Menuju konten utama

Cerita Pemilih Pemula yang Mendukung Ahok di Pulau Pramuka

Beberapa pemilih pemula di Pulau Pramuka menyatakan dukungannya kepada Ahok. Apa yang menjadi dasar mereka mendukung Ahok?

Cerita Pemilih Pemula yang Mendukung Ahok di Pulau Pramuka
TPS 08 Pulau Pramuka. Tirto.id/Kresna

tirto.id - Ayu Astuti Alawiyah (19) lahir dan tumbuh besar di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta. Orang tuanya juga lahir di Pulau Pramuka. Kakek dan nenek dari ayah dan ibunya merupakan tetangga yang juga tinggal di Pulau Pramuka.

"Saya asli Pulau Pramuka," kata Ayu menegaskan indentitasnya.

Sebagai warga Pulau Pramuka, Ayu mengaku bahwa politik memang bukan hal yang bisa didengar sehari-hari. Informasi soal politik kebanyakan didapat dari televisi atau berita online.

Dengan modal pengetahuan itu, Ayu pun menentukan pilihan calon gubernur DKI Jakarta dalam pilkada yang digelar hari ini.

Ayu menggunakan hak pilihnya di TPS 06 yang terletak di Balai Warga Pulau Pramuka. Meski menolak menyebutkan siapa calon gubernur yang dipilihnya, namun orang-orang tahu bahwa Ayu adalah relawan Teman Ahok yang merupakan pendukung Ahok pasangan nomor urut 2.

"Saya jadi relawan karena memang Pak Ahok kerjanya baik, Jakarta butuh orang yang tegas dan anti korupsi seperti beliau," kata Ayu usai menggunakan hak pilihnya.

Ayu sendiri tidak terpengaruh dengan isu agama yang muncul dalam Pilkada, termasuk kasus Ahok dan Surat Al Maidah 51. Saat Ahok datang ke Tempat Pelelangan Ikan di Pulau Pramuka pada 27 September 2016 dan menyebut surat Al Maidah, Ayu sedang sibuk mengikuti pelatihan di Tanjung Elang. Dia mengetahui kabar itu setelah ramai pemberitaan di Jakarta.

"Di sini nggak ada apa-apa. Orang santai semua. Saya jadi relawan begini juga tidak apa-apa. Warga tidak ada yang memusuhi. Saya memilih juga tidak berdasarkan itu, tapi hasil kerja," ungkapnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Marisa Nisa (17) warga Pulau Pramuka yang menjadi pemilih pemula dalam Pilkada 2017. Nisa mengaku mengenal calon gubernur melalui televisi dan media online.

Nisa enggan membeberkan pilihannya, namun dia mengaku memilih secara rasional dengan melihat program kerja masing-masing calon.

"Soal Pak Ahok saya juga tidak tahu, kalau kata orang tua tidak boleh menghina agama. Tapi saya tidak memilih karena itu. Saya memilih yang sudah nyata hasilnya. Pak Anies juga bagus, Agus ganteng, bingung milihnya," katanya.

Nama Pulau Pramuka menjadi terkenal pasca Ahok bertandang ke salah satu gugusan kepulauan seribu 2016 lalu. Ahok menorehkan pidato yang kontroversial yang berujung pada perkara hukum dugaan penistaan agama.

Baca juga artikel terkait PILKADA SERENTAK 2017 atau tulisan lainnya dari Mawa Kresna

tirto.id - Politik
Reporter: Mawa Kresna
Penulis: Mawa Kresna
Editor: Suhendra