Menuju konten utama

5 Daftar Puisi Wajib Final FLS2N SMA Tingkat Nasional dan Aturan

Daftar lima puisi wajib untuk final FLS2N SMA tingkat nasional perlu dipelajari peserta. Berikut selengkapnya, termasuk aturan dan ketentuan lomba.

5 Daftar Puisi Wajib Final FLS2N SMA Tingkat Nasional dan Aturan
Seorang siswa sekolah dasar (SD) membaca puisi dalam kegiatan Lomba Baca Puisi yang diadakan oleh komunitas Guru Literasi Jakarta (Gliter Jak) di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu (21/12/2023). ANTARA FOTO/Bagus Ahmad Rizaldi/Ak/nym.

tirto.id - Informasi mengenai daftar lima puisi wajib untuk final FLS2N SMA tingkat nasional dan aturannya ini perlu diketahui oleh para peserta ajang talenta FLS2N SMA 2024.

FLS2N adalah singkatan dari Festival Lomba Seni Siswa Nasional. Dirujuk dari Pedoman FLS2N SMA/SMK sederajat, pada ajang talenta yang diselenggarakan oleh BPTI (Balai Pengembangan Talenta Indonesia) ini, siswa SMA/SMK sederajat yang mengikuti ajang ini akan mendapatkan tatantang berkarya dan berekspresi.

FLS2N ini dilaksanakan secara bertingkat, mulai dari tingkat daerah, hingga tingkat nasional. Tujuan dari pelaksanaan FLS2N secara bertingkat ini adalah untuk menjaring peserta terbaik dari 38 provinsi serta memberikan kesempatan yang sama kepada siswa-siswi SMA/SMK di seluruh Indonesia untuk berprestasi, khususnya di bidang seni dan budaya.

Pelaksanaan semifinal FLS2N tingkat nasional akan dilaksanakan secara daring atau online pada 5 hingga 9 Agustus 2024. Sementara itu, pelaksanaan final FLS2N SMA/SMK tingkat nasional akan dilaksanakan secara luring atau offline pada 17 hingga 23 September 2024.

Salah satu cabang lomba yang dilaksanakan dalam final FLS2N tingkat nasional tahun 2024 adalah pembacaan puisi. Apa saja ketentuan dalam lomba puisi FLS2N babak final tahun 2024 ini?

Ketentuan Lomba Puisi FLS2N SMA Babak Final

FLS2N 2024

FLS2N 2024. FOTO/disdikbud.batangkab.go.id/

Lomba baca puisi FLS2N SMA 2024 babak final tingkat nasional ini, memiliki sejumlah ketentuan yang harus dicermati dan dipatuhi oleh seluruh peserta FLS2N SMA 2024 babak final.

Berikut ini sejumlah ketentuan lomba baca puisi FLS2N tingkat SMA/SMK pada babak final di tingkat nasional:

  • Peserta adalah sepuluh finalis hasil seleksi tahap seminal.
  • Peserta tidak ditentukan berdasarkan jenis kelamin (peserta boleh putra atau putri).
  • Peserta membacakan puisi wajib dan satu puisi pilihan.
  • Pembacaan puisi dari awal hingga akhir sepenuhnya dilakukan di panggung.
  • Peserta tidak diperbolehkan menambahkan, dalam bentuk nyanyian dan/atau pengulangan larik/bait tertentu, atau mengurangi puisi yang dibacakan.
  • Peserta tidak diperbolehkan menggunakan alat bantu apapun, baik berupa iringan musik maupun alat bantu lainnya, seperti topeng atau kostum kecuali teks puisi yang akan dibacakan.
  • Hal-hal teknis yang belum tercantum dalam pedoman akan disampaikan dalam acara rapat teknis (technical meeting).
  • Peserta mengenakan kostum yang mengandung unsur kedaerahan (bukan pakaian tradisional) dengan memperhatikan unsur etika, kesopanan, dan kenyamanan saat membacakan puisi.

Selain sejumlah ketentuan di atas, lomba baca puisi ini juga memiliki sejumlah kriteria penilaian yang harus dicermati dan diperhatikan oleh para peserta.

Berikut ini sejumlah kriteria penilaian lomba baca puisi babak final FLS2N SMA 2024 tingkat nasional:

A. Aspek yang dinilai: Penafsiran

Rentang nilai: 1-20

Uraian: Pemahaman isi puisi

B. Aspek yang dinilai: Penghayatan

Rentang nilai: 1-35

Uraian:

  • Ketepatan emosi pembaca dengan puisi yang dibacakan
  • Daya konsentrasi
  • Ekspresi

C. Aspek yang dinilai: VokalRentang nilai: 1-25

Uraian:

  • Kejelasan artikulasi membaca
  • Penguasaan tempo membaca

Daftar Puisi Wajib untuk Final FLS2N SMA 2024

Berikut ini lima puisi wajib untuk lomba baca puisi final FLS2N tingkat nasional tahun 2024:

1. Beri Daku Sumba, karya Taufiq Ismail

Di Uzbekistan, ada padang terbuka dan berdebu

Aneh, aku jadi ingat pada Umbu

Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka

Di mana matahari membusur api di atas sana

Rinduku pada Sumba adalah rindu peternak perjaka

Bilamana peluh dan tenaga tanpa dihitung harga

Tanah rumput, topi rumput dan jerami bekas rumput

Kleneng genta, ringkik kuda dan teriakan gembala

Berdirilah di pesisir, matahari ‘kan terbit dari laut

Dan angin zat asam panas dikipas dari sana

Beri daku sepotong daging bakar, lenguh kerbau dan sapi malam hari

Beri daku sepucuk gitar, bossa nova dan tiga ekor kuda

Beri daku cuaca tropika, kering tanpa hujan ratusan hari

Beri daku ranah tanpa pagar, luas tak terkata, namanya Sumba

Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda

Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh

Sementara langit bagai kain tenunan tangan, gelap coklat tua

Dan bola api, merah padam, membenam di ufuk teduh

Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka

Di mana matahari bagai bola api, cuaca kering dan ternak melenguh

Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda

Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh.

2. Ibukota Senja, karya Toto Sudarto Bachtiar

Penghidupan sehari-hari, kehidupan sehari-hari

Antara kuli-kuli berdaki dan perempuan telandjang mandi

Di sungai kesajangan, o, kota kekasih

Kalkson oto dan lontjeng trem saing-menjaingi

Udara menekan berat di atas djalan pandjang berkelokan

Gedung-gedung dan kepala mengabur dalam sendja

Mengurai dan lajung-lajung membara di langit barat daja

O, kota kekasih

Tekankan aku pada pusat hatimu

Di tengah-tengah kesibukanmu dan penderitaanmu

Aku seperti mimpi, bulan putih di lautan awan belia

Sumber-sumber jang murni terpendam

Senantiasa diselaputi bumi keabuan

Dan tangan serta kata menahan napas lepas bebas

Menunggu waktu mengangkat maut

Aku tiada tahu apa-apa, di luar jang sederhana

Njanjian-njanjian kesenduan jang bertjanda kesedihan

Menunggu waktu keteduhan terlanggar di pintu dinihari

Serta di keabadian mimpi-mimpi manusia

Klakson dan lontjeng bunji bergiliran

Dalam penghidupan sehari-hari, kehidupan sehari-hari

Antara kuli jang kembali

Dan perempuan mendaki tepi sungai kesajangan

Serta anak-anak berenangan tertawa tak berdosa

Di bawah bajangan samar istana kedjang

Lajung-lajung sendja melambung hilang

Dalam hitam malam mendujulur tergesa

Sumber-sumber murni menetap terpendam

Senantiasa diselaputi bumi keabuan

Serta sendjata dan tangan menahan napas lepas bebas

O, kota kekasih setelah sendja

Kota kediamanku, kota kerinduanku

3. Lagu Tanah Airku, karya Piek Ardijanto Soeprijadi

sudahkah kaudengar lagu berjuta nada

lagu tanah airku menggema seluruh dunia

dengarkanlah merdu suaranyadengarkanlah indah iramanya

tukang sepatu berlagu mengiring palu mematuk paku

tukang batu berdendang senyampang semen memeluk bata

tukang kayu menyanyi meningkah gergaji makan papan

penebang pohon senandung di sela gema kapak di hutan

nakhoda berlagu menyanjung ombak menelan haluan

ahli mesin berdendang menyibak gemuruh pabrik

petani nembang atas bajak berjemur di lumpur

betapa merdunya lagu tanah airkumeletus nyanyi di pagi hari

menegang di rembang siangmelenyap di senja senyap

bila malam mengembang ibu nembangtidurlah berlepas lelah anakku sayang

lampu bumi bawa mimpi damai dunia

esok masih ada kerja untuk nusa bangsa

4. Ode Buat Proklamator, karya Leon Agusta

Bertahun setelah kepergiannya kurindukan dia kembali

Dengan gelombang semangat halilintar dilahirkannya sebuah negeri; dalam lumpur dan lumut, dengan api menyapu kelam menjadi untaian permata hijau di bentangan cahaya abadi; yang senantiasa membuatnya tak pernah berhenti bermimpi; menguak kabut gelita mendung, menerjang benteng demi benteng membalikkan arah topan, menjelmakan impian demi impian

Dengan seorang sahabatnya, mereka tandatangani naskah itu!

Mereka memancang tiang bendera, merobah nama pada peta,

berjaga membacakan sejarah, mengganti bahasa pada buku. Lalu

dia meniup terompet dengan selaksa nada kebangkitan sukma

Kini kita ikut membubuhkan nama di atas bengkalainya;

Meruntuhkan sambil mencari, daftar mimpi membelit bulan perang saudara mengundang musnah, dendam tidur di hutan-hutan, di sawah teruka yang saktiKata berpasir di bibir pantai hitam dan oh, lidahku yang terjepit, buih lenyap di laut bisu derap suara yang gempita cuma bertahan atau menerkam

Ya, walau tak mudah, kurindukan semangatnya menyanyi kembali bersama gemuruh cinta yang membangunkan sejuta rajawaliTak mengelak dalam bercumbu, biar di ranjang bara membatu

Tak berdalih pada kekasih, biar berbisa perih di rabu

Berlapis cemas menggunung sesal mutiara matanya tak pudar

Bagi negeriku, bermimpi di bawah bayangan burung garuda

5. Rakyat, karya Hartojo Andangdjaja

hadiah di hari krida

buat siswa-siswa SMA Negeri

Simpang Empat, Pasaman

Rakyat ialah kita

jutaan tangan yang mengayun dalam kerja

di bumi di tanah tercinta

jutaan tangan mengayun bersama

membuka hutan-hutan lalang jadi ladang-ladang

berbunga

mengepulkan asap dari cerobong pabrik-pabrik di

kota

menaikkan layar menebar jala

meraba kelam di tambang logam dan batubara

Rakyat ialah tangan yang bekerja

Rakyat ialah kita

otak yang menapak sepanjang jemaring angka-angka

yang selalu berkata dua adalah dua

yang bergerak di simpang siur garis niaga

Rakyat ialah otak yang menulis angka-angka

Rakyat ialah kita

beragam suara di langit tanah tercinta

suara bangsi di rumah berjenjang bertangga

suara kecapi di pegunungan jelita

suara boning mengambang di pendapa

suara kecak di muka pura

suara tifa di hutan kebun pala

Rakyat ialah suara beraneka

Rakyat ialah kita

puisi kaya makna di wajah semesta

di darat

hari yang berkeringat

gunung batu berwarna coklat

di laut

angina yang menyapu kabut

awan menyimpan topan

Rakyat ialah puisi di wajah semesta

Rakyat ialah kita

darah di tubuh bangsa

debar sepanjang masa.

Baca juga artikel terkait FLS2N 2024 atau tulisan lainnya dari Lucia Dianawuri

tirto.id - Edusains
Kontributor: Lucia Dianawuri
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Yulaika Ramadhani