Menuju konten utama

Difabel Kota Yogyakarta Inginkan Kontrak Politik dalam Pilwalkot

Kelompok disabilitas berharap kandidat mau menandatangani kontrak politik jika ingin memperoleh suara mereka di Pilwalkot Yogyakarta 2024.

Difabel Kota Yogyakarta Inginkan Kontrak Politik dalam Pilwalkot
Penyandang disabilitas dibantu petugas memasukkan surat suara saat mengikuti simulasi dan sosialisasi pemilu bagi penyandang disabilitas di Aula Kementerian Sosial, Jakarta Kamis (14/2/2019). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Kelompok disabilitas Kota Yogyakarta meminta para kandidat Pemilihan Kepala Daerah Kota Yogyakarta 2024 (Pilkada Kota Yogyakarta atau Pilwalkot Yogyakarta 2024) untuk berani menandatangani kontrak politik jika ingin memperoleh suara dari kelompok disabilitas. Mereka tidak ingin hanya sekadar diminta suara tiap pemilu, tetapi kerap dilupakan usai penetapan pemenang.

"Kami sering didekati (kontestan Pilwalkot Yogyakarta) mengajak ketemu. Setelah itu (terpilih), sudah (apa yang dijanjikan pada difabel tidak direalisasikan)," ujar anggota Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HDWI) Kota Yogyakarta, Nenti Saptari, dihubungi Tirto, Senin (12/8/2024).

Nenti mengatakan, kontrak politik pada kandidat penting untuk memastikan kepedulian kandidat setelah menang Pilwalkot Yogyakarta 2024. Selain itu, mereka lebih mudah dalam mengawal ucapan maupun janji yang dilakukan kontestan ketika terpilih oleh warga Kota Yogyakarta.

"Kami juga jadi lebih proaktif mengawal mereka (kontestan Pilwalkot), dengan mengadakan kontrak politik. Jadi bisa mengawal, kebijakan dilaksanakan atau tidak," ucapnya.

Oleh sebab itu, Nenti pun berharap, para kontestan Pilkada Kota Yogyakarta 2024 berani bertemu dengan komunitas-komunitas difabel di Kota Yogyakarta. Ia pun berharap, pertemuan bukan sekadar mengenal kontestan, melainkan juga menilai perspektif kontestan tentang disabilitas dan hak difabel.

"Kami mengharapkan sosialisasi dari pasangan (kontestan Pilwalkot Yogyakarta) menyasar difabel. Jadi punya perspektif tentang disabilitas," tutur Nenti.

Selain itu, Nenti juga berharap agar difabel ikut serta dalam setiap sosialisasi kegiatan kepemiluan. Ia yakin, upaya tersebut akan mendorong masyarakat Kota Yogyakarta yang inklusif.

"Pendekatannya merata. Sementara ini yang mendapat sosialisasi hanya komunitas, mereka (difabel non-komunitas) punya hak yang sama. Mungkin kalau tidak memungkinkan memfasilitasi seluruh difabel, kami digabungkan dengan masyarakat, saat sosialisasi dilibatkan, agar inklusi," papar Nenti.

Anggota Komunitas Difabel Demokrasi Yogyakarta, Widi Haryati, juga mengharapkan kontestan Pilwalkot yang responsif terhadap kebutuhan dan hak difabel. “Agar ada progress perubahan,” tuturnya kepada reporter Tirto, Senin (12/8/2024).

Widi mencontohkan kondisi fasilitas umum Kota Yogyakarta yang belum pro-difabel. Ia mengacu pada kondisi transportasi bus kota saat ini yang masih belum inklusif bagi difabel.

“Katakanlah transportasi bus kota untuk kursi roda, walau dibantu, untuk kemandirian belum karena halte dan bus jaraknya masih kurang,” ucap Widi.

Baca juga artikel terkait PILKADA 2024 atau tulisan lainnya dari Siti Fatimah

tirto.id - Politik
Kontributor: Siti Fatimah
Penulis: Siti Fatimah
Editor: Andrian Pratama Taher