tirto.id - Dua pengamat Hak Asasi Manusia PBB mendesak Manila pada pekan lalu agar menghentikan pembunuhan diluar proses pengadilan (ekstra-yudisial) yang kerap terjadi pasca Duterte terpilih menajdi Presiden Filipina dan berikrar untuk memberantas narkoba.
Mendapat desakan seperti itu, Duterte balas mengancam akan keluar dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan mengajak China serta negara lain membentuk organisasi baru pada Minggu (21/8/2016).
"Saya tak ingin membuat Anda kesal. Akan tetapi, kami mungkin akan memutuskan keluar dari PBB," ujar Duterte dalam jumpa pers di kota asalnya, Davao, Jumat. Dalam kesempatan tersebut, Duterte juga menyangkal, pemerintah bertanggung jawab atas kematian tersebut.
"Saya akan membuktikan ke dunia bahwa Anda seorang pengamat yang bodoh," katanya, seraya mendesak agar mereka tidak sekadar menghitung jumlah tersangka gembong narkoba yang tewas, tetapi juga nyawa tak bersalah yang mati karena obat terlarang.
Ia menentang PBB dan negara anggotanya - termasuk sekutu lama Manila di Washington - dan mengatakan, dirinya mungkin tidak dapat memenuhi mandat, tetapi ia "khawatir atas tulang-belulang para penjahat akan terus menumpuk".
"Mengapa kita harus mendengar pendapat para pengamat ini?" Duterte mengkritik PBB karena tak cukup mengatasi bencana kelaparan dan terorisme, serta perang di Suriah dan Irak. Bahkan ia beranggapan, organisasi dunia itu membiarkan negara adidaya mengebom desa serta membunuh warga, katanya.
Duterte kemudian mengajak China dan negara Afrika untuk membentuk perserikatan dunia lainnya.
"Anda tahu, PBB, jika kalian menyebut satu hal buruk tentang saya, maka saya dapat menyatakan 10 hal serupa (tentang PBB). Organisasi itu tak berguna karena jika kalian berpegang teguh pada mandat, maka PBB mestinya mampu menghentikan seluruh perang dan aksi pembunuhan" ujarnya.
Saat ditanya mengenai risiko ungkapannya, ia mengatakan, "saya tak peduli atas tanggapan mereka".
Ia mengatakan, PBB harus bersikap sesuai ketentuan, misalnya mengirim utusan khusus untuk menemuinya.
"Kalian tak dapat keluar begitu saja dan berbicara hal buruk mengenai negara kami," katanya.
Penulis: Rima Suliastini
Editor: Rima Suliastini