (4/12/2019). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/ama.

tirto.id - Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo merasa takjub setelah melihat pembesaran benih lobster yang dilakukan masyarakat Telong Elong dan Teluk Ekas, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kamis (26/12).

Masyarakat Telong Elong hingga Dusun Gilire telah melakukan pembesaran benih lobster secara konvensional sejak 2007 silam. Sementara di Teluk Ekas, telah berhasil dilakukan pembesaran dengan teknologi yang lebih modern.

"Kita di sini untuk melihat langsung upaya pembesaran benih lobster yang sudah berhasil dilakukan masyarakat baik secara konvensional maupun dengan memanfaatkan teknologi modern seperti yang dilakukan Vietnam. Saya takjub, ternyata sudah banyak masyarakat yang terlibat dalam kegiatan ini. Kita harapkan usaha pembesaran lobster ini mampu memberikan nilai tambah pendapatan bagi masyarakat pesisir," ungkap Edhy, seperti dikutip dari siaran pers Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jumat (27/12/2019).

Perairan selatan NTB merupakan salah satu hotspot kelimpahan benih lobster yang luar biasa di samping perairan selatan Jawa dan barat Sumatera. Berbagai hasil kajian termasuk hasil studi kolaborasi KKP dalam hal ini Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Lombok dengan Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR) menyebutkan, diperkirakan ada ratusan juta benih lobster per tahun di area hotspot tersebut.

Sementara di hotspot ini terjadi sink population, di mana populasi benih lobster tiba-tiba lenyap pada fase peurelus, dengan kelangsungan hidup (SR) hanya 0,01% (1 ekor yang hidup sampai dewasa dari 10.000 ekor benih).

Dalam kesempatan itu, Edhy kembali menyampaikan bahwa pihaknya memang sedang melakukan review atas Permen KP Nomor 56 Tahun 2016 tentang Larangan Penangkapan dan/atau Pengeluaran Lobster, Kepiting, dan Rajungan. Kata Edhy, kajian dilakukan teliti dan hati-hati dengan mempertimbangkan masukan dari seluruh stakeholders dan para ahli. Tujuannya agar pengembangan budidaya ke depan dapat berjalan lancar dengan tetap menjamin kelestarian stok di alam.

"Jika saat ini di media dan ruang publik banyak sekali narasi-narasi yang menyudutkan saya terkait rencana dibukanya ekspor benih, saya tegaskan itu hanyalah salah satu opsi yang muncul dari beberapa dialog dengan masyarakat nelayan. Sampai saat ini belum ada keputusan final apapun berkaitan dengan isu tersebut. Sekali lagi, saya tidak ingin buru-buru ambil keputusan sebelum pertimbangan baik buruknya benar-benar matang," urainya.

Namun ia meyakini, pemanfaatan benih lobster untuk kegiatan budidaya jelas harus didorong.

"Jika Vietnam mampu membangun pembesarannya, Indonesia harus lebih mampu dan menguasai pasar lobster konsumsi dunia yang nilai ekonominya sangat besar. Kalau perlu sampai pada tahap budidaya. KKP akan bekerja sama dengan ACIAR dan Universitas Tasmania yang telah berhasil membenihan dan membudidayakan lobster secara berkelanjutan dan tidak merusak plasma nutfah lobster alam," lanjutnya.

Menteri Edhy menjelaskan, pengembangan budidaya ini tidak hanya untuk memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga berperan sebagai buffer stock, yaitu melalui pengaturan kewajiban restocking pada fase tertentu.

"Kami juga akan segera menyusun roadmap pengembangan industri lobster nasional dengan melibatkan seluruh stakeholders terkait. Kajian stok, pengaturan area tangkap lestari, pemetaan ruang untuk budidaya, penyiapan teknologi, investasi, dan lain lain akan mulai kita susun strateginya," cetusnya.

Rencana Edhy untuk mengkaji ulang larang ekspor lobster sebelumnya mendapat kritikan keras, termasuk dari mantan Menteri KKP, Susi Pudjiastuti. Menurut Susi, kebijakan yang pernah ia keluarkan tersebut seharusnya tak diubah demi melindungi bibit lobster dan meningkatkan kesejahteraan nelayan.

"Lobster yg bernilai ekonomi tinggi tidak boleh punah, hanya karena ketamakan kita untuk menual bibitnya," tulis Susi dalam akun twitter pribadinya @susipudjiastuti hari ini, Selasa (10/12/2019).

Susi juga menegaskan, bahwa Indonesia saat ini yang bisa dilakukan Indonesia baru sebatas pembasaran.

"Bukan budidaya!! Tapi Pembesaran saja !! kita belum mampu mengawinkan dan membuat lobster hamil hingga kita bisa pijahkan sendiri. Jadi yang dimaksud BUDIDAYA disini adalh PEMBESARAN saja," ujar Susi melalui akun Twitter-nya.

Sementara Presiden Jokowi sendiri hanya berpesan agar rencana ekspor lobster diperhitungkan dengan baik, dengan mengutamakan nilai tambah.

Baca juga artikel terkait LOBSTER atau tulisan lainnya dari Nurul Qomariyah Pramisti

tirto.id - Ekonomi
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti