Menuju konten utama

Dari Bangkai Kapal ke Kota Global: Kisah Jakpro Menyulap Jakarta

Jakpro punya peran vital dalam mengubah daerah yang dulu dikenal sebagai tempat parkir bangkai kapal fluit menjadi kawasan emas Jakarta

Dari Bangkai Kapal ke Kota Global: Kisah Jakpro Menyulap Jakarta
Header mozaik jakpro. tirto.id/Tino

tirto.id - Dalam bukunya, Folklor Betawi: Kebudayaan & Kehidupan Orang Betawi (2017), linguis Abdul Chaer pernah mengisahkan tentang nama-nama tempat di Jakarta. Dalam penuturannya, nama tempat di Jakarta punya asal-usul dan pola. Ada yang memakai nama pohon atau buah, ada yang memakai awalan Ci-, hingga nama-nama yang dipengaruhi karakteristik tempat, seperti rawa, kebun, hingga kali.

“Menurut orang Betawi, beberapa nama tempat di bumi Betawi memiliki cerita asal-usul nama tempat itu, yang sebagai bentuk folklor, tentu saja bersifat pralogis,” tulis Chaer.

Namun, ada juga banyak tempat yang tidak mengikuti pola ini. Biasanya penamaannya ini berasal dari serapan kata dari bahasa asing, termasuk Belanda.

Salah satu daerah atau kawasan yang menggunakan penamaan seperti ini adalah Pluit. Banyak orang mengira bahwa nama daerah ini berasal dari kata peluit. Namun dari berbagai sumber sejarah, penamaan Pluit ini berasal dari Bahasa Belanda, yakni fluitschip.

Fluit, atau juga dikenal dengan fluyt, adalah kapal layar ala Belanda yang dibuat sebagai kapal kargo. Karena itu ukurannya lebih jumbo ketimbang kapal layar Belanda lain yang biasanya dilengkapi peralatan perang. Sejarawan Jan de Vries dalam The Economy of Europe in an Age of Crisis, 1600-1750 (1976) menyebut jenis kapal ini pertama kali dibuat dan angkat sauh pada 1595.

“Kapal jenis ini adalah gambaran Belanda untuk memaksimalkan jumlah barang yang dibawa dengan ongkos pembuatan kapal dan ongkos operasional yang rendah,” tulis de Vries.

Banyak sejarawan menyebut kapal fluit adalah adalah salah satu faktor utama makin mencuatnya perdagangan kerajaan Belanda di abad 17.

Di Batavia, ada satu bangkai kapal fluit yang ngetem di kawasan Muara Angke. Orang-orang menyebutnya de fluit. Dengan dialek dan logat pengucapan orang lokal, lambat laun fluit pun menjadi pluit. Kawasan sekitar pelabuhan dan muara ini pun akhirnya dikenal sebagai Pluit.

Lambat laun kawasan ini juga mengalami banyak pembangunan, terutama untuk hunian. Jika selatan punya Pondok Indah yang dikenal sebagai kawasan rumah gedongan, maka kawasan utara Jakarta punya Pluit yang menjadi lokasi banyak hunian elite.

Sejarawan sekaligus jurnalis, Alwi Shahab, juga mencatat hal ini. Seiring perubahan Glodok dari tempat pemukiman menjadi tempat perdagangan, banyak warganya memutuskan pindah ke berbagai area yang tak jauh dari lokasi perdagangan itu.

“Mereka pindah ke kawasan elite real estate seperti Pluit, Ancol, dan Sunter,” tulis Alwi di Betawi: Queen of the East (2002).

Salah satu titik awal pembangunan di Pluit ini bermula dari Rencana Polder Pluit dan juga lahirnya perusahaan daerah milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang lantas dikenal sebagai PT Jakarta Propertindo (Perseroda) (Jakpro).

Kelak, Jakpro punya peran vital dalam mengubah daerah yang dulu dikenal sebagai tempat parkir bangkai kapal fluit ini menjadi kawasan emas Jakarta, dan membuat pembangunannya menggurita ke mana-mana.

Riwayat Panjang Jakpro

Pada 1960, Jakpro masih berupa benih. Lebih tepat kalau disebut dengan sebuah kelompok bergagasan sama yang berdiri saat itu. Inisiasinya adalah untuk menggarap “Rencana Polder Pluit”. Polder merupakan tanah rendah yang dikelilingi tanggul sebelum perencanaan panjang selama enam tahun mengubahnya menjadi kawasan hunian, pergudangan, industri, dan pusat niaga.

Dua belas tahun berjalan hingga September 1997, berdiri PT Pembangunan Pluit Jaya yang menerima pelimpahan aset dari eks Badan Pengelola Lingkungan Pluit (BPL Pluit) yang memegang otoritas atas kawasan “Pluit”.

Kendati menerima limpahan aset dari perusahaan yang sejatinya telah tiga kali berganti nama, PT Pembangunan Pluit Jaya menorehkan keberhasilan yang melampaui dengan kelahiran kembali. Momentum ini ditandai dengan peleburan bersama PT Pembangunan Pantai Utara Jakarta pada 15 Desember 2000, menjadi PT Jakarta Propertindo (Perseroda) (Jakpro).

Pada tanggal tersebut Jakpro juga tercatat sebagai perseroan subholding Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Setelahnya, sejarah perjalanan Jakpro terus berlanjut dalam membangun DKI Jakarta, mulai dari bidang properti, infrastruktur, utilitas, sampai teknologi informasi dan komunikasi.

Nama Jakpro terdengar di mana-mana bersama bangunan yang didirikannya seantero DKI Jakarta. Inilah alasan kompetensi perseroan Jakpro, yang menyasar empat bidang, berkembang dalam waktu singkat. Awal terbentuk, Jakpro hanya menyentuh properti pemerintah provinsi. Namun, lebih dari dua dekade terakhir turut andil membangun DKI yang masih dimaknai Daerah Khusus Ibukota kala itu, bisa mengekspansi ranah infrastruktur, dan lainnya hingga saat ini.

Peta Aset & Dedikasi

Kesuksesan Jakpro dalam pembangunan DKI Jakarta tidak serta-merta diraih atas pembangunan gedung-gedung bertingkat yang lebih sering diapresiasi sepintas. Prestasi ini dicapai dengan bangunan-bangunan yang mendorong kesejahteraan masyarakat, serta meningkatkan fasilitas DKI Jakarta.

Tidak hanya meneruskan mandat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam membangun Jakarta, Jakpro juga telah menghasilkan jajaran mahakarya yang diakui berkelas dunia. Salah satunya adalah Jakarta International Velodrome (JIV), di Rawamangun, Jakarta Timur yang digunakan untuk Asian Games XVIII Tahun 2018.

Pada perlombaan olahraga se-Asia Tenggara ini, Jakarta International Velodrome (JIV) menjadi arena balap sepeda yang dipuja kualitasnya berkat sertifikat dari Union Cycliste Internationale (UCI) yang telah dikantongi.

Tidak hanya itu, keseriusan di balik pembangunan JIV yang memakan waktu dua tahun mulai dari persiapan, konstruksi, sampai selesai, juga diberikan pujian. Sebab hasilnya, proyek arena balap yang digarap Jakpro ini bisa menyediakan kapasitas hingga 5.000 penonton, melebihi kapasitas velodrom milik Malaysia yang hanya berkapasitas 1.000-1.500.

Berlandas salah satu keunggulan itu saja, kapasitas, sudah bisa memberikan kesenangan bagi masyarakat yang pada perhelatan Asian Games 2018 memiliki lebih banyak kesempatan untuk ikut mengalami keseruannya.

Dedikasi Jakpro untuk memajukan Jakarta melalui pembangunan tidak berhenti pada usainya Asian Games. Langkah ini terus berlanjut dengan proyek penugasan lain yang ditangani, seperti Jakarta International Equestrian Park, Taman Ismail Marzuki, Jakarta International Stadium, dan LRT Jakarta.

Perusahaan juga saat ini sedang dalam proses revitalisasi ikon kuliner pesisir di wilayah Jakarta Utara, yakni Pasar Muara Karang. Revitalisasi ini bertujuan untuk mentransformasi pasar menjadi pusat kuliner pesisir modern yang diharapkan dapat membawa peningkatan pendapatan bagi ekonomi lokal dan daerah. Proses pembangunan telah dimulai sejak Februari 2024 dan ditargetkan dapat digunakan kembali oleh pedagang pada Desember 2025.

Dengan berbagai catatan baik, Jakpro tak ayal dianugerahi sederet penghargaan. Teranyar pada tahun ini, Jakpro memperoleh Most Popular Brand of The Year untuk kategori Properti Sektor Kawasan, Gedung, dan Perkantoran, bahkan dianugerahi Penghargaan Derap Kerja Sama Jakarta Award 2024 “Harmoni Jakarta Kota Global” untuk Pemberdayaan Masyarakat.

Komitmen Pembangunan

Sepanjang 24 tahun Jakpro membangun, setiap langkah yang diambil sejatinya berlandaskan cita-cita Jakarta yang berusaha diterjemahkan seapik mungkin: “Maju Kotanya, Bahagia Warganya”.

Sebabnya, Jakpro tidak hanya sekadar mengelola berbagai fasilitas yang mendukung Jakarta untuk makin ‘metropolis’, melainkan juga berkembang sebagai kota global yang membahagiakan. Dari sinilah, Jakpro menetapkan langkah strategis berstandar internasional dalam tata kelolanya.

ISO Sistem Manajemen Anti Penyuapan 37001:206 telah diimplementasikan lama sebagai simbol keseriusan Jakpro dalam memastikan pengelolaan aset bebas dari praktik korupsi dan penyuapan. Tak hanya itu, Jakpro juga melakukan klasifikasi aset yang dipastikan seluruhnya dikelola secara strategis dengan memutakhirkan hingga kodefikasi rincian pencatatan aset yang berpedoman pada persiapan implementasi ISO Asset Management 550001:204.

Di lain sisi, sumber daya manusia yang menjadi alasan awal Jakpro bisa berdiri tidak lepas dari perhatian. Meskipun berbagai implementasi sertifikasi diupayakan dengan maksimal, bukan tidak mungkin akan kurang dari yang diharapkan tanpa sumber daya manusia yang kompeten. Maka dari itu, upaya mendorong kompetensi ini telah dilakukan dengan Sertifikasi Pengelolaan Aset oleh BNSP dan Focus Group Discussion (FGD) yang berfokus pada pengembangan kompetensi dan sertifikasi manajemen aset.

Dalam jangka pendek, langkah-langkah ini menjadi wujud unjuk komitmen Jakpro untuk menciptakan tata kelola perusahaan yang baik dan transparan, serta menunjukkan keseriusan dalam akurasi dan kejujuran menyoal operasional perusahaan. Sedang dalam jangka panjang, pengelolaan aset yang lebih terencana dan optimal, serta berbasis ISO Asset Management, dan peningkatan nilai ekonomi dari setiap aset menjadi cita-cita Jakpro untuk tahun yang akan datang.

Selain itu, Jakpro telah melakukan klasifikasi aset secara menyeluruh untuk memastikan setiap aset strategis dikelola secara optimal. Proses klasifikasi tersebut termasuk kegiatan perincian pencatatan aset yang akan dimutakhirkan hingga kodefikasi atas setiap aset yang berpedoman pada persiapan implementasi ISO Asset Management 55001:2014.

Melalui langkah sistematis ini, berbagai aset seperti LRT Jakarta, Jakarta International Velodrome, Jakarta International Stadium (JIS), Hotel Aston Pluit, dan Taman Ismail Marzuki (TIM) dapat tercatat secara akurat. Proses ini tidak hanya menambah ketelitian dalam pengelolaan, tetapi juga menciptakan transparansi sehingga setiap aset dapat diawasi dan dikembangkan dengan lebih baik.

Jakpro turut menyiapkan mitigasi Risiko dan Standar Internasional dalam melindungi nilai asetnya melalui implementasi sertifikasi internasional. Jakpro juga melakukan inovasi dan transformasi digital. Jadi, Jakpro tidak hanya mengandalkan tradisi dalam pengelolaan dan pengamanan aset. Adapun manajamen aset melalui digitalisasi itu yakni penggunaan ERP dan Jakpro Smart Office (JSO). Dengan langkah itu, diyakini Jakpro mampu meningkatkan efisiensi operasional dan transparansi dalam pelaporan.

Pada tahun 2025, Jakpro akan mengimplementasikan Enterprise Asset Management and Operations, untuk mengoptimalkan kualitas dan pemanfaatan aset sepanjang siklus hidupnya, meningkatkan waktu kerja produktif, dan mengurangi biaya operasional. Penerapan ini, diprediksi akan membantu perusahaan melacak, menilai, mengelola, dan mengoptimalkan kualitas dan keandalan aset.

Yang Jakpro rencanakan masih dalam proses realisasi. Namun catatan sukses Jakpro di belakang telah menjadi dorongan untuk memperkuat peranan dalam membangun Jakarta yang lebih baik. Dengan visi ini, kesiapan berinovasi Jakpro untuk terus berkontribusi telah menjadi suatu hal yang pasti. []

(INFO KINI)

Penulis: Tim Media Servis