tirto.id - Ciri-ciri pola helicopter parenting salah satunya adalah selalu mengontrol setiap tindak tanduk anak. Gaya pengasuhan ini memiliki dampak buruk bagi anak dalam jangka panjang.
Pola asuh helikopter mengacu pada gaya pengasuhan orang tua yang terlalu fokus pada anak. Mereka biasanya terlalu banyak mengambil tanggung jawab atas pengalaman, keberhasilan, atau kegagalan anak-anaknya.
Salah satu contoh pengasuhan helikopter adalah sering mengerjakan tugas anak – yang sebenarnya bisa mereka kerjakan sendiri. Misalnya pada tahap remaja, orang tua masih menghubungi guru anak dan protes soal nilai atau menyiapkan seluruh perlengkapan sekolah.
Di masa balita, orang tua membayangi anak, mengarahkan perilakunya, sehingga anak tidak punya waktu sendirian. Pada tingkat sekolah dasar, mereka memastikan seorang anak mendapatkan guru atau pelatih tertentu, menyeleksi teman, aktivitas anak, dan membantu tugas rumah dan sekolah.
Faktor Pemicu Helicopter Parenting
Melansir dari laman Parents, pola asuh helikopter dapat berkembang karena sejumlah alasan. Ada empat alasan yang sering menjadi pemicu umum.
1. Khawatir hasil buruk
Orang tua mungkin takut nilai anaknya rendah, ditolak dari tim olahraga, atau gagal wawancara kerja. Apalagi jika mereka merasa bisa membantu.
2. Perasaan cemas
Kekhawatiran tentang ekonomi , pasar kerja, dan dunia secara umum mendorong orang tua mengambil kendali lebih besar atas kehidupan anak mereka sebagai bentuk perlindungan. Tujuannya agar anak tidak terluka dan kecewa.
3. Bentuk kompensasi
Orang dewasa yang merasa masa kecilnya tidak dicintai atau diabaikan dapat memberikan “kompensasi” berlebih pada anak mereka. Perhatian dan pengawasan yang berlebihan ini merupakan upaya menambal pengalaman yang tidak mereka dapatkan saat kecil.
4. Tekanan orang tua lain
Kadang ketika mengamati orang tua lain yang mengasuh secara berlebihan menjadi pemicu untuk melakukan hal yang sama agar tidak dicap menjadi orang tua yang “buruk”.
Dampak Buruk Helicopter Parenting
Pola asuh yang terlalu mengekang dan mengontrol dapat memiliki efek buruk jangka panjang untuk anak, diantaranya:
1. Menurunnya kepercayaan dan harga diri
2. Tak memiliki keterampilan mengatasi kehilangan, kekecewaan, atau kegagalan.
3. Peningkatan kecemasan dan depresi
4. Keterampilan hidup tidak berkembang
5. Merasa berhak atas fasilitas yang diberikan orang tua
Lalu bagaimana cara menjadi orang tua yang perhatian tanpa menghambat kemampuan anak mempelajari keterampilan hidup?
Jawabannya membiarkan anak-anak berjuang, merasakan kecewa, dan secukupnya membantu saat mereka gagal. Singkatnya anak harus melakukan sendiri tugas-tugas yang secara fisik dan mental mampu dilakukan.
Editor: Yantina Debora