tirto.id - Claudia Emmanuela Santoso barangkali punya tiga hal sekaligus yang membuatnya cepat menjadi sorotan media tanah air: Ia adalah juara The Voice of Germany 2019, berusia muda (19 tahun) dan lagi-lagi, ia adalah penyanyi asal Indonesia.
Atas tiga hal yang ia miliki itu, tak butuh waktu lama untuk membuat orang bertanya-tanya, seperti apa perjalanan kariernya? Mungkin ada pula yang bertanya, pernahkah ia mengalami pengalaman pahit selama merintis jalan musiknya? Atau apakah perjalanannya baik-baik saja?
Bahkan, prestasi yang ditorehkan Claudia itu barangkali akan memantik pertanyaan sebagian orang lebih jauh lagi, mengapa seorang penyanyi asal Indonesia--yang merupakan representasi dari negara berkembang--bisa menjadi juara di ajang pencari bakat negara maju seperti Jerman?
Tapi, pertanyaan terakhir itu sudah tidak relevan lagi. Sebab, sudah ada banyak penyanyi atau musisi Indonesia yang berhasil menorehkan karier gemilang di luar negeri. Sebut saja, tahun 2017 lalu, ada Sandhy Sandoro yang menjadi juara di kompetisi international Music Festival White Night of St. Petersburg, Rusia.
Atau, kisah fenomenal Joey Alexander yang karyanya dinominasikan dalam Grammy Awards dan bahkan tampil di acara itu. Selain itu, ada Anggun C. Sasmi, Agnez Mo, Rich Brian, Stephanie Poetri dan lain-lain. Bahkan, lebih jauh lagi, ada grup band wanita, Dara Puspita yang pernah malang melintang di panggung-panggung luar negeri pada tahun 1960-an.
Meski bukan satu-satunya, keberhasilan yang diraih Claudia ini tetap menarik untuk dibahas. Sebab, sebelum lampu sorot popularitas mengarah kepadanya seperti saat ini. Ia pernah mengalami pengalaman pahit saat menjadi finalis di ajang pencari bakat Mamamia 2014.
Kala itu, anak pasangan dari Indra Gunawan Santoso dan Christin Gunawan ini membawakan lagu "Mencintaimu Sampai Mati" milik band Utopia. Berbeda dari hujan pujian yang ia peroleh di Jerman, penampilan di Mamamia justru mendapat kritik pedas dari juri Saipul Jamil.
Saipul bahkan menganalogikan suara dan penampilan Claudia mirip dengan es batu, kaku, dingin dan keras. "Jadi kalau kamu merasakan makan es batu yang keras, yang kaku, yang dingin, yang linu ya. Itu sama dengan perasaan saya ketika mendengarkan suara kamu tu seperti itu, kaku linu keras."
"Walau kamu berusaha mencairkan dengan gaya kamu, apalagi gaya kamu terlalu kaku," kata Ipul.
Claudia tersingkir dan hanya mampu bertahan sebagai finalis 20 besar. Ajang pencari bakat ini akhirnya dimenangkan oleh Ocha. Tapi langkah Claudia tidak berhenti sampai di situ, ia terus berlari dan bahkan berhasil menjadi satu-satunya penyanyi Indonesia bahkan Asia yang mampu menjuarai di The Voice of Germany.
Kini, penampilan Claudia sudah tidak lagi seperti "es batu" seperti yang dianalogikan Saipul dulu, tetapi justru mampu mengobrak-abrik hati dan perasaan pendengarnya. Bahkan, mahasiswa Universitas Ludwig Maximilian München, Jerman ini tidak hanya memiliki teknik bernyanyi tingkat tinggi saja, melainkan mampu menembus batas rasa terdalam pendengarnya, sehingga ikut larut ketika mendengarnya bernyanyi.
Kesimpulan semacam itu bisa ditarik dari rekam jejak penampilannya di The Voice of Germany 2019. Pada satu momen penampilannya di ajang pencari bakat itu, Claudia bahkan mampu membuat salah satu juri bernama Alice Merton menangis saat ia membawakan lagu "Never Enough"--soundtrack film The Greatest Showman Cast--yang dipopulerkan oleh Loren Allred. Kepiawaian itu, tentu saja merupakan sebuah anugerah yang belum tentu mampu banyak penyanyi lakukan.
Selama final, dara kelahiran Cirebon, 27 Oktober 2000 itu membawakan beberapa lagu, salah satunya "I Have Nothing" milik penyanyi legendaris Whitney Houston dan terpilih sebagai pemenang dengan perolehan suara 46,38 persen. Ia berhasil menyisihkan empat finalis lain seperti Erwin Kintop (17,36 persen), Lucas Reiger (14,33 persen), Fidi Steinbeck (12,51 persen) dan Freschta Akbarzada (9,41 persen).
Tapi, apa yang dialami Claudia ini bisa dibilang sebagai dream come true. Sebab, kepada DW seperti yang dilansir Antara, ia mengaku memang bercita-cita mengikuti The Voice Germany saat masih tinggal di Indonesia. Saat itu, ia menonton acara ini melalui televisi bersama sepupunya.
"Kupikir suatu hari aku akan tinggal di Jerman dan aku akan ikut audisi," kata Claudia.
Impiannya tercapai. Atas kemenangan itu, Claudia sudah pasti punya tiket dan modal yang mantap untuk melanjutkan kariernya sebagai penyanyi. Tapi, tentu saja ia harus bisa membuktikan bahwa karya musiknya mampu diterima dengan baik. Sebab, seperti fenomena yang sudah ada, menjadi pemenang ajang pencari bakat saja belum cukup untuk menjaga eksistensi untuk terus berkiprah di dunia musik.
Editor: Iswara N Raditya