tirto.id - Data stunting di Indonesia berdasarkan survei yang dilakukan BKKBN tahun 2022 menyebutkan ada 21 juta keluarga berisiko stunting. Laman Paudpedia Kemdikbud turut menuliskan, data Studi Status Gizi Indonesia 2022 menemukan hanya Provinsi Bali saja yang mendapat ategor baik dibanding 34 provinsi lain di Indonesia. Pemerintah mengajak semua elemen masyarakat bersama-sama berupaya mencegah dan mengatasi stunting.
Stunting dengan gizi buruk merupakan istilah yang hampir sama. Stunting umumnya disebabkan kekurangan gizi dalam jangka panjang seperti 1.000 hari pertama anak. Ada pun gizi buruk penyebabnya kekurangan nutrisi dalam durasi singkat sehingga anak mengalami gizi bruk dan berat badan buruk.
Stunting menimbulkan dampak lebih berbahaya dari gizi buruk. Gizi buruk mempengaruhi kerentanan infeksi akibat rendahnya kekebalan tubuh, hingga tingkat kecerdasan rendah. Di sisi lain, dampak stunting antara lain berupa gangguan metabolisme, kekebalan tubuh rendah, dan fisik tubuh memiliki ukuran tidak optimal.
Data Stunting 2022
Upaya penanganan stunting dari Pemerintah RI membuahkan hasil positif. Mengutip laman Indonesia Baik, Kementerian Kesehatan RI mengumumkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukkan terjadi penurunan antara data 2021 dengan 2022. Prevalensi stunting 2021 berada di skor 24,4 persen, dan 2022 turun menjadi 21,6 persen.
Jika dilihat dari 2013 lalu, prevalensi stunting di Indonesia masih menyentuh 37,2 persen. Penurunan mulai terjadi pada 2016, 2018, 2019, 2021, sampai 2022 yang bisa ditekan sampai 21,6. Dalam 10 tahun terakhir, penurunan angka stunting ini yang paling rendah.
SSGI mulai 2021 diukur setiap tahun oleh Kementerian Kesehatan, dari sebelumnya per 3-5 tahun sekali. Data SSGI 2022 melibatkan sampel 334.848 bayi dan balita. Pengumpulan data dilakukan di 486 kabupaten/kota di 33 provinsi di Indonesia.
Berikut data penurunan data stunting interval 2021-2022 di beberapa provinsi Indonesia:
- Sumatra Selatan dari 24,8% turun menjadi 18,6%
- Kalimantan Utara dari 27,5% turun menjadi 22,1%
- Kalimantan Selatan dari 30% turun menjadi 24,6%
- Riau dari 22,3% turun menjadi 17%.
- Jawa Barat dari 24,5% turun menjadi 20,2%
- Jawa Timur dari 23,5% turun menjadi 19,2%
Berapa Persen Stunting di Indonesia 2023 dan Target 2024?
Prevalensi stunting 2023 saat ini menggunakan data 2022 yaitu 21,6 persen. Menurut siaran pers Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Percepatan Penurunan Stunting 2023 yang disampaikan 6 Oktober 2023, prevalensi stunting ditargetkan akan menyentuh 14 persen pada 2024.
Ada pun target tahunannya yaitu menurunkan angka stunting sebesar 3,8 persen, atau jika dikonversi ke prevalensi stunting 2023 sampai akhir tahun diharapkan turun menjadi 17,8 persen.
Upaya penurunan stunting turut didukung pemerintah dengan pemberian insentif fiskal tahun berjalan 2023 kepada 125 daerah sebagai penghargaan dalam kategori penurunan stunting. Penerima tersebut meliputi 9 provinsi, 97 kabupaten, dan 21 kota dengan insentif senilai total Rp750 miliar.
Pemberian insentif diharapkan mampu memberikan motivasi bagi daerah agar tetap konsisten dalam upaya mempercepat penurunan stunting. Target penurunan menjadi 14 persen pada 2024 menjadi target pemerintah yang dilandasi dengan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.
“Waktu kita sangat terbatas untuk mencapai target, hanya tinggal satu tahun ke depan. Saya minta kita tidak terlena dan berpuas diri dengan kinerja capaian selama ini,” kata Wakil Presiden, K.H. Ma'ruf Amin, yang juga menjabat Ketua Pengarah Tim Percepatan Penurunan Stunting (TP2S).
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Nur Hidayah Perwitasari