Menuju konten utama

Dua Bersaudara dari Yogya, Daur Ulang Kayu Jadi Jam JK Watch

Dua bersaudara dari Yogyakarta, Iyos Pramana dan Furqon Aziz mendaur ulang limbah kayu dalam mencipta jam tangan mewah dan unik yang dibranding dengan nama JK Watch.

Dua Bersaudara dari Yogya, Daur Ulang Kayu Jadi Jam JK Watch
Jam Tangan Kayu. [foto/ist]

tirto.id - Dua bersaudara dari Yogyakarta, Iyos Pramana dan Furqon Aziz mendaur ulang limbah kayu dalam mencipta jam tangan mewah dan unik berawal dari kecintaan mereka pada jam tangan. Jam yang dihasilkannya kini sudah semakin dikenal dan diminati bahkan menjadi souvenir khas yang dipesan beberapa instansi termasuk Kementerian Koperasi dan UKM.

Rata-rata harga jam buatan dua bersaudara itu dijual berkisar Rp600.000-Rp850.000 per buah dengan garansi mesin ganti baru dan kerusakan dalam dua tahun.

Setelah mendapatkan "endorsement" dari Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) dalam sebuah pameran UKM, Iyos dan Furqon pun tak ragu membranding jam tangan buatannya dengan nama JK Watch yang juga bisa berarti Jam Kayu atau Jam asli Kulon Progo.

"Kami memilih kayu karena kami akrab dengan kayu sejak kecil, kami anak tukang kayu," kata Iyos Pramana (27) di Yogyakarta, Kamis, (19/1/2017) seperti dikutip dari Antara.

Iyos bersama sang adik memanfaatkan limbah meubel dari usaha ayahnya. Potongan kayu-kayu furnitur diasah dan diserutnya menjadi rangka jam tangan yang unik, sehingga terciptalah brand yang mulai terangkat namanya kini JK Watch. Terlebih di Kulon Progo, limbah kayu bukanlah sesuatu yang sulit untuk dicari.

Dengan keberadaan bahan baku yang menjanjikan, dua bersaudara ini bertekad semakin serius memproduksi jam tangan unik dari kayu yang dibuat seluruhnya secara "hand made" dan eksklusif sesuai pesanan.

"Saking seriusnya kami sampai pinjam uang Rp5 juta ke bank untuk modal," kata Furqon yang tahun ini genap berusia 19 tahun.

Kerja keras keduanya membuahkan hasil, ketika sedikit demi sedikit JK Watch mulai menunjukkan prospek cerahnya terlebih setelah beberapa kali mengikuti pameran UKM di sejumlah kota.

"Saat awal sampai beberapa bulan kami produksi sama sekali tidak laku, tapi kami tidak menyerah kami terus promosi terutama di media sosial," katanya.

Usaha yang genap berusia setahun saat tahun baru 2017 itu kini mulai kebanjiran pesanan meski produksinya belum bisa secara massal atau paling banyak 20 jam perbulan.

"Sebab untuk membuat satu jam kami perlu waktu dua hari," kata Furqon.

Selain jam tangan, dua kakak adik itu pun memproduksi kaca mata kayu untuk melengkapi koleksi konsumen pencinta kayunya.

Ke depan keduanya bertekad semakin serius menggeluti bisnis jam kayu yang unik tersebut.

"April tahun ini kami akan melaunching seri jam premium dengan mesin buatan Swiss dan bahan kayu terbaik," kata Iyos.

Semangat keduanya pun didukung penuh oleh keluarga bahkan kini ayahnya yang dulu berbisnis meubel berbalik membantu usaha kedua anaknya.

"Dulu kami bantu bapak, sekarang terbalik bapak bantu kami," kata Iyos.

Baca juga artikel terkait JAM TANGAN KAYU atau tulisan lainnya dari Mutaya Saroh

tirto.id - Marketing
Reporter: Mutaya Saroh
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh