tirto.id - Diskusi publik bertema Musyawarah Rakyat Indonesia Menyikapi G20 yang diselenggarakan oleh Indonesia People's Assembly di Universitas Udayana (Unud), Denpasar, Bali, dibubarkan paksa oleh sejumlah orang tak dikenal pada Senin (14/11/2022) siang.
Mereka mengklaim sebagai Aliansi Masyarakat Bali Bersatu dan mewakili sejumlah desa adat di Denpasar, Bali. Praktik intimidasi ini dilakukan tepat satu hari sebelum acara puncak KTT G20 di Nusa Dua, Bali, pada 15-16 November 2021.
"Awalnya, forum ini akan diselenggarakan di ruang terbuka hijau Universitas Udayana. Tapi pihak kampus menutup gerbang agar mahasiswa tidak bisa mengakses kampus untuk mengadakan kegiatan. Sehingga, lokasi acara digeser ke Student Center," kata salah seorang perwakilan Indonesia People's Assembly, Rangga (bukan nama sebenarnya), kepada reporter Tirto, Senin siang.
Rangga bercerita sejak persiapan teknis sebelum diskusi, sejumlah orang tak dikenal masuk ke Student Center dan melakukan intimidasi. Dia menduga orang-orang itu bagian dari intelijen. Mereka mendesak diskusi dibubarkan.
Dalam video yang tersebar, sejumlah orang tersebut menuding agenda diskusi tersebut berkaitan dengan kampanye krisis iklim yang dilakukan Greenpeace Indonesia beberapa waktu lalu--yang diintimidasi dan dibubarkan paksa di Probolinggo, Jawa Timur--.
"Enggak ada hubungannya dengan Greenpeace, Pak," kata salah seorang mahasiswa.
"Kalian dari mana?" tanya salah yang diduga intelijen tersebut.
"Saya mahasiswa Udayana. Bapak dari mana?" tanya balik mahasiswa.
"Selama ini, ini Student Center, pusat mahasiswa, kok tiba-tiba datang mempersoalkan agenda kami? Kami enggak ada masalah dengan G20. Kita hanya diskusi, Pak," tambah mahasiswa tersebut.
"Silakan, diskusi, diskusi yang baik," timpal salah seorang yang tak dikenal.
"Tidak ada intimidasi. Kami hanya mengingatkan. Kami juga alumni. Ini bukan agenda personal, tapi untuk nama baik bangsa dan negara. NKRI harga mati, ya," tambah orang itu.
Tak hanya itu, sejumlah mahasiswa dari Aliansi Mahasiswa Papua yang ingin ikut diskusi pun dilarang masuk ke dalam Student Center.
"Dengan alasan bukan mahasiswa Udayana," kata Rangga.
Rangga juga menjelaskan bahwa tekanan juga datang dari pihak Unit Pengembangan Ormawa (UPO) Universitas Udayana. Pihak kampus bahkan mengambil langkah untuk menutup dan mengunci Student Center, sehingga semua mahasiswa keluar gedung.
"Selain itu, ada broadcast via WhatsApp yang disampaikan oleh pihak kampus agar mahasiswa Udayana tidak boleh mengikuti diskusi ini karena alasan perizinan'," tambahnya.
Akhirnya, diskusi publik tetap terselenggara di depan tangga menuju Student Center dengan jumlah sekitar 30 mahasiswa dan sisanya mengikuti secara daring.
"Kalau yang di Bali, semuanya mahasiswa. Tapi yang mengikuti dari luar Bali, daring, ada perwakilan buruh, petani, dan buruh migran dari Hong Kong," kata Rangga.
Belakangan, pihak kampus memutuskan mematikan listrik gedung Student Center saat diskusi berlangsung.
"Kami menduga intel mengintervensi pihak rektorat agar langsung membubarkan paksa diskusi, bahkan meminta melakukan pemeriksaan identitas bagi semua peserta diskusi," kata Rangga.
"Karena sangat alot, diskusi bubar. Dan kawan-kawan diskusi sekarang diusir dari Student Venter. Sekarang gedung itu dikosongkan dan dikunci sampai selesai G20," tambahnya.
Reporter Tirto sudah berupaya menghubungi Wakil Rektor III Universitas Udayana (Unud) Ngakan Gede Suardana untuk mengonfirmasi kejadian tersebut. Namun hingga berita ini dirilis, belum ada tanggapan dari pihak kampus Unud.
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Gilang Ramadhan