tirto.id - Daya serap Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) di dua daerah tidak sesuai dengan target yang diharapkan. Perum Bulog di Kabupaten Garut, Jawa Barat, hanya mampu menyerap 16.000 ton beras dari petani, jauh lebih rendah dari target yakni sebesar 30.000 ton.
Hal yang sama terjadi pada perum Bulog Sub Divre IV Madiun, Jawa Timur, di mana serapan beras hingga akhir Mei mencapai 20.000 ton lebih rendah dari target sebesar 60.000 ton.
Seperti yang dikutip dari Antara, Kamis (9/6/2016) Kepala Gudang Bulog Baru Sukagalih Kabupaten Garut, Dimas Farghan menuturkan Bulog mengalami kesulitan untuk mencapai target serapan gabah yang dihasilkan dari petani Kabupaten Garut karena selama ini, dari 42 kecamatan, hanya gabah dari Kecamatan Pameungpeuk yang dapat terserap oleh Bulog.
"Hanya dari satu kecamatan saja yang terserap, dari kecamatan lain tidak terserap," kata Dimas.
Alasan Bulog tidak dapat menyerap gabah dari kecamatan lain ialah terkait dengan harga, di mana masyarakat setempat menginginkan pembelian terhadap gabah kering lebih besar dari Rp4.200 per kilogram.
"Petani selain Pameungpeuk meminta dikisaran Rp4.500 per kilogram, memang beda sedikit, tapi besar pengaruhnya," kata Dimas.
Ia menambahkan kebutuhan beras untuk Garut sebanyak 2.700 ton per bulan atau sekitar 32.400 ton per tahun. Jika gabah Pameungpeuk tidak memenuhi kebutuhan beras untuk Garut, maka pihaknya akan meminta tambahan dari daerah Cirebon.
Sementara itu, Bulog Sub Divre IV Madiun, Jawa Timur, hingga akhir Mei tidak dapat mencapai target yang ditetapkan karena kalah saing dengan pedagang dan pengepul dari luar daerah. Ia mengatakan pedagang selama ini lebih dominan dalam mengendalikan harga.
"Kendala kami itu adalah harga. Di mana harga pengepul lebih tinggi dari harga pembelian pemerintah, sehingga petani enggan menjual beras ke Bulog," kata Kepala Bulog Sub Divre IV Madiun, Rahmat Syahjoni Putra, di Madiun, Sabtu pekan lalu.
Meskipun begitu, Rahmat menyatakan pihaknya tetap optimistis bahwa target serapan tahun ini akan tercapai hingga 100 persen dengan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh jajarannya dengan petani mitra.
"Serapan hingga kini terus dilakukan hingga akhir tahun nanti. Rata-rata serapan beras saat panen bisa mencapai 300 ton setiap hari setara beras," kata Rahmat.
Penulis: Mutaya Saroh & Mutaya Saroh
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara