tirto.id - Pemerintah telah resmi mengumumkan rute penerbangan yang mengalami penurunan harga tiket pesawat hingga 50 persen dari Tarif Batas Atas (TBA) selama Selasa, Kamis dan Sabtu setiap pukul 10.00-14.00 WIB. Jumlah kursi yang diberlakukan diskon pun hanya mencapai 30 persen tiap penerbangannya.
Peneliti pariwisata dan dosen Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Muhammad Baiquni mempertanyakan niat dari penurunan harga tiket itu.
Menurut Baiquni, penurunan yang diberlakukan pemerintah tidak akan berdampak banyak karena tidak cukup subtansial meringankan beban konsumen.
“Itu saya coba mau perjalanan Sabtu pulang Selasa. Rutenya pun sangat terbatas. Apa ini sebuah jalan yang lain. Apakah ini sungguh-sungguh mau menurunkan [harga tiket] atau hanya lip service. Ini masih bertanya-bertanya juga,” ucap Baiquni saat dihubungi reporter Tirto pada Kamis (11/7/2019).
“Perlu dicek itu berapa rute dan waktu. Jangan-jangan hanya sekadar istilah sudah ada penurunan tapi tidak subtansial. Trik bisnis saja,” tambah Baiquni.
Baiquni menjelaskan bahwa pada kondisi ini ia menilai penurunan yang dilakukan juga belum tentu berdampak pada wisatawan. Sebab rute-rute yang diturunkan tarifnya tidak cukup subtansial menjawab persoalan.
Misalnya belum menyentuh rute yang ramai atau “gemuk” secara sigifikan. Alhasil Baiquni menilai kebijakan ini pun masih jauh dari upaya menjawab kepentingan publik.
“Mungkin ada dampak tapi wisatawan kalau ngepas-ngepas gini ya tidak mudah karena waktu. Tapi sebagai sebuah kebijakan alternatif oke-oke saja. Tapi substantif sepertinya belum cukup,” ucap Baiquni.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri