tirto.id - Akhir tahun 2009 adalah masa-masa menggairahkan bagi perusahaan rintisan teknologi. Kala itu, popularitas Foursquare mulai merambah naik, membuat para investor memusatkan kucuran dana mereka pada aplikasi serupa. Sementara itu, di salah satu sudut kota San Francisco, Kevin Systrom muncul dengan ide aplikasi yang ia sebut dengan nama Burbn.
Ide Burbn simpel. Ia menggabungkan ketertarikan Systrom pada fotografi dan kepopuleran aplikasi semacam Foursquare. Pengguna Burbn dapat menggunakan aplikasi itu untuk check-in pada suatu tempat layaknya Foursquare dan mereka akan mendapatkan poin ketika mereka hang-out dan memasang foto mereka di aplikasi itu.
Tak butuh waktu lama baginya untuk mengumpulkan pendanaan. Pada bulan 2010, ia mendapatkan 500 ribu dolar dari perusahaan pemodalan Baseline Ventures dan Andreessen Horowitz. Segera, ia melakukan perektutan. Di proses ini, Systom pertama kali bertemu Mike Krieger, orang pertama yang ia rekrut.
Merasa tidak puas dengan apa yang Burbn miliki, keduanya lantas mengerucutkan layanan Burbn hanya berfokus pada aplikasi berbagi foto. Mereka lantas menamainya Instagram. Pada 6 Oktober 2010, dengan sebuah sentuhan di tetikusnya, Systrom membuka layanan akses Instagram ke publik lewat Apple Store. Itu adalah salah satu saat paling membahagiakan baginya.
"Dalam hitungan jam, terdapat lebih dari 10,000 orang yang menggunakan [Instagram], dan saya berpikir, 'ini adalah hari yang terbaik dalam hidup saya.' Ini luar biasa kan?" katanya. "Ketika hari itu berakhir, [pengguna Instagram] terus bertumbuh secara luar biasa. Hal itu membuatku berpikir, 'apa hitungan kami salah?'"
Legenda keduanya pun dimulai.
Instagram hanya butuh waktu dua tahun untuk membuat Facebook tertarik untuk membelinya. Perusahaan itu akhirnya dilepas dengan nilai yang cukup fantastis: 1 miliar dolar. Namun mereka tak serta merta menjualnya, melainkan meminta syarat: Facebook harus menjamin Instagram bisa membuat keputusan secara independen. Hal itu membuat Systrom masih menjadi Chief Executive Officer dan Krieger tetap menjabat Chief Technology Officer.
Siapa sangka, pembelian itu merupakan awal dari sebuah akhir bagi keduanya.
Berkubang dalam Konflik
Senin malam (24/9) menjadi hari yang mengejutkan dunia teknologi. Baik Systrom maupun Krieger dikabarkan mengundurkan diri dari posisi mereka sebagai CEO dan CTO Instagram. Harian The New York Times menjadi yang pertama kali mengabarkan kepergian keduanya.
Dalam surat perpisahan yang mereka unggah pada blog resmi Instagram, Systrom mengatakan kepergian mereka dari perusahaan yang mereka dirikan karena keduanya sudah "siap untuk melangkah pada bab baru" dalam hidup mereka.
"Kami berencana meluangkan waktu untuk menjelajahi lagi rasa ingin tahu dan kreativitas kami," tulis mereka. "Membangun hal-hal baru menuntut kami untuk mengambil langkah mundur, memahami apa yang mengilhami kami dan mencocokkan itu dengan apa yang dibutuhkan dunia; itulah yang kami rencanakan."
Sepintas tak ada yang aneh dari pernyataan keduanya. Namun, melihat dari urutan waktunya, pengumuman ini memicu sejumlah pertanyaan. Pertama, pengumuman dua orang nakhoda Instagram ini terkesan mendadak. Kedua, pengumuman mundur itu terjadi tak lama setelah beberapa petinggi Facebook melakukan langkah serupa.
Pada bulan April lalu, Jan Koum, salah seorang pendiri WhatsApp dan anggota dewan Facebook, mengumumkan pengunduran dirinya. The Verge melaporkan, alasan dirinya mundur adalah karena adanya perselisihan antara dirinya dengan Facebook terkait posisi perusahaan itu dalam model bisnis Facebook. Seperti yang diketahui, model bisnis Facebook adalah menggunakan data penggunanya untuk kepentingan pemasangan iklan.
Sebelumnya, ada Brian Acton yang meninggalkan Facebook pada September 2017. Acton yang juga merupakan salah satu pendiri WhatsApp, mengungkapkan alasan serupa. Sebagai catatan, Facebook telah mengakuisi WhatsApp dengan biaya sekitar 22 miliar dolar pada tahun 2014.
Sementara itu, menurut analisis dari Business Insider, mundurnya Systrom dan Krieger bukanlah sesuatu langkah yang direncanakan dengan matang. Hal ini cukup berseberangan dengan apa yang mereka tulis dalam keterangan resmi di blog Instagram.
Mereka menggaris bawahi tidak adanya keterangan resmi dari Mark Zuckerberg dan Sheryl Sandberg, CEO serta COO Facebook, dalam pernyataan Systrom dan Krieger. Zuckerberg memberikan pernyataan mengenai mundurnya mereka secara terpisah. Dalam pernyataannya kepada Bloomberg, ia mengatakan bahwa keduanya merupakan talenta luar biasa dan ia "telah belajar banyak dari mereka dalam enam tahun terakhir dan sangat menikmati proses itu."
Selain itu, pengumuman mundur keduanya dilakukan secara bersamaan. Hal ini amat riskan. Sebab alih-alih menghasilkan transisi jabatan yang mulus, mundurnya dua orang di posisi puncak pada saat bersamaan malah dapat menimbulkan ketidakstabilan dalam perusahaan.
Selain itu, Systrom sesungguhnya telah dijadwalkan untuk hadir sebagai pembicara dalam waktu dekat pada acara yang cukup bergengsi: The Information Subscriber Summit pada October serta WSJD Live Conference pada November.
Lebih jauh, pernyataan bahwa mereka ingin kembali "menjelajahi rasa ingin tahu dan kreativitas" serta adanya keinginan untuk membuat "hal yang baru", dapat mengindikasikan bahwa mereka tidak lagi mendapatkan kebebasan di bawah Facebook seperti yang sebelumnya telah dijanjikan.
Tech Crunch, dalam beberapa waktu terakhir pernah melaporkan bahwa Zuckerberg memang berselisih paham dengan Systrom. Masalah utamanya, sang pendiri Facebook itu ingin Instagram terintegrasi dan masuk ke Facebook secara otomatis. Systrom berpendapat sebaliknya.
Hasil akhirnya? Zuckerberg memutus semua tautan ke Instagram di Facebook. Pada pembaruan terakhir, anda tidak akan menemukan jalan pintas itu lagi di Facebook. Sebaliknya, anda bisa menemukan tombol Facebook di bagian pengaturan Instagram.
Selain itu, pada bulan Mei Zuckerberg menukar Vice President of Product Instagram Kevin Weil dengan Vice President of Facebook News Feed Adam Mosseri, orang yang masuk dalam lingkaran dalam Zuckerberg. Ini menandakan semakin kuatnya pengaruh Zuckerberg di dalam urusan internal Instagram.
Unit Bisnis Penting
Dalam waktu enam tahun, pembelian Instagram terbukti sebagai akuisisi Facebook yang paling berhasil. Ketika Facebook diterpa skandal besar, termasuk skandal privasi data pengguna serta pemberitaan palsu yang dianggap mengancam demokrasi, Instagram menjadi unit bisnis yang amat penting.
Di bawah komando Systrom dan Krieger, aplikasi tersebut mampu mengaet lebih dari 1 miliar pengguna. Ini menjadikan Instagram sebagai salah satu produk yang paling cepat berkembang dalam jejaring aplikasi lain yang dimiliki oleh Facebook.
Sejumlah analis mengatakan, penjualan iklan Instagram dapat mencapai 20 miliar dolar pada 2020 mendatang. Jumlah itu diperkirakan sekitar seperempat dari total pendapatan Facebook. Sementara itu, basis pelanggan iklan Instagram juga bertumbuh dari hanya ratusan pengiklan pada tahun 2015, menjadi lebih dari 2 juta pengiklan bulanan pada tahun ini.
Dengan mundurnya dua petinggi Instagram tersebut, Facebook menjadi lebih leluasa untuk menentukan ke mana arah Instagram akan melaju. Jika mengacu pada apa yang dikatakan oleh Systrom, maka bukan tidak mungkin pengguna harus mengucapkan selamat tinggal pada Instagram yang penuh kreatifitas, dan selamat datang pada 'Facebook 2' di masa yang akan datang.
Dalam wawancaranya dengan Forbespada 2016, Systrom menggambarkan Facebook sebagai perusahaan yang bergerak berlandaskan pada data yang mereka miliki. Sementara Instagram, ia gambarkan sebagai sebagai perusahaan yang pendekatannya lebih kreatif.
"Kami tidak selamanya saling setuju," jelas Systrom, menggambarkan hubungan yang terjalin antara ia dengan sejumlah eksekutif Facebook lainnya, termasuk Zuckerberg.
Editor: Nuran Wibisono