Menuju konten utama

Ditinggalkan BIN, Risma Klaim Tren Kasus COVID-19 di Surabaya Turun

Setelah BIN meninggalkan Surabaya, kata Risma pemerintah kota Surabaya tetap melanjutkan tes cepat secara massal.

Ditinggalkan BIN, Risma Klaim Tren Kasus COVID-19 di Surabaya Turun
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (kanan) menyampaikan pemaparan saat Rapat Analisa Dan Evaluasi Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Di Wilayah Kota Surabaya di Gedung Sawunggaling, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (22/5/2020). ANTARA FOTO/Didik Suhartono/pras.

tirto.id - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengklaim tren kasus COVID-19 di wilayahnya menurun setelah dilakukan rapid test secara massal yang dilakukan pemerintah kota Surabaya dibantu Badan Intelijen Negara (BIN).

"Dari tes cepat yang kami lakukan di banyak tempat, trennya menurun, makanya Badan Intelijen Negara meninggalkan Surabaya setelah membantu," kata Risma dikutip dari Antara, Selasa (23/6/2020).

BIN terhitung telah menggelar tes cepat COVID-19 di Surabaya, Jawa Timur selama 23 hari, sejak 29 Mei hingga 20 Juni 2020. Tes cepat dilakukan di 23 lokasi yang menjadi titik zona merah COVID-19 di Surabaya sesuai rekomendasi Dinas Kesehatan Kota Surabaya.

Setelah BIN meninggalkan Surabaya, kata Risma pemerintah kota Surabaya tetap melanjutkan tes cepat secara massal di beberapa tempat untuk upaya percepatan penanganan COVID-19.

Penurunan tren kasus ini, kata Risma tidak terlepas dari upaya pemerintah kota Surabaya yang dibantu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan BIN.

Selain melakukan tes cepat secara massal, Risma mengatakan tindakan tegas kepada masyarakat untuk taat protokol kesehatan terus dilakukan di pusat keramaian di antaranya perkampungan, pasar, kampung tangguh, industri tangguh, rumah ibadah tangguh, transportasi dan sebagainya.

Meskipun demikian, pada praktiknya Risma mengakui pelaksanaan pengawasan di tempat-tempat tersebut tergolong berat. Namun, hal itu terus dilakukan guna memutus mata rantai penyebaran virus.

"Jadi kami lakukan secara konsisten. Setiap hari bahkan malam ada petugas yang piket di beberapa tempat untuk memantau masyarakat yang tidak menggunakan masker dan sebagainya," katanya.

Data kasus COVID-19 di Surabaya per Senin (22/6/2020) kemarin jumlahnya mencapai 4.771, masih tertinggi di Jawa Timur. Surabaya juga masih tergolong dalam kawasan risiko tinggi kenaikan kasus di Jawa Timur. Meski begitu Risma menegaskan bahwa di wilayahnya justru mengalami penurunan tren kasus COVID-19.

"Sebetulnya kalau lihat trennya itu turun. Kita kemarin 200, 300 tapi sekarang turun," ujarnya.

Penurunan tren tersebut, ujar dia, juga dibarengi dengan strategi baru oleh Surabaya dimana tes cepat tidak lagi hanya fokus pada lokasi orang yang terinfeksi saja tetapi juga kepada komunitas-komunitas.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA

tirto.id - Kesehatan
Sumber: Antara
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Bayu Septianto