Menuju konten utama

Demokrat Siapkan "Amunisi" Ungkap Ketidakadilan Pilgub DKI 2017

"Kami telah membentuk tim pencari fakta Pilkada DKI Jakarta dan sudah kami siapkan dan sudah kami tuliskan yang kami sebut buku putih," kata Hinca.

Demokrat Siapkan
Sekjen Partai Demokrat Hinca Pandjaitan (kanan) bersama Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Jawa Timur Soekarwo (kiri) di Surabaya, Minggu (8/1). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat.

tirto.id -

Partai Demokrat menganggap ada ketidakadilan dalam pelaksanaan Pilgub DKI 2017 kepada pasangan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)-Sylviana Murni yang saat itu diusung oleh mereka, PAN, PKB dan PPP kubu Romi.

Sekjen Partai Demokrat, Hinca Panjaitan menyatakan saat ini partainya tengah menyiapkan buku putih untuk mengungkap ketidakadilan di dalam Pilgub DKI Jakarta tersebut.

"Kami telah membentuk tim pencari fakta Pilkada DKI Jakarta dan sudah kami siapkan dan sudah kami tuliskan yang kami sebut buku putih," kata Hinca usai rapat DPP Demokrat, di Kantor DPP Demokrat, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu (3/1/2018) malam.

Menurut Hinca, buku putih tersebut akan dikeluarkan pada momen yang tepat sebagai bukti kepada rakyat Indonesia bahwa ketidakadilan masih terjadi dalam proses demokrasi di negeri ini.

"Kami simpan untuk dokumen sejarah yang pada waktunya bisa menjadi pembelajaran ke depan agar tidak berulang lagi," kata Hinca.

Demokrat menilai di Pilgub DKI Jakarta 2017 ada empat ketidakadilan terjadi pada pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni. Pertama, adanya kriminalisasi terhadap Sylviana atas kasus dana hibah Kwarda Pramuka DKI Jakarta dan pembangunan masjid al-Fauz di kompleks kantor walikota Jakpus saat proses Pilgub DKI masih berlangsung.

"Sampai saat ini belum ketahuan ujungnya. Yang kita tahu hanya awalnya," kata Hinca.

Kedua, adalah tuduhan SBY mendanai aksi 411 dan 212 yang menurut Demokrat merupakan sebuah fitnah untuk menggembosi citra yang bersangkutan dan pasangan AHY-Sylviana di Pilgub DKI Jakarta.

"Padahal faktanya sama sekali tidak ada dan tidak berdasar," kata Hinca.

Ketiga, tuduhan Antasari Azhari menjelang pemilihan putaran pertama Pilgub DKI Jakarta bahwa SBY berada di balik kriminalisasi dirinya atas kasus pembunuhan berencana terhadap Direktur PT Rajawali Banjaran, Nazarudin Zulkarnain, yang membuatnya menjalani hukuman selama delapan tahun.

Menurut Hinca, pada waktu itu pasangan AHY-Sylviana menempati survei paling tinggi, tapi kemudian tergerus dan kalah dalam Pilgub DKI Jakarta. Meskipun, kata dia, pasangan ini dan Demokrat pada akhirnya telah mengganggap perkara itu selesai dan mengakui Pilgub DKI Jakarta telah selesai dengan baik dan mengakui pemenangnya.

"(Antasari) Sudah kami laporkan ke penegak hukum yang sampai saat ini masih belum diproses secara tuntas," kata Hinca.

Keempat, adalah penyerangan ke rumah SBY di Mega Kuningan, Jakarta Pusat, oleh sekelompok orang di tengah proses Pilgub DKI Jakarta. Menurut Hinca, Demokrat juga telah melaporkan hal itu ke kepolisian tapi belum diproses sampai hari ini.

Selain menyiapkan buku putih, Partai Demokrat juga mendesak kepada Presiden Jokowi agar segera bertindak menyelesaikan ketidakadilan dalam proses Pilkada di Indonesia.

"Demokrat masih percaya dan mendukung kepemimpinan Jokowi sampai selesai. Demokrat yakin Jokowi tidak mengetahui perlakuan yang tidak sepatutnya dilakukan institusi negara," kata Hinca.

Sebagai catatan, dalam Pilgub DKI Jakarta 2017 pasangan AHY-Sylviana kalah sejak putaran pertama. Pasangan ini hanya mendapat 16,1 persen suara. Jauh dari dua pasangan lainnya, yakni Ahok-Djarot yang mendapat 48,6 persen suara dan Anies-Sandiaga yang mendapat 35,3 persen suara.

Baca juga artikel terkait PILGUB DKI 2017 atau tulisan lainnya dari M. Ahsan Ridhoi

tirto.id - Politik
Reporter: M. Ahsan Ridhoi
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Maya Saputri