Menuju konten utama

Daftar Lukisan Tino Sidin, Sosok yang Ada di Google Doodle Hari Ini

Daftar lukisan Tino Sidin, sosok yang tampil di Google Doodle hari ini.

Daftar Lukisan Tino Sidin, Sosok yang Ada di Google Doodle Hari Ini
Google Doddle Tino Sidin. foto/Google

tirto.id - Google Doodle menghadirkan sosok Tino Sidin di tampilan depannya, hari ini, Rabu (25/11/2020), bertepatan dengan Hari Guru Nasional.

Di laman resminya, Google juga mengambarkan sosok Pak Tino Sidin yang disebut sebagai seniman Tanah Air sepanjang masa.

Tino Sidin terkenal dengan serial televisinya Gemar Menggambar (Suka Menggambar). Dia mengajari anak-anak cara menggambar dan mengasuh bakat kreatif mereka.

Tino Sidin lahir pada hari ini pada tahun 1925 di Tebing Tinggi, Sumatera Utara. Dia pertama kali mulai mengajar di kampung halamannya pada usia 20-an.

Sebelum menjadi pelukis dan guru kreatif anak-anak di Indonesia, Tino Sidin rupanya pernah menjadi pegawai di bawah pemerintahan Jepang, yang saat itu masih menjajah Nusantara. Dia mengawali karirnya sebagai pegawai Kementerian Penerangan Jepang (1944-1945).

Jiwa juang juga ada di dalam diri Tino Sidin. Ketika perang revolusi meletus, ia ikut bertempur dengan menjadi anggota Polisi Tentara Divisi Gajah Dua Tebingtinggi (1945).

Dia kemudian migrasi ke Jawa pada tahun 1946 bersama rekannya, Daoed Joesoef.

Kecintaannya terhadap dunia lukis pun sudah mulai terlihat. Apalagi, sejak dia bertemuan dengan pelukis ternama Tanah Air, seperti S. Sudjojono, Hendra Gunawan, Affandi, dan Sudarso.

Pada 1960, dia pindah ke Yogyakarta untuk menghadiri Akademi Seni Indonesia perintis (sekarang Institut Seni Indonesia).

Pada tahun 1969, Gemar Menggambar pertama kali ditayangkan di stasiun TVRI Yogyakarta. Di tahun 1979, acara ini melejit di televisi nasional Indonesia.

Setiap Minggu sore selama dekade berikutnya, Pak Tino memperkenalkan kegembiraan menggambar kepada anak-anak di seluruh Indonesia.

Seperti mayoritas guru, Tino Sidin memberikan pengaruh dan dorongan positif untuk murid-muridnya. Dia menginspirasi para siswa untuk tidak takut membuat kesalahan.

Pengabdiannya tak hanya terlihat di acara televisi saja, tapi juga mengajar secara langsung.

Di dalam dunia pendidikan, Tino Sidin aktif sebagai pengajar menggambar di Jakarta, seperti di Pasar Seni Ancol, Pluit, dan Kepa Duri.

Dia juga memimpin pelajaran menggambar di sejumlah TK dan SD Jakarta, lewat ‘Taman Tino Sidin’ yang juga dikembangkan di Surabaya, Yogyakarta, dan Padang.

Tino Sidin juga mendapatkan Lifetime Achievement pada Anugerah KPI 2014 karena kontribusinya pada program acara yang edukatif bagi masyarakat, khususnya anak-anak.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara yang menjabat pada waktu itu, menyerahkan penghargaan Lifetime Achievement KPI 2014 kepada pihak keluarga (Alm) Tino Sidin.

Penghargaan ini diberikan karena Tino Sidin dianggap sukses dengan program edukatifnya yang berjudul "Gemar Menggambar" di TVRI pada era 1980-an.

Pada 2017, sebuah museum didirikan di bekas kediaman Tino Sidin di Yogyakarta. Di tempat itu, menjadi saksi bisu dengan mengabadikan warisan dan karya seninya.

Dalam situs resmi Kemendikbud, dijelaskan Tino Sidin lebih banyak melukis dengan gaya sketsa.

Dia juga senang menggambar dengan tema yang unik dan lebih variatif, misalnya lanskap, kehidupan sehari-hari, potret figur, objek/benda mati dan benda hidup, dan kegiatan khusus.

Lanskap yang pernah dikerjakan antara lain berupa pemandangan gunung/bukit (Kaliurang, Gunung Bentar Probolinggo, Borobudur), suasana kota (Wonosari, Alun-alun Kraton Yogyakarta, Bali, Jepang, Singapura, dan kota-kota lainnya), dan pantai (Parangtritis, Kukup-Baron Wonosari, Kamal Madura, Balikpapan, Palembang, Dermaga Surabaya, dan sebagainya).

Karya Lukisan yang Dihasilkan Tino Sidin, antara lain:

  1. Ujung II
  2. Ketjintaan
  3. Harimau Gadungan
  4. Kalau Ibuku Pilih Menantu
  5. Anjing
  6. Bandung Lautan Api
  7. Bawang Putih Bawang Merah
  8. Ibu Pertiwi
  9. Serial Pak Kumis

Baca juga artikel terkait TINO SIDIN atau tulisan lainnya dari Desika Pemita

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Desika Pemita
Penulis: Desika Pemita
Editor: Dhita Koesno