tirto.id - Informasi mengenai daftar lima puisi wajib untuk final FLS2N SMA tingkat nasional dan aturannya ini perlu diketahui oleh para peserta ajang talenta FLS2N SMA 2024.
FLS2N adalah singkatan dari Festival Lomba Seni Siswa Nasional. Dirujuk dari Pedoman FLS2N SMA/SMK sederajat, pada ajang talenta yang diselenggarakan oleh BPTI (Balai Pengembangan Talenta Indonesia) ini, siswa SMA/SMK sederajat yang mengikuti ajang ini akan mendapatkan tatantang berkarya dan berekspresi.
FLS2N ini dilaksanakan secara bertingkat, mulai dari tingkat daerah, hingga tingkat nasional. Tujuan dari pelaksanaan FLS2N secara bertingkat ini adalah untuk menjaring peserta terbaik dari 38 provinsi serta memberikan kesempatan yang sama kepada siswa-siswi SMA/SMK di seluruh Indonesia untuk berprestasi, khususnya di bidang seni dan budaya.
Pelaksanaan semifinal FLS2N tingkat nasional akan dilaksanakan secara daring atau online pada 5 hingga 9 Agustus 2024. Sementara itu, pelaksanaan final FLS2N SMA/SMK tingkat nasional akan dilaksanakan secara luring atau offline pada 17 hingga 23 September 2024.
Salah satu cabang lomba yang dilaksanakan dalam final FLS2N tingkat nasional tahun 2024 adalah pembacaan puisi. Apa saja ketentuan dalam lomba puisi FLS2N babak final tahun 2024 ini?
Ketentuan Lomba Puisi FLS2N SMA Babak Final
Lomba baca puisi FLS2N SMA 2024 babak final tingkat nasional ini, memiliki sejumlah ketentuan yang harus dicermati dan dipatuhi oleh seluruh peserta FLS2N SMA 2024 babak final.
Berikut ini sejumlah ketentuan lomba baca puisi FLS2N tingkat SMA/SMK pada babak final di tingkat nasional:
- Peserta adalah sepuluh finalis hasil seleksi tahap seminal.
- Peserta tidak ditentukan berdasarkan jenis kelamin (peserta boleh putra atau putri).
- Peserta membacakan puisi wajib dan satu puisi pilihan.
- Pembacaan puisi dari awal hingga akhir sepenuhnya dilakukan di panggung.
- Peserta tidak diperbolehkan menambahkan, dalam bentuk nyanyian dan/atau pengulangan larik/bait tertentu, atau mengurangi puisi yang dibacakan.
- Peserta tidak diperbolehkan menggunakan alat bantu apapun, baik berupa iringan musik maupun alat bantu lainnya, seperti topeng atau kostum kecuali teks puisi yang akan dibacakan.
- Hal-hal teknis yang belum tercantum dalam pedoman akan disampaikan dalam acara rapat teknis (technical meeting).
- Peserta mengenakan kostum yang mengandung unsur kedaerahan (bukan pakaian tradisional) dengan memperhatikan unsur etika, kesopanan, dan kenyamanan saat membacakan puisi.
Selain sejumlah ketentuan di atas, lomba baca puisi ini juga memiliki sejumlah kriteria penilaian yang harus dicermati dan diperhatikan oleh para peserta.
Berikut ini sejumlah kriteria penilaian lomba baca puisi babak final FLS2N SMA 2024 tingkat nasional:
A. Aspek yang dinilai: Penafsiran
Rentang nilai: 1-20
Uraian: Pemahaman isi puisi
B. Aspek yang dinilai: Penghayatan
Rentang nilai: 1-35
Uraian:
- Ketepatan emosi pembaca dengan puisi yang dibacakan
- Daya konsentrasi
- Ekspresi
C. Aspek yang dinilai: VokalRentang nilai: 1-25
Uraian:
- Kejelasan artikulasi membaca
- Penguasaan tempo membaca
Daftar Puisi Wajib untuk Final FLS2N SMA 2024
Berikut ini lima puisi wajib untuk lomba baca puisi final FLS2N tingkat nasional tahun 2024:
1. Beri Daku Sumba, karya Taufiq Ismail
Di Uzbekistan, ada padang terbuka dan berdebuAneh, aku jadi ingat pada Umbu
Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka
Di mana matahari membusur api di atas sana
Rinduku pada Sumba adalah rindu peternak perjaka
Bilamana peluh dan tenaga tanpa dihitung harga
Tanah rumput, topi rumput dan jerami bekas rumput
Kleneng genta, ringkik kuda dan teriakan gembala
Berdirilah di pesisir, matahari ‘kan terbit dari laut
Dan angin zat asam panas dikipas dari sana
Beri daku sepotong daging bakar, lenguh kerbau dan sapi malam hari
Beri daku sepucuk gitar, bossa nova dan tiga ekor kuda
Beri daku cuaca tropika, kering tanpa hujan ratusan hari
Beri daku ranah tanpa pagar, luas tak terkata, namanya Sumba
Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda
Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh
Sementara langit bagai kain tenunan tangan, gelap coklat tua
Dan bola api, merah padam, membenam di ufuk teduh
Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka
Di mana matahari bagai bola api, cuaca kering dan ternak melenguh
Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda
Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh.
2. Ibukota Senja, karya Toto Sudarto Bachtiar
Penghidupan sehari-hari, kehidupan sehari-hari
Antara kuli-kuli berdaki dan perempuan telandjang mandi
Di sungai kesajangan, o, kota kekasih
Kalkson oto dan lontjeng trem saing-menjaingi
Udara menekan berat di atas djalan pandjang berkelokan
Gedung-gedung dan kepala mengabur dalam sendja
Mengurai dan lajung-lajung membara di langit barat daja
O, kota kekasih
Tekankan aku pada pusat hatimu
Di tengah-tengah kesibukanmu dan penderitaanmu
Aku seperti mimpi, bulan putih di lautan awan belia
Sumber-sumber jang murni terpendam
Senantiasa diselaputi bumi keabuan
Dan tangan serta kata menahan napas lepas bebas
Menunggu waktu mengangkat maut
Aku tiada tahu apa-apa, di luar jang sederhana
Njanjian-njanjian kesenduan jang bertjanda kesedihan
Menunggu waktu keteduhan terlanggar di pintu dinihari
Serta di keabadian mimpi-mimpi manusia
Klakson dan lontjeng bunji bergiliran
Dalam penghidupan sehari-hari, kehidupan sehari-hari
Antara kuli jang kembali
Dan perempuan mendaki tepi sungai kesajangan
Serta anak-anak berenangan tertawa tak berdosa
Di bawah bajangan samar istana kedjang
Lajung-lajung sendja melambung hilang
Dalam hitam malam mendujulur tergesa
Sumber-sumber murni menetap terpendam
Senantiasa diselaputi bumi keabuan
Serta sendjata dan tangan menahan napas lepas bebas
O, kota kekasih setelah sendja
Kota kediamanku, kota kerinduanku
3. Lagu Tanah Airku, karya Piek Ardijanto Soeprijadi
sudahkah kaudengar lagu berjuta nada
lagu tanah airku menggema seluruh dunia
dengarkanlah merdu suaranyadengarkanlah indah iramanya
tukang sepatu berlagu mengiring palu mematuk paku
tukang batu berdendang senyampang semen memeluk bata
tukang kayu menyanyi meningkah gergaji makan papan
penebang pohon senandung di sela gema kapak di hutan
nakhoda berlagu menyanjung ombak menelan haluan
ahli mesin berdendang menyibak gemuruh pabrik
petani nembang atas bajak berjemur di lumpur
betapa merdunya lagu tanah airkumeletus nyanyi di pagi hari
menegang di rembang siangmelenyap di senja senyap
bila malam mengembang ibu nembangtidurlah berlepas lelah anakku sayang
lampu bumi bawa mimpi damai dunia
esok masih ada kerja untuk nusa bangsa
4. Ode Buat Proklamator, karya Leon Agusta
Bertahun setelah kepergiannya kurindukan dia kembali
Dengan gelombang semangat halilintar dilahirkannya sebuah negeri; dalam lumpur dan lumut, dengan api menyapu kelam menjadi untaian permata hijau di bentangan cahaya abadi; yang senantiasa membuatnya tak pernah berhenti bermimpi; menguak kabut gelita mendung, menerjang benteng demi benteng membalikkan arah topan, menjelmakan impian demi impian
Dengan seorang sahabatnya, mereka tandatangani naskah itu!
Mereka memancang tiang bendera, merobah nama pada peta,
berjaga membacakan sejarah, mengganti bahasa pada buku. Lalu
dia meniup terompet dengan selaksa nada kebangkitan sukma
Kini kita ikut membubuhkan nama di atas bengkalainya;
Meruntuhkan sambil mencari, daftar mimpi membelit bulan perang saudara mengundang musnah, dendam tidur di hutan-hutan, di sawah teruka yang saktiKata berpasir di bibir pantai hitam dan oh, lidahku yang terjepit, buih lenyap di laut bisu derap suara yang gempita cuma bertahan atau menerkam
Ya, walau tak mudah, kurindukan semangatnya menyanyi kembali bersama gemuruh cinta yang membangunkan sejuta rajawaliTak mengelak dalam bercumbu, biar di ranjang bara membatu
Tak berdalih pada kekasih, biar berbisa perih di rabu
Berlapis cemas menggunung sesal mutiara matanya tak pudar
Bagi negeriku, bermimpi di bawah bayangan burung garuda
5. Rakyat, karya Hartojo Andangdjaja
hadiah di hari kridabuat siswa-siswa SMA Negeri
Simpang Empat, Pasaman
Rakyat ialah kita
jutaan tangan yang mengayun dalam kerja
di bumi di tanah tercinta
jutaan tangan mengayun bersama
membuka hutan-hutan lalang jadi ladang-ladang
berbunga
mengepulkan asap dari cerobong pabrik-pabrik di
kota
menaikkan layar menebar jala
meraba kelam di tambang logam dan batubara
Rakyat ialah tangan yang bekerja
Rakyat ialah kita
otak yang menapak sepanjang jemaring angka-angka
yang selalu berkata dua adalah dua
yang bergerak di simpang siur garis niaga
Rakyat ialah otak yang menulis angka-angka
Rakyat ialah kita
beragam suara di langit tanah tercinta
suara bangsi di rumah berjenjang bertangga
suara kecapi di pegunungan jelita
suara boning mengambang di pendapa
suara kecak di muka pura
suara tifa di hutan kebun pala
Rakyat ialah suara beraneka
Rakyat ialah kita
puisi kaya makna di wajah semesta
di darat
hari yang berkeringat
gunung batu berwarna coklat
di laut
angina yang menyapu kabut
awan menyimpan topan
Rakyat ialah puisi di wajah semesta
Rakyat ialah kita
darah di tubuh bangsa
debar sepanjang masa.
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Yulaika Ramadhani