Menuju konten utama

Eddie Van Halen dan Daftar Musisi Lawas Terkenal Berdarah Indonesia

Selain Eddie Van Halen, berikut ini daftar musisi dunia yang mempunyai darah Indonesia. 

Eddie Van Halen dan Daftar Musisi Lawas Terkenal Berdarah Indonesia
Gitaris Eddie Van Halen berlatih untuk amal pada 14 Maret 2001, di Los Angeles. AP / Dan Steinberg

tirto.id - Gitaris hardrock ikonis, Eddie Van Halen, meninggal dunia pada Selasa (6/10/2020) waktu setempat di usia 65 tahun, usai berjuang melawan penyakit kanker yang dideritanya. Kabar duka itu diumumkan oleh putranya, Wolfgang Van Halen, melalui akun twitter pribadinya.

“Dia adalah ayah terbaik yang pernah saya minta. Setiap momen yang saya bagikan dengannya di dalam dan di luar panggung adalah sebuah hadiah. Hati saya hancur dan saya rasa saya tidak akan pernah pulih sepenuhnya dari kehilangan ini. Aku sangat mencintaimu, Pap" twitnya, Rabu pagi (7/10/2020).

Bernama lengkap Edward Lodewijk Van Halen, Eddie dikenal sebagai seorang musisi, penulis lagu, produser, serta salah satu pemain gitar listrik yang memiliki banyak inovasi permainan sehingga membuatnya dikenal luas.

Eddie lahir di Belanda pada 26 Januari 1955, dari pasangan Jan Van Halen dan Eugenia van Beers. Ayahnya merupakan seorang pemain saksofon Belanda keturunan Swedia, sementara dan ibunya merupakan seorang Eropa-Indonesia yang lahir di Rangkasbitung, Banten.

Darah Indonesia yang mengalir dalam tubuh Eddie nampaknya bukan sebuah hal yang mengagetkan. Karena menurut diplomat Abdul Irsan, dalam bukunya Hubungan Indonesia Belanda: Antara Benci dan Rindu (2003), pasca-kemerdekaan, banyak dari generasi kedua dan ketiga pendatang dari orang-orang Ambon yang mulai menetap dan berkeluarga di Belanda.

Di sana, mereka lebih suka dengan dunia musik dari pada politik – mulai melupakan cita-cita Republik Maluku Selatan (RMS). Tentu saja tak cuma keturunan Ambon saja yang sibuk dengan dunia musik. Tapi keturunan Indonesia dari etnis lain juga, Eddie misalnya.

Selain Eddie, berikut ini Tirto telah merangkum daftar musisi dunia yang mempunyai darah Indonesia.

The Tielman Brothers

The Tielman Brothers adalah grup musik yang didirikan oleh kakak-beradik asal Indonesia, Andy, Reggy, Ponthon, dan Loulou Tielman pada 1947, yang merupakan anak dari Kapten KNIL Herman Tielman. Meski sang ayah keturunan Kupang, Nusa Tenggara Timur, mereka lebih memilih untuk tinggal dan menetap di negara asal sang ibu, yakni Belanda.

Pada 1958, The Tielman Brothers dipercaya untuk menjadi grup musik yang mewakili Belanda dalam pagelaran seni Belgia yang bertajuk 'Brussel World Fair'.

Menurut George Lipsitz dalam American Studies in a Moment Danger (2001), dalam festival tersebut Tielmans Brother bermain atraktif dan liar. Jatah bermain mereka hanya lima belas menit, tetapi mereka bermain lebih dari itu. Lipsetz menulis, konon, Goerge Harison sang gitaris Beatles menjuluki Andy sebagai "Andy: The Indo Man".

Michelle Branch

Nama Michelle Branch mulai meroket pada medio 2000-an karena dua album yang ia luncurkan, The Spirit Room dan Hotel Paper. Sementara nomor “Everywhere”, menjadi single andalan yang kerap dinyanyikan anak-anak muda di seluruh dunia. Tak hanya itu, nama Branch semakin terkenal sejak dirinya berkolaborasi dengan pemain gitar ikonis, Santana.

Branch sendiri adalah putri pasangan David dan Peggy Branch. Sang ayah, David, punya darah Irlandia, sedangkan ibunya berdarah Belanda, Prancis, dan Indonesia yang lahir di Surabaya.

Branch juga pernah mengkonfirmasi bahwa dia adalah keturunan Indonesia, yang ia sampaikan saat dia sedang berbincang dengan temannya di Twitter dengan menulis, "Aku setengah Indonesia, kau boleh meminjam bayiku."

Dougy Mandagi 'The Temper Trap'

Dougy merupakan vokalis grup musik The Temper Trap yang lahir dan menghabiskan masa kecilnya di Indonesia. Ia juga merupakan keturunan langsung dari salah satu pahlawan nasional asal Manado, Arie Frederik Lasut.

Sejak 1999, Dougy pun memutuskan untuk mencari jati dirinya sendiri dan terbang ke Melbourne, Australia, bermodalkan pengetahuan musiknya. Selama menjadi seorang pengamen di Australia, Dougy bertemu dengan Aherne yang kala itu meminta untuk diajarkan cara bermain gitar.

Pada 2005, Dougy dan Aherne akhirnya mengajak drummer bernama Dundas untuk membentuk The Temper Trap bersama-sama. Satu tahun berselang, The Temper Trap sukses merampungkan sebuah Extended Play atau EP yang sukses membawa mereka menjadi penampil di berbagai festival musik, termasuk V Festival dan Gold Coast Festival.

Hingga saat ini, Dougy masih terus mengembangkan The Temper Trap. Usai berpindah dari Australia ke Inggris, The Temper Trap telah merampungkan album Thick as Thieves (2016), serta menjadi band pembuka untuk tur dunia Imagine Dragons tahun ini.

Daniel Sahuleka

Pelantun lagu “You Make My World So Colorful” ini merupakan musisi kenamaan dunia berdarah Ambon-Sunda yang lahir di kota Semarang. Akan tetapi, Daniel dan keluarganya sudah mulai menetap di Negeri Kincir Angin sejak 1960-an.

Di bawah naungan salah satu label musik Belanda, pada 1976, lagu “You Make My World So Colorful” rilis di pasaran, yang menjadi nomor andalan di album self-titled. Selang beberapa tahun, Daniel kembali mengeluarkan single “Don't Sleep Away the Night” yang kemudian terkenal hingga ke pasar musik Amerika Serikat.

Memasuki era '90-an, Daniel lebih banyak mengisi acara-acara musik ketimbang menelurkan karya baru. Hanya saja, pada 2004, dia sempat mengeluarkan album “Berdendang” yang didedikasikan khusus untuk leluhurnya di Maluku.

The Blue Diamonds

The Blue Diamonds merupakan duo yang dibentuk oleh kakak-beradik Ruud de Wolff dan Riem de Wolff pada 1959. Mereka memiliki warna musik yang mirip Everly Brother dan Simon and Gafunkel.

Dalam “Darah Indonesia di Belantika Musik Belanda”, Patrik Matanasi menulis, bahwa konon dua bersaudara yang hijrah ke Belanda bersama orang tua mereka ini adalah keturunan Belanda-Depok yang lahir di sekitar Jakarta.

The Blue Diamonds dikenal berkat kesuksesannya membawakan ulang lagu “Ramona”. Lagu itu masuk ke peringkat ke-72 di tangga lagu Billboard Hot 100 Amerika di tahun 1960. Di Belanda rekaman lagu mereka sukses terjual 250 ribu keping di Belanda dan 1 juta keping di Jerman.

Selain single “Ramona”, Blue Diamond juga memiliki segudang album, seperti “Always... The Blue Diamond” (1960), “Till We Meet Again” (1961), dan “Right Back” (1987). The Blue Diamonds juga memiliki satu album berbahasa Indonesia yang bertajuk Layang-layang (1982), serta satu album berbahasa Spanyol yang bertajuk En Espanol (1969).

Baca juga artikel terkait EDDIE VAN HALEN KETURUNAN INDONESIA atau tulisan lainnya dari Ahmad Efendi

tirto.id - Musik
Kontributor: Ahmad Efendi
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Alexander Haryanto