Menuju konten utama

Datang ke Penjaringan, Anies Dikeluhkan Soal Penggusuran

Saat berkunjung ke Penjaringan, Jakarta Utara, Anies Baswedan mendapat keluhan warga yang takut akan penggusuran

Datang ke Penjaringan, Anies Dikeluhkan Soal Penggusuran
Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut tiga, Anies Baswedan melakukan kegiatan kampanye di kawasan Pesing, Jakarta Barat, Selasa (24/1). Tirto.id/Denny Aprianto

tirto.id - Warga Rusun Budha Tzu Chi, Aisah (57) mengeluhkan penggusuran yang dilakukan Pemda DKI Jakarta kepada Calon Gubernur nomor urut 3, Anies Baswedan.

Keluhan itu disampaikan saat Anies berkunjung ke Gang Marlina, Jalan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (30/1/2017). Menurut pengakukannya, Pemda kerap kali tak memperhitungkan waktu saat melakukan penggusuran. Bahkan ia juga menyebut bahwa pada bulan puasa, penggusuran tetap dilakukan.

"Ibu memohon sama pak Ahok jangan digusur dulu. Itu kan bulan puasa, mau lebaran orang mau ibadah. Tapi tidak. Harus digusur."

Ia lalu itu meminta kepada Anies agar, jika kelak terpilih sebagai Gubernur, tak ada lagi penggusuran yang menyengsarakan warga.

"Di situ ibu yang sedih. Kan itu saudara kita. Kalau bisa jangan lagi lah pak," ungkapnya sambil menahan tangis

Menanggapi hal tersebut, Anies mengatakan bahwa dirinya telah meminta kepada Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Jakarta, Sumarsono, untuk memoratoriun semua kegiatan menggusur. "Bu, saya sejak dua bulan yang lalu sudah minta kepada bapak gubernur, Plt sekarang untuk menghentikan semua gusur-menggusur. Saya minta diberhentikan, dilakukan moratorium," kata Anies.

Kepada Aisah, Anies mengungkapkan bahwa di Jakarta, saat ini terdapat 300 wilayah yang akan terkena gusur di Jakarta. Karena itu, ia berjani jika terpilih sebagai gubernur dirinya akan menghentikan semua penggusuran yang ada di Jakarta. "Kalau saya terpilih semuanya akan saya hentikan dulu. Saya akan lihat, Bu. Karena konsep kita adala menata perkampungan."

Menurut Anies, pemeritah tak seharusnya melakukan penggusuran dalam menanta perkampungan kumuh di Jakarta. Sebab kampung adalah tempat tinggal tradisional warga.

"Kampungn itu ga salah. Kampung itu adalah perumahan tradisional kita. Yang masalah itu adalah kumuh. Kumuhnya yang harus dibereskan. Bukan kampungnya di hilangkan. Dari dulu nenek moyang kita juga tinggal di kampung," tuturnya.

Baca juga artikel terkait ANIES-SANDIAGA atau tulisan lainnya dari Aqwam Fiazmi Hanifan

tirto.id - Politik
Reporter: M. Ahsan Ridhoi
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Aqwam Fiazmi Hanifan