tirto.id - Sejumlah anggota Komisi XI DPR RI menilai target pertumbuhan ekonomi yang diusulkan pemerintah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018 terlampau optimistis.
Menurut sejumlah anggota dewan, pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen bisa jadi sulit tercapai. Apalagi mengingat untuk tahun ini saja, pemerintah hanya mampu memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di angka 5,17 persen.
“Lalu dari Bank Indonesia targetnya 5,29 persen. Untuk itu, yang realistis 5,3 persen,” ucap anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Demokrat Marwan Cik Asan dalam rapat kerja dengan pemerintah di Gedung Parlemen, Jakarta pada Senin (11/9/2017) siang.
Lebih lanjut, apabila target 5,4 persen dipatok karena pemerintah yakin adanya perbaikan dalam perekonomian global, Marwan beranggapan hal itu bisa dibicarakan lagi nantinya dengan menyesuaikan kondisi yang berlaku.
“Lebih baik nanti ada evaluasi di APBNP (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan) 2018,” ujar Marwan.
Sementara itu, anggota Komisi XI Fraksi Golkar Melchias Markus Mekeng mengingatkan bahwa pemerintah butuh kerja keras guna mencapai pertumbuhan ekonomi di angka 5,4 persen.
“Oleh karena itulah, pemerintah harus menjelaskan instrumen apa saja yang ingin dipakai untuk mencapai target tersebut,” kata Mekeng.
Senada dengan Mekeng, anggota Komisi XI Fraksi Gerindra Kardaya Warnika pun menilai pemerintah harus realistis dalam menetapkan target pertumbuhan ekonomi di tahun depan. Kendati demikian, Kardaya mengaku tidak ada masalah dengan angka yang dipatok pemerintah tersebut.
“Pada dasarnya kami ingin pertumbuhan ekonomi yang tinggi sekali. Tapi kalau 5,4 persen itu terlalu optimistis, untuk keadaan seperti sekarang ini,” ucap Kardaya.
Selain target pertumbuhan ekonomi, target inflasi dan nilai tukar juga sempat jadi sorotan saat rapat kerja.
Masih dituturkan oleh Kardaya, pemerintah seharusnya mampu berkoordinasi dengan Bank Indonesia (BI) untuk menentukan target inflasi yang berupa titik, dan bukan sekadar rentang.
“Prediksi angka inflasi itu jangan menggunakan rentang karena akan sulit bagi kita berikan justifikasi,” kata Kardaya.
Tidak seperti Kardaya, baik Mekeng maupun Marwan mengaku sepakat dengan target inflasi yang dipatok dalam RAPBN 2018, yakni berada di kisaran 3,5 persen.
Sementara mengenai nilai tukar, Kardaya menyebut target sebesar Rp13.500,00 per dolar AS sudah baik. “Selama ini nilai tukar rupiah cukup stabil dan nggak pernah tembus di angka Rp13.400,00. Logikanya kurs itu paling tinggi sama dengan yang sekarang. Kegiatan-kegiatan yang terkait dengan nilai tukar ini cukup menggembirakan,” ungkap Kardaya.
Hal yang sama juga disampaikan anggota Komisi XI DPR RI Fraksi PKS Refrizal yang menganggap nilai tukar rupiah selama ini masih tergolong aman.
“Nilai tukar rupiah nggak pernah lewat dari Rp13.500,00. Sementara BI mematok Rp13.400,00-Rp13.700,00. Untuk target nilai tukar rupiah jangan memakai rentang,” tutur Refrizal.
Menanggapi komentar para anggota dewan itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tetap mengaku optimistis dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen di 2018, beserta sejumlah asumsi makro lainnya dalam RAPBN 2018.
“Memang adanya kenaikan (target) yang signifikan. Namun itu bisa dicapai dengan dana investasi yang menggerakkan perekonomian, peran pemerintah, BUMN, capital market, perbankan, serta penanaman modal baik dari dalam negeri maupun luar negeri,” ungkap Sri Mulyani.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Yuliana Ratnasari